Happy reading😘
Kini Alina sedang berada di Apartemen Bella,sebelum pulang kerumah ia harus membersihkan diri terlebih dulu dan tak lupa Alina juga meminjam baju Bella untuk dia pakai.
"Yuk Bel."ajak Alina,ia harus segera sampai rumah.
"Lo gak sarapan dulu?"tanya Bella khawatir,pasalnya ini sudah jam 10 dan hampir menjelang siang.
"Gampang nanti beli bubur ayam aja dijalan,udah yuk keburu Fariz tantrum."walaupun Alina kakaknya tapi ia lebih takut jika adik satu-satunya itu marah.
Bella langsung mengambil kunci mobilnya,untungnya ini hari minggu jadi ia dan Alina bisa lebih santai.
"Al_ lo yakin cuma minum satu slot?rasanya aneh banget sampe lo gak inget apa-apa."
Alina juga menyadari ada sesuatu yang aneh tadi malam,tapi ia tak mau berburuk sangka takut menjadi fitnah.
"Iya, gue cuma minum satu slot,itu juga Sitha yang kasih."ucap Alina dan Bella hanya mengangguk.Shita adalah teman sekantor Alina dan Bella.
Alina meminta Bella untuk menghentikan mobilnya didepan tukang bubur ayam karena dirinya mulai merasa lapar.setelah itu bella mulai menyetir lagi, sedang Alina sarapan disampingnya.
Sampainya dirumah,Fariz sudah menunggu sambil mondar-mandir didepan rumah."Kakak! Kakak kemana tadi malam,kenapa gak bareng kak Bella?aku pikir kakak dikamar?"Tanya Fariz beruntun.
"Hi hi hi,tadi malam kakak tidur di hotel soalnya udah gak sanggup pesen taksi."sekali lagi Alina berbohong agar adiknya tidak khawatir.
"Beneran?terus kak Bella tadi malem kemana?"Fariz kini melirik Bella,walaupun tadi pagi ia sudah bertanya pada Bella tapi sekarang Fariz ingin dengar dari kakaknya langsung.
"Ee itu,itu karena kakak pikir mau di jemput sama Deon taunya enggak."semoga kali ini alasannya masuk akal.
Fariz mengangguk percaya,rasanya tidak mungkin kakaknya berbohong."kak,aku pergi bentar ya."
"Mau kemana?"
"Hari ini abangnya Rendi mau lihat motor aku, kalo cocok harganya aku mau jual sama dia aja."bulan depan Fariz akan mulai kuliah di Jogja,berhubung Alina tidak bisa naik Motor jadi ia putuskan untuk menjualnya dan uangnya bisa ia gunakan untuk biaya hidup selama di jogja.
"Ya udah,kamu hati-hati ya."sebenarnya Alina sudah melarang Fariz untuk menjual motornya karena itu hadiah dari papanya, tapi Fariz bilang motornya bisa rusak jika tidak digunakan. Akhirnya Alina membolehkan Fariz untuk menjualnya.
"Fariz kapan berangkatnya?terus disana dia sama siapa?"
"bulan depan, ya_ mau gimana Bel itu amanah papa gue. Lagian keluarga Papa ada disana jadi gue gak terlalu khawatir."kedua orangtua Alina sudah meninggal dunia, Mamanya menjadi korban tabrak lari sedang papanya meninggal karena gagal ginjal.
Sejak kedua orangtua Alina meninggal, ia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan adiknya dan memberikan pendidikan terbaik untuknya.
Alina tak masalah dengan itu semua. karena sejauh ini Fariz adalah adik yang penurut dan tak pernah membuat masalah.
"Al udah siang nih, gue mau masak mie, lo ada stok gak?"
"Ada,masak gih! Gue mau bebenah bentar."
Bella sudah biasa melakukan apapun yang ia mau dirumah Alina,mereka berteman semenjak SMP sampai hari ini.Bella juga selalu ada disaat terpuruk Alina kehilangan orangtuanya.
Tok
Tok
"Sebentar, siapa ya?"Alina bergegas menuju ruang tamu lalu membuka pintu.
"Tante,sama siapa?ayo masuk dulu."ajak Alina pada Dewi, adik kandung dari Mamanya.
Sebenarnya hubungan Alina dengan keluarga Mamanya tidak begitu baik,terutama dengan Tante Dewi.
"Kamu kan sudah kerja jadi kapan kamu bayar hutang Papa kamu, tante juga perlu uang untuk biaya kuliah Karin dan Ali."ucap Dewi sinis.
"Sabar ya tante,Al baru kerja dua bulan dan Fariz juga butuh banyak biaya untuk kuliah dia nanti."tutur Alina selembut mungkin. Tante Dewi selalu saja datang hanya untuk menagih hutang keluarganya.
Dewi langsung merotasikan matanya malas mendengar alasan dari Alina."seharusnya kamu pikirkan saran dari tante supaya kamu terbebas dari hutang."
Beberapa minggu yang lalu Dewi menyarankan agar Alina menjual rumah satu-satunya peninggalan orangtuanya. Alina sempat bertanya kepada Fariz tapi Adiknya itu menyerahkan semua keputusan kepada dirinya.
"Tante kasih aku waktu seminggu lagi buat berpikir,aku juga_"
"Sudahlah Al,apalagi yang harus kamu pikirin!jual rumah ini dan bayar hutang papa kamu, sisanya bisa kamu pakai untuk membeli rumah yang lebih kecil,beres kan!"ujar Dewi panjang lebar tanpa memikirkan perasaan Alina.
Sedang Alina, sebisa mungkin menahan emosinya.padahal Mamanya begitu baik dan penyayang tapi entah kenapa memiliki adik kejam seperti Dewi.
Dewi berdiri dari duduknya, rasanya dia terlalu banyak membuang waktu untuk hal sepele seperti ini.
"Besok kamu sudah harus putuskan, urusan tante banyak bukan cuma kamu aja!"ucap Dewi lalu pergi tanpa berkata-kata lagi.
Alina hanya bisa menghela napasnya, mencoba untuk selalu bersabar jika menghadapi tantenya yang satu ini. sekuat apapun ia bertahan pada akhirnya rumah yang menjadi kenangan orang tuanya harus ia jual untuk melunasi hutang keluarganya.
"Al,lo gak pa-pa?"tanya Bella khawatir.
Alina hanya mengangguk lalu tersenyum, ia harus kuat dan berpikir jernih.jika memang menjual rumah adalah pilihan terakhir.dirinya harus ikhlas.
Alina segera duduk dikursi makan ditemani oleh Bella,mie buatan Bella terlihat sangat menggiurkan.
"Maaf Al,tadi gue gak sengaja denger obrolan lo sama tante Dewi."ucap Bella pelan.
"Santai Bel,emang apa sih yang bisa gue tutupi dari lo?gak ada."sahut Alina yang diakhiri dengan kekehan.
"Kalo boleh tau,emang berapa hutang lo sama tante Dewi?"tanya Bella penasaran.
"300 juta,tante Dewi minta gue buat jual nih rumah tapi gue masih berat Bel dan kayaknya sekarang gue memang harus jual nih rumah deh."
"Gue ada 200 juta lo bisa pake dulu. Sisanya nanti gue pi_"
"ENGGAK!"tolak Alina cepat. Bella sudah terlalu banyak membantunya.walaupun Bella terlahir dari keluarga kaya tapi Alina tidak pernah mau memanfaatkan kebaikan dari Bella.
"Cukup Bel,lo udah terlalu banyak bantuin gue. Rumah ini memang sebaiknya dijual aja dan gue bakalan beli rumah yang lebih kecil. Apalagi sebentar lagi Fariz juga gak disini."ujar Alina.
Bella hanya mengangguk,jika itu adalah keputusan terbaik untuk Alina sebagai sahabat ia hanya bisa mendukung.
"Tapi Bel,tolong cariin gue yang mau beli. Lo kan paham yang beginian."
"Gampang,nanti gue bilang sama Papa. Emang mau jual berapa?"
Alina diam sejenak, ia harus pikirkan berapa harga yang bagus karena selain membayar hutang ia juga harua membeli rumah sederhana, dirinya juga harus memiliki tabungan untuk kepeluan Fariz kelak.
"Berapa ya Bel,gue bingung?"Alina tidak mengerti soal harga jual tanah jadi lebih baik ia bertanya langsung kepada Bella,mnegingat papanya adalah pengusaha properti.
"Nanti gue konsultasi sama Papa dulu, mungkim dia lebih paham."jawab Bella.
Alina berharap ini adalah keputusan yang benar,dirinya menjual rumah bukan untuk kepentingan pribadinya tapi juga adiknya dan keberlangsungan hidup mereka.
Setelah membayar hutang dengan tante Dewi nanti,Alina berharap tidak bertemu lagi dengannya.keluarga yang harusnya menjadi tempat untuk ia dan adiknya bersandar justru malah sebalik.
Tbc...
Maaf ya gais,cerita yang ini gak aku up tiap hari, karena memang sebenarnya ini gak sengaja aku up. sabar ya aku selesaikan cerita yang disebelah dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak semalam
ChickLit#dewasa Alina dan Ghani bangun dalam keadaan tanpa sehelai benang,keduanya berada dalam kamar hotel yang sama. keduanya mencoba mengingat apa yang terjadi semalam tapi hanya Alina yang mengingatnya. Sementara tidak dengan Ghani,pria itu bingung sete...