06

38K 1.6K 1
                                    

Sesampainya di sebuah cafe, Calista menatap handphone memastikan apakah benar tempatnya tak salah.

"Beneran di sini pak?"tanya Calista kenapa pak supir.

"Benar nyonya" jawab pak alan.

Dengan ragu Calista mulai melangkah memasuki cafe itu. Untuk Audrey, ia tidak ikut, ia cukup tahu, nyonyanya dan sahabatnya membutuhkan privasi.

Baru masuk, Calista langsung di sambut karyawan cafe. "Dengan nona Calista?"tanya orang itu di balas anggukan kepada.

"Nona Irene menunggu anda di lantai dua, mari saya tunjukkan jalannya"ucapnya di patuhi Calista.

Sesampainya di sana, Calista bisa melihat wanita yang menunggunya memunggungi dirinya. Tiba tiba sebuah pikiran jail melintas di otaknya, dengan perlahan ia mendekati wanita itu kemudian.

"Dorr"

"Eh ayam jadi bebek"

"Mana bisa ayam jadi bebek?"koreksi Calista mengabaikan tatapan mematikan yang Irene berikan padanya.

Yah Irene, sang antagonis yang sebenarnya, antagonis paling mengerikan menurutnya, dimana dia berusaha menyingkirkan Gisel dengan cara apapun seperti meracuni, beberapa kali Gisel berhasil di tangkap orang suruhannya dan dia menyiksanya dengan cara mencambuknya dengan cambukan duri, menyayatnya, menyuruh orang suruhannya memperkosanya, tapi dia selalu berhasil kabur dengan bantuan si Julian itu saat Irene ingin membunuhnya.

sering ia mempermalukannya di kantor, pesta, dengan cara menumpahkannya air bekas pel, juga air kloset. Dan Calista kejam itu karena ia mengikuti Irene.

Sungguh, mungkin jika di adakan lomba siapa yang memiliki sahabat paling mengerikan? Mungkin julukan itu cocok untuk sahabat pemilik tubuh ini.

"Ngapain lo nelpon gue?"tanya Calista langsung duduk tanpa di persilahkan.

Irene memutar bola matanya malas. "Gue butuh saran dari lo"balas Irene membuat Calista merasakan perasaan tak enak.

"Jangan aneh aneh"

"Menurut lo, jalang itu cocoknya di bunuh seperti apa? Di tabrak truk? Tertembak? Tertusuk? Tenggelam di laut? Di makan buaya, harimau? Macan? Di kuliti beruang? Serig-"

"Stopp!"pinta Calista membuat Irene berhenti bersuara dengan alis ia angkat sebelah menandakan kalau ia sendang bingung.

"Lo kenapa? Biasanya kalau gue bahas hal begini lo semangat?"tanya Irene bingung.

"Gue jujur kalau gue lupa ingatan, jadi lo jangan bahas itu lagi, ngeri gue tau nggak?"

"Oh, lo lupa ingatan yah? Sorry kaga tau gue. Yaudah deh, karena nggak ada saran dari lo, lebih baik gue siksa aja dia terus dengan cara-" Irene menjeda kemudian kembali melanjutkannya dengan seringai lebar. "Dia terus di perkosa dengan 10 orang pria berkelainan seks"

×××××

Calista berjalan mondar-mandir di kamarnya dengan ujung kuku yang ia gigit. Saat ini ia sedikit khawatir dengan kematian Irene nanti.

Di ceritakan di dalam novel, Irene mati karena Julian sudah tak tahan lagi dengan semua siksaan yang Irene berikan pada Gisel dan saat itu ia juga sudah mengambil alih semua harta yang ayahnya wariskan untuknya.

Yah, ia tidak membunuh Irene walaupun telah berbuat jahat pada Gisel itu karena sebuah harta di mana jika ia cerai dengan Irene dan membunuhnya, maka ayahnya tak akan menjadikannya penerusnya. Dan setelah ayahnya meninggal karena dirinya sendiri, ia kemudian membunuh Irene dengan cara yah seperti kebanyakan di novel mafia mafia.

Di mana akan di siksa seperti, kukunya di cabut, kedua matanya di cungkil, jari jarinya di potong,rambutnya di cukur sampai botak secara kejam, semua bagian tubuhnya di sayat sayat di tusuk tusuk, kemudian si siram air lemon, di tembak.

Semua itu Julian berikan pada Irene, sungguh siksaan lebih kejam dari dirinya dahulu, mengingat itu membuat Calista mendegus.

"Untung lo tampan aiden, kalau nggak udah gue bunuh lo kek si Juli Juli itu, haha namanya, nggak sekalian Agustus sama September apa?"

"Gue kayaknya harus ubah hidup Irene, lagian dia kan bestod friendnya pemilik tubuh ini, nama kontaknya aja Si Monyet"

Dan hari itu Calista bertekad akan mengubah nasib hidup Irene apapun caranya, mau dengan nyawanya sekali pun, tapi setelah anaknya lahir. Tapi...

Bagaimana caranya ia menyelamatkan hidup Irene jika ia saja baru hamil empat bulan dan Irene di bunuh dua bulan lagi? Calista memukul dahinya.

Sepertinya ia akan terlibat dalam alur novel, mau diapa, andai Irene bukan sahabatnya mana sudi ia menyelamatkan Irene dari kematian yang akan datang?

Belum lagi dirinya? Aduhhh, mana hamil lagi.

Sungguh, sengsara sekali hidupmu Calista.

"Arghh, pengen balik aja yah Tuhan!!" teriaknya.

Tok tok tok

"Anda baik baik saja nyonya?"

"Iya!"

×××××

"Ah, gue berhasil masuk yah? Tapi sayang gue hanya sebentar bantuin lo juga bersama lo" gumam seorang wanita baru saja bangun dari tidurnya.

"Gue kangen lo na"lanjutnya dengan mata berkaca-kaca.

-

-

Transmigration | Divana Or CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang