24

23.6K 1K 22
                                    

••••••

Seorang pria berjalan dengan langkah lebar juga wajah datar dan tatapan tajam menatap kedepan. Di belakangnya ada juga seorang pria.

Mereka berjalan hingga terhenti di depan sebuah pintu. Pria itu menatap kearah tangan kanannya dan segera memberikannya kode.

Dia yang di tatap seperti itu segera mengerti, dengan cepat ia menendang pintu itu tak santai hingga pintu itu jatuh dan menampakkan seseorang sedang duduk bersantai.

Sebuah senyum miring hadir di wajah pria bermanik mata hazel, dia berjalan mendekati seorang pria terlihat ketakutan.

"Apa kabar tuan Kevin"sapa pria itu dengan nada sangat menyeramkan di pendengaran pemilik nama alias Kevin.

Kevin berdiri dari duduknya dan berjalan mundur.

"Cih, apa urusan anda sampai sampai menghampiri saya dengan cara pintu didobrak seperti ini!?"tanya Kevin tak santai.

Pria ditanya tak menjawab, dia terus berjalan maju membuat Kevin harus memundurkan langkahnya, ingat, dirinya sudah menentang nyawa jika bermain main dengan pria sangat berpengaruh didepannya.

"Anda bertanya apa tujuan saya? Tujuan saya, dimana istri saya, hilang? tanda saat ini juga terakhir kalinya anda melihat dunia"

Deg

"Jika saya bilang bahwa istri anda kabur? Apa yang akan anda lakukan?"tanya Kevin sok berani.

Pria ditanya itu tersenyum miring, mulai maju membuat Kevin waspada juga terus mundur secara perlahan.

"Was what I said earlier unclear?"

*****

Malam berganti pagi, suara kicauan butung terdengar juga suara ayam berkokok membuat tidur seorang wanita cantik terganggu. Ia menggeliat menyesuaikan penglihatannya.

Calista bangun dari tidurnya, ia membuka jendela hingga cahaya matahari menerobos masuk kedalam.

Parasnya kelewat sempurna dengan bulu mata lentik, wajah putih, dan bibir pink alami.

Dia tersenyum sembari menghirup udara segar.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat Calista mengalihkan pandangannya. Ia menatap pintu tertutup kemudian berjalan untuk membuka pintu itu.

"Ah, anda sudah bangun yah nona? Saya kira anda masih tertidur"ucap Olivia didepan Calista.

"Hahaha, saya juga heran, kenapa saya bisa secepat ini bagun kepagian"balas Calista sembari berjalan di samping Olivia yang terlihat kaku karena Calista berjalan disampingnya, harusnya Calista didepannya.

Calista mendudukkan dirinya di kursi setelah dipersilahkan oleh Olivia, ia menatap Olivia mengisi piringnya dengan lauk terlihat sederhana namun pasti rasanya cukup lezat.

"Segini saja nona?"tanya Olivia membuat Calista segera menganggukkan kepalanya.

"Terimakasih"

Mereka berdua mulai makan tanpa adanya pembicaraan hingga makanan di piring mereka berdua habis.

"Oh iya Livia, kamu sebelumnya tinggal sendiri dirumah ini?"Calista membuka suara sembari membantu Olivia mencuci piring. Awalnya Olivia melarangnya namun yah Calista sedikit keras kepala jadinya Olivia mengizinkannya.

Olivia menatap sekilas Calista dengan senyum manis dibibirnya. "Iya nona, saya anak tunggal dan kedua orang tua saya sudah ada disisi Tuhan"jawab Olivia membungkamkan Calista.

Ruangan itu kembali hening hingga suara ketukan pintu terdengar sampai kedapur, namanya juga rumah kayu juga ukurannya tak terlalu besar.

Tok tok tok

"Biar saya lihat"kata Calista di angguki Olivia, wanita hamil itu segera mencuci tangannya terdapat sabun dan segera beranjak pergi dari sana.

Olivia kembali mencuci piring setelah melihat Calista pergi dari sana.

Calista membuka pintu hingga muncullah seorang pria sembari membawa keranjang terdapat sayur tomat didalamnya.

Ia menatap bingung pria itu terlihat tak berkedip, ck lebay. Itulah pikiran Calista. Dia akui pria didepannya memang memiliki wajah cukup tampan, namun tak setampan suaminya kali. Bisa dibilang bagaikan langit dan bumi.

"Ekhem"dehem Calista sengaja agar pria itu tersadar, dia juga cukup risih ditatap seperti itu kek tidak pernah melihat perempuan saja, tidak sadar kah dirinya jika dia sedang hamil?

Pria itu tersadar dan segera menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal disertai cegiran.

"Hem, ada perlu apa anda kemari?"tanya Calista membuka percakapan, lagian jika ia tak bersuara mungkin ia dengan pria didepannya akan cukup lama.

"Eehh, saya ingin memberikan sayur ini pada Olivia"jawab pria itu dan memajukan keranjang itu bermaksud memberikan keranjang itu pada Calista.

Calista menatap kemudian menjulurkan tangannya menerima keranjang itu berpindah ke tangannya, namun sebuah tangan tiba tiba merebutnya.

"Biar saya saja nona"ternyata yang merebutnya adalah Olivia.

Olivia tersenyum sungkan pada pria didepannya. "Terimakasih kak Avino, kalau gitu kami berdua masuk dulu. Sekali lagi makasih, dan sampaikan ucapan terimakasih saya juga pada ibu kakak"kata Olivia dan segera di angguki pria bernama Avino itu.

Alvino segera pergi dari sana, Olivia menutup pintu kemudian menatap Calista terlihat kebingungan.

"Kamu kenal sama mereka tadi?"tanya Calista sembari duduk berlesehan.

Olivia ikut duduk juga kemudian menganggukkan kepalanya. "Iya nona"jawabnya.

"Pria tadi kok natap aku kek nggak pernah lihat cewek?"tanya Calista lagi membuat Olivia menunduk.

Calista menatapnya dengan tatapan sulit diartikan kemudian kembali berucap, "jangan bilang kamu suka sama dia tapi dia nggak suka sama kamu?"tanya Calista curiga namun tak ada balasan dari Olivia selain tangan terkepal.

Saat Calista ingin mengeluarkan suaranya lagi, Olivia langsung mengangkat kepalanya dengan senyum manis.

"Nona Calista jangan berpikir seperti itu, mana bisa saya menyukai seorang pria? Itu tidak ada dalam kamus saya"

"Yasudah, saya mau nyimpan tomat ini dulu yah nona"Olivia langsung pergi meninggalkan Calista yang menatap kepergiannya.

'Perkataan lo tidak sama seperti hati lo Livia, gue tau, pasti hati lo nggak baik baik saja. Awas aja lo Alvino, muka pas pasan gitu kenapa Livia bisa suka yah? Dipelet kah?' batin Calista.

•••••

Transmigration | Divana Or CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang