01

59.3K 2.5K 42
                                    

Jangan lupa voment
.
Typo tandain
.
💞Happy Reading💞

Deg

'Jadi transmigrasi itu ada?' batin Divana. Ia termenung, ia tidak memikirkan kondisi tubuhnya di sana, sahabatnya, dan ibunya, tetapi ia sedang memikirkan bagaimana nasib kucingnya yang cukup menyebalkan tapi gemesin.

Tanpa sadar matanya berkaca kaca membuat kedua orang di dalam ruangan itu kelabakan. Terbukti saat ini Audrey berusaha menenangkan.

"Nyo-nyonya tolong jangan menagis" ucap Audrey berusaha menenangkan sang nyonya.

Divana menghapus air matanya kemudian menatap dua orang di depannya.

"Kalian boleh pergi"ucap Divana dan langsung di patuhi oleh mereka berdua, jika menolak maka mereka sudah mengetahui apa yang akan mereka dapatkan.

Di dalam novel Divana baca, Adelle Charlotte Calista Wheeler adalah seorang istri antagonis pria yang memiliki sifat dingin, kejam, Calista tak memandang bulu korbannya, dan yang sering Calista siksa adalah pelayan, dimana pelayan akan ia siksa jika melakukan kesalahan maupun tidak.

Apalagi centil ke suaminya, pria yang sudah membuatnya mengetahui apa itu cinta, dan bagaimana rasanya. Seperti setiap hari makan hati gitu...

Dan di akhir cerita, Calista meregang nyawa karena di siksa di ruang bawah tanah oleh suaminya sendiri selama dua tahun hanya karena kesalahan yang tak pernah dirinya perbuat di mana ia di tuduh menaruh racun mematikan di gelas protagonis wanita yang hampir di minum untungnya ada seseorang yang meminumnya membuktikan bahwa minuman itu terdapat racun di dalamnya.

Sungguh pentingnya peran protagonis wanita, hingga karena dia, memakan korban.

Dan untuk nasib anaknya, antagonis pria tak mempedulikannya. Sungguh!! Ingin sekali ia mencekik, mencabik cabiknya, kemudian menjadikannya santapan buaya.

Mengingat tentang anak, seketika Divana memegang perutnya yang sedikit membesar mungkin usia kandungannya berusia 4 bulan.

Divana mengusap usap perutnya sayang, mengingat seberapa kejamnya perbuatan  ayahnya membuat matanya berkaca kaca.

Tapi ada satu pertanyaan di benaknya, bagaimana rasanya yah?

'Masa gitu sih? Gue kan mau rasain juga... Pasti enak' batin Divana tapi ia segera menggelengkan kepalanya.

"Astagfirullah, pikiran lo Div, harus banyak banyak istighfar ini eh..."seketika Divana menghentikan ucapannya setelah menyadari sesuatu.

"Gue kan Kristen?"

×××××

"Audrey"panggil Divana atau Calista setelah keluar dari lift.

Pemilik nama yang di panggil segera menghampiri sang nyonya dengan kepala menunduk.

"Ada yang bisa saya bantu nyonya?"tanya Audrey sopan dan penuh hormat.

Calista terdiam sesaat kemudian pergi tanpa menjawab pertanyaan pelayan pribadinya lontarkan.

Dan Audrey hanya diam saja tak banyak protes. Ia membuntuti Calista hingga nyonynya mendudukkan diri di sofa.

"Ada yang ingin saya tanya"Calista membuka suara membuat Audrey berkeringat dingin berusaha mencari jawaban pertanyaan Calista nanti.

"A-apa yang ingin nyonya tanyakan?"

"Tolong ceritakan semua kejadian sebelum saya lupa ingatan"ucapan Calista membuat Audrey sulit bernafas.

'Bagaimana ini?' batin Audrey gugup.

"Hari-hari anda jalani biasa biasa saja nyonya dengan anda yang harus meminum susu khusus ibu hamil" jawab Audrey membuat Calista tak puas mendengarnya. Hanya segitu? Ingin protes secara langsung tapi ia sedikit paham, terbukti dengan wajah Audrey yang terlihat panik dan gugup.

Calista menganggukkan kepalanya kemudian berucap, "oke deh, saya keatas"

"Hati-hati nyonya, apa perlu saya bantu?"

"Tidak perlu"tolak Calista halus kemudian berjalan ke arah lift meninggalkan Audrey yang terus menatap punggungnya hingga menghilang kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.

Semua itu tak lepas dari sepasang mata elang yang terus menatap layar lebar itu datar dan kemudian mematikannya. Ia menatap tajam ke arah depan dengan jari di ketukkan ke meja menimbulkan suara.

"Adelle Charlotte Calista Wheeler"gumamnya kemudian berdiri dari duduknya dan menggulung kedua lengan bajunya ke atas sambil menatap gedung gedung pencakar langit dari balik jendela perusahaannya yang tak kalah tingginya.

Siluet tubuhnya sungguh dapat membuat wanita yang melihatnya akan terpesona.

Wajah tampan atau kelewat tampan itu menatap dingin keluar jendela dengan sepasang manik mata hazel.

Suara knop pintu terbuka tak membuat ia berbalik, ia malah memasukkan kedua tangannya ke saku celananya.

"Tuan, sebentar lagi penerbangan akan di lakukan"

"Hm"

××××

Seorang wanita cantik itu sedang menikmati semikir angin yang berhembusan membuat sebagian rambutnya berterbangan. Ia sungguh menyukai angin sepoi-sepoi ini, sangat menyejukkan.

Ia membuka matanya sambil menatap ke arah langit yang sudah gelap dengan wajah yang sedikit berubah dari sebelumnya.

Kemudian bergumam, "lo di mana Calista"

"Nyonya"panggil Audrey menyadarkan Calista dari lamunannya.

"Sudah saatnya anda istirahat nyonya, dan terlalu lama di luar malam malam seperti ini tidak baik untuk tubuh nyonya, nanti anda akan masuk angin"oceh Audrey tidak sungkan atau gugup lagi setelah perdebatan tadi sore di mana Calista meminta Audrey tidak terlalu kaku saat berbicara dengannya atau bisa di bilang takut.

"Hm"balas Calista mengiyakan kemudian segera masuk dan membaringkan tubuhnya perlahan di kasur.

Ia menutup matanya bersamaan dengan lampu yang di matikan.

Tak

××××××

Transmigration | Divana Or CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang