Chapter 42

463 26 0
                                    

Happy reading😘


Alina menunjukkan alamat yang ia dapat dari pesan dan supir taksi mengangguk tau. Otak Alina sudah tidak bisa berpikir dengan jernih lagi, dirinya hanya ingin segera sampai dan melihat apa yang di lakukan oleh suaminya dengan wanita lain.

"Bisa tolong lebih cepat pak." pintanya pada supir taksi, Alamat yang ia terima tidak jauh dari kantor Ghani. Dalam hati terus mempertanyakan sejauh apa hubungan Nola dengan Ghani, sampai ia tidak menyadari hal ini. Hubungan rumah tangganya dengan Ghani baik-baik saja dan hampir tidak memiliki masalah yang berarti tapi, kali ini Alina benar-benar tidak tau apa yang harus ia lakukan jika Ghani dan Nola benar-benar memiliki hubungan di belakangnya.

"Terima kasih pak." Alina segera turun lalu masuk kedalam gedung Apartemen, ia masuk kedalam lift untuk menuju lantai 3 sesuai yang ada didalam pesan. Tidak sampai 10 menit Alina sudah sampai didepan unit tersebut.

Alina mempersipkan dirinya untuk melihat apa yang terjadi didalam sana. Dengan mata yang sudah sembab menahan airmata, pelan tapi pasti ia mencoba membuka knop pintu yang sama sekali tidak terkunci.

Aroma parfum yang ia pakaikan ke baju Ghani tadi langsung menyambut indra penciumannya, Ghani benar-benar berada disini.

"Makasih Ghani, makasih udah ngertiin aku."

Samar-samar Alina mendengar suara yang tidak asing, langkahnya membawa Alina ke sumber suara. Ghani dan Nola berada di dalam kamar yang terbuka lebar.

Buuk

Alina menjatuhkan tasnya tak habis pikir melihat pemandangan didalam kamar tersebut, Nola terlihat memeluk Ghani dengan sangat erat. "Mas." lirihnya.

Ghani langsung menoleh dan membulatkan matanya kaget. "Sayang, kamu_"

Alina langsung mengambil tasnya dan segera keluar dari apartemen milik Nola, ia berlari tanpa memperdulikan Ghani yang sedang mengejarnya. Saat pintu lift terbuka Alina bergegas masuk tapi langkahnya tertahan saat Ghani berhasil menariknya.

"Sayang, kenapa ada disini? ini gak seperti yang kamu lihat." Wajah panik Ghani tidak bisa terelakkan, tangannya terus menggenggam tangan Alina. "Mas bisa jelasin semuanya."

"Apa? apalagi yang harus dijelasin?!" Alina mencoba menarik tangannya tapi genggaman Ghani sangat sulit untuk ia hempas.

"Mas sama Nola gak ada hubungan apa-apa, please sayang, Dengerin mas dulu." mohon Ghani yang kini sudah berlutut memeluk kaki Alina.

"Aku udah tau mas, aku berusaha buat mancing mas agar cerita dengan sendirinya tapi apa?! Aku tau Nola bukan temen melainkan mantan kekasih mas, Aku juga tau mas bukan ketemu temen mas waktu di mall tapi Nola. Aku juga tau soal makan siang yang ada di meja kerja mas waktu itu, itu dari Nola kan? Aku masih percaya sama mas walaupun kenyataannya aku liat pakai mata aku sendiri." ujar Alina dengan berlinang airmata.

Ghani tersentak kaget sekaligus bingung, darimana Alina tau itu semua dan siapa yang memberitahu Alina tentang Nola. "Tapi sayang, Mas kesini cuma mau_"

"Mau apa? mau menjalin hubungan lagi. silakan aja! aku juga udah mulai capek menghadapi semua wanita yang ada di hidupnya mas."

"Sayang, tapi mas beneran_" kalimat Ghani kembali terpotong saat Alina menunjukkan foto dirinya sedang berpelukan dengan Nola. "Kamu dapat itu darimana? itu tuh gak benar. Mas kesini cuma mau ngucapin selamat tinggal sama Nola. itu aja gak lebih."

"Ini bukan baju mas hari ini, berarti mas sering ketemu Nola di belakang aku, Atau jangan-jangan mas pulang terlambat karena ketemu perempuan itu!"

"Enggak sayang, mas beneran dikantor! Rendra saksinya."

Terjebak semalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang