04

49.7K 2.2K 12
                                    

Calista seketika terdiam kaku setelah mendengar bisikan dari pria itu, tak lama dari itu ia menyegir sambil menoleh ke arah pria itu yang sedari tadi terus menatapnya datar.

"Eh, anda suami saya yah?" tanya Calista pura pura tak mengenal, bisa hancur perannya yang lupa ingatan.

"Jagan berpura-pura"dan yah, Aldrich mengetahuinya membuat Calista mendengus.

Ia menatap sinis pria ia ketahui bernama Aldrich itu kemudian berdiri dari duduknya.

"Au ah, malas aku lama lama sama kamu"ucapnya sebelum pergi dari sana meninggalkan pria tampan itu yang masih duduk.

'Bujuk gue dong mas! Please!" batin Calista terus berteriak sesekali ia sedikit menoleh ke belakang.

Harapannya sih pengen di hentikan kemudian di bujuk dengan meminta apapun yang ia mau dan ia menggunakan kesempatan itu meminta blackcard, mobil lambo, uang tunai bertriliunan, aipon banyak banyak, emas batangan, perhiasan, rumah, perusahaan, mall, tanah, baju bermerk, namun sayang semua itu hanyalah hayalan yang tak mungkin bisa terwujudkan.

'Hiks, potek hatiku mas!'

'Awas aja lu Aldrich, kalau gue udah dapat suami untuk dede gemes gue, gue buang lu ke tong sampah! Hiks, tega banget jadi orang tampan'

Audrey yang tak sengaja melewati nyonya nya seketika berhenti mendadak kemudian menghampiri nyonyanya itu. Sepertinya ia dalam kondisi mood yang buruk. Pikir Audrey.

"Nyonya, apa anda baik baik saja?"tanya Audrey membuat Calista menoleh ke arahnya.

"Ini semua gara-gara tuan kau itu! Nyebelin banget sih jadi orang ganteng!"cerocosnya membuat Audrey menghentikan langkahnya di ikuti dengan Calista juga berhenti dengan wajah kebingungan.

"Kenapa berhenti?"tanya Calista di balas gelengan kepala oleh Audrey dengan cegiran yang tiba tiba muncul membuat Calista tambah bingung.

"Kalau yang itu sih, itu bukan urusan saya nyonya, kalau begitu saya pamit untuk menyelesaikan pekerjaan saya nyonya"pamit Audrey kemudian pergi.

Calista yang di tinggal pergi mendengus malas dan ia juga beranjak dari sana menuju kamarnya.

×××××

Hari berganti malam, suasana di ruangan makan itu terlihat sedikit canggung bagi Calista, untuk Aldrich dia bodo amat.

Aldrich memakan makanannya dengan khidmat berbeda dengan Calista, ia berusaha memotong daging di piringnya.

Menu malam ini, mereka menyajikan hanya satu jenis makanan, yaitu steak dan itu Calista sendiri yang meminta dengan dalil ngidam. Ada untungnya juga yah anak di dalam kandungannya.

'Nyesel gue nyuruh koki cuman masak steak aja'

'Huh, kenapa susah sekali sih, oy daging kepotong dong, sumpah kalau lo enggak mau kepotong, gue buang lo!' batin Calista yang masih berusaha memotong daging itu.

Terlanjur kesal ia mengangkat piring itu bermaksud ingin melemparnya tetapi sebuah tangan tiba tiba merebut piringnya.

Calista hanya diam menatap daging itu dengan gampangnya Aldrich potong. Tak lama piring itu tergeser hingga berada di depannya lagi.

"Dari tadi kek"ujar Calista tak tau berterimakasih, dengan santainya lagi ia langsung menusuk daging itu dan memasukkannya kedalam mulutnya tanpa mempedulikan pria itu yang menatapnya datar.

Sepasang suami istri itu berjalan dengan Calista di belakang, ia berusaha menambah kecepatan langkahnya dan kemudian mencondongkan kepalanya setelah ia sedikit dekat dengan Aldrich.

"Aiden"panggil Calista membuat Aldrich tiba tiba menghentikan langkahnya. Ia menatap dalam manik mata Calista yang kebingungan.

"Kenapa berhenti?"tanya Calista yang kurang peka.

"Tidak" balas Aldrich singkat dan kembali melanjutkan langkahnya di ikuti Calista di belakangnya.

Saat hampir sampai di kamarnya, ia berhenti membuat Calista yang tak siap terbentur punggung lebar itu.

"Aws"ringisnya tapi tak di pedulikan Aldrich, ia menatap datar wanita di depannya.

"Kalau berhenti itu yah jangan mendadak dong! Atau bilang bilang kek, jadi gini kan?"oceh Calista tapi tak dipedulikan oleh sang empu.

"Ngapain?"tanya Aldrich singkat membuat Calista berhenti mengusap dahinya, ia malah menatap bingung pria di depannya.

"Hah?"

"Ngapain ngikutin saya?"

Perkataan Aldrich membuat Calista tersadar, ia juga yah? Mengapa ia mengikutinya. Pikir calista.

"Sorry, aku nggak sadar kalau kamar aku kelewat"jawab Calista dan tanpa pamit ia segera pergi menuju kamarnya meninggalkan Aldrich yang terus menatap punggungnya kemudian menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kelakuan wanita itu.

Calista menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur sambil mengusap usap perutnya yang terdapat nyawa di dalamannya.

"Jadi kangen ibu deh, gue bakalan pergi dari dunia ini nggak yah? Tapi caranya bagaimana? Kenapa gue harus ada di dunia ini? Ck, banyak tanya banget si lo Div"

Calista membaringkan tubuhnya tak lupa menyelimuti tubuhnya juga mematikan lampu nakas, sebelum ia menutup matanya ia mengucapkan, "selepas dari itu, gue nggak peduli apa pun, mau alur novel, hidup protagonis, gue nggak peduli dan gue nggak bakalan bergantung lagi di alur novel, gue tau setelah gue masuk ke dunia ini, alur novelnya sudah banyak yang berubah"

"Selamat malam dunia banyak orang tololnya termasuk gue sih"ucap Calista sebelum menutup matanya.

_

_

_

Transmigration | Divana Or CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang