03

42.3K 2.2K 16
                                    

Seorang pria dengan mata elang menatap dingin bangunan mewah di depannya, ia kemudian membenahi jasnya dan melangkah dengan tegas menuju bangunan bak istana itu.

Di sepanjang jalan, semua pelayan juga pengawal menundukkan kepalanya, tak ada yang berani mengangkat atau tidak ingin kepala mereka tiba tiba bocor.

Ia terus melangkah hingga langkahnya berhenti ketika matanya tak sengaja menangkap seorang wanita yang tertidur di sofa dengan TV yang masih menyala.

Ia menatap datar dengan wajah yang sedikit mengeras membuat rungan tadinya dingin bertambah semakin dingin. Banyak pelayan di sana yang menunduk berkeringat dingin menyadari suasana itu.

"Ck"ia berdecak pelan.

Pria itu menghampiri wanita sedang tertidur pulas itu kemudian tanpa basa basi banyak cincong, ia segera mengangkat tubuh wanita itu dan membawanya menuju kamar.

Niatnya ingin membaringkan tubuh wanita di gendongannya di kamarnya tapi entah mengapa ia malah terus berjalan melewati kamar wanita yang tak lain Calista.

Ia membuka pintu kamarnya bernuansa abu-abu dengan hitam. Cahaya dikamar itu temaram.

Ia membaringkan tubuh berbadan dua itu di kasurnya kemudian berjalan menuju kamar mandi. Sesampainya di sana ia tiba-tiba mengacak-acak rambutnya dan menatap tajam cermin di depannya.

"Arghh, sejak kapan saya peduli dengannya!? Sialan"makinya pada dirinya sendiri.

Malam berganti pagi, seorang wanita menggeliat dengan sedikit keheranan, tumben saja pelayan pribadinya itu tak membangunkannya.

Ia menyesuaikan penglihatannya dan tak lama dari itu ia menatap bingung ruangan saat ini ia tempati. Dalam hatinya bertanya-tanya, ruangan apa lagi ini?

Tapi ruangan saat ini ia tempati terlihat lebih mewah dari kamarnya. Calista turun dari kasur kemudian menatap sekelilingnya hingga sebuah pikiran melintas di otaknya.

"Gue di culik yah?"monolognya dan terus menatap sekitar ruangan tanpa menyadari seorang pria sedang memandangnya datar dengan sebatang rokok di tangannya.

Ia mematikan puntung rokok itu dan berjalan mendekati wanita yang terlihat linglung itu.

"Ekhem"

Suara dehemam itu mengagetkan Calista, dengan segera ia berbalik ke belakang hingga dahinya terbentur dengan dagu orang belum ia lihat wajahnya.

"Sakit?"tanya pria itu datar membuat Calista merenggut kesal.

"Yah sakit lah, pake nanya lagi" balas Calista ngegas membuat pria itu membuang nafasnya kasar. Tangan beruratnya mengusap usap dahi Calista lembut tapi wajahnya yang tak ada berubah rubahnya kemudian segera beranjak pergi dari saja tanpa berpamitan.

Calista terus bergerutu di sepanjang jalan menuju kamarnya, yah kamarnya, untuk apa ia terus berada di ruangan yang bukan ruangannya.

Tapi tenang saja, ruangan itu bakalan ia minta menjadi miliknya setelah ia berhasil membuat si Aldrich Aldrich itu jatuh ke dalam pesonanya, asekk, membayangkannya saja membuat Calista menggigit kuat kukunya.

"Moga aja berhasil, kalau nggak, yah tinggal cari papa baru, iya nggak nak?"ucap Calista sambil mengusap usap perutnya.

"Hahaha"

Tanpa Calista sadari seseorang menatap datar punggungnya tak lama sebuah seringai hadir. "Mencari papa baru yah?"

××××

"Kok bosenin juga yah di rumah mulu? Pantesan si Calista itu milih buat gangguin si pelakor merangkak jadi protagonis itu mulu, ternyata kek gini yah rasanya"

"Huh, pengen makan batagor"Calista terus menendang rumput rumput sambil berbicara bagai orang gila, beberapa pekerja saja sedikit menatap ngeri wanita itu selebihnya takut.

"Suami nggak guna gue juga mana sih? Kok gue nggak pernah liat yah, ck"ia berdecak kesal dan segera duduk sila di atas rumput.

Seorang pria tak lain Aldrich itu terdiam setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut istri, what istrinya yah? Ia sedikit terkekeh mendengar umpatan itu. Aldrich mendudukkan diri di samping Calista membuat wanita itu hampir terjungkal karena kaget dengan pria tak di kenalinya.

Ia sedikit terpana dengan ketampanan tak manusiawi di depannya ini, dalam hatinya ia terus memuji muji ciptaan Tuhan yang kelewat sempurna ini.

'Busyet, cakep banget ya Tuhan!! Andai pemilik tubuh ini belum bersuami mungkin udah gue pepet lu mas! ' batin Calista sedikit menjerit.

Aldrich menatap sedikit bingung dengan wanita di depannya yang terus menatapnya tanpa berkedip, ia melambai-lambaikan tangannya hingga wanita itu tersadar.

"Eh, sorry sorry, aku melamun tadi, soalnya muka kamu tampan banget sih, kek pangeran"puji Calista malu malu monyet.

Aldrich hanya diam saja menunggu wanita di sampingnya melanjutkan ucapannya hingga ia mengepalkan tangannya setelah mendengar kelanjutannya.

"Andai aku belum menikah, yang pertama aku terima adalah kamu yang bakalan aku pilih jadi calon suami aku"lanjut Calista tak menyadari aura di sekitarnya.

Tak lama Aldrich mengukir senyum miring tanpa di sadari Calista kemudian berbisik di telinga wanita itu yang masih sibuk di dunia khayalannya.

"If I told you I was your husband, what would you do?"

×××××

Transmigration | Divana Or CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang