÷÷÷
×××××××
÷÷÷÷
Di pagi hari yang cerah, seorang wanita cantik terlihat sedang memasak di dapur sembari bernyanyi.
"Bla bla bla bla-"
"Lagu apaan itu nona?"tanya Olivia baru saja masuk dengan menenteng keranjang berisi sayuran.
Calista berbalik menatap wanita itu. "Itu lagu terbaru Liv, masa kamu nggak tau"
"Karena saya memang tidak tahu"
"Kamu kan memang tidak berbentuk tahu sejak kapan saya bilang kamu mirip tahu?"
"Hah? Maksud nona apa? Saya tidak mengerti?"
"Bapakmu yanto"jawab Calista asal.
"Barusan, anda terlihat senang"
"Aku kan setiap hari senang, kalau nggak senang mah itu bukan Calista"
"Terus siapa?"tanya Olivia sembari mencuci tomat.
"Setan"
"Berarti selama ini saya tinggal dengan setan nona?"
"Ck, diam jangan banyak tanya"kata Calista yang mulai jengah dengan Olivia yang banyak tanya.
Ruangan itu menjadi hening hingga Calista mengeluarkan suaranya.
"Liv, jalan jalan ke kota yuk"ajak Calista tiba tiba membuat Olivia tersedak air liurnya.
"Uhuk uhuk"
"Eh minum minum"Calista membantu Olivia minum sembari memukul lehernya.
"No-nona leher ku"
"Eh, maaf maaf"
Setelah Olivia tak batuk batuk, Calista kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Kenapa anda ingin ke kota? Jarak tempuh kekota jauh loh nona, apalagi anda sedang hamil"kata Olivia membuat Calista menatapnya.
"Huh, padahal aku mau ketemuan sama Irene, kamu tau nggak?"
"Apa nona?"Olivia balik bertanya.
"Aku ngidam pengen nampar Irene, kamu bisa bantu nggak?"
Olivia terdiam memikirkan, emang ada orang ngidam seperti itu yah? Seperti itulah yang mengisi pikirannya saat ini.
"Liv, kenapa diam?"tanya Calista menyadarkan Olivia.
"Eh, nggak nona, udah ah, saya mau keluar dulu"kata Olivia sembari berjalan pergi dari sana.
"Mau kemana!?"tanya Calista berteriak.
"Kerumah bi ani nona!"balas Olivia berteriak juga.
Calista tadinya yang ingin ikut tak jadi ketika mendengar nama bi ani Olivia sebut. Bukan apa, tetapi bi ani itu terus saja memaksanya menikah dengan anak laki lakinya padahal sudah tau dirinya hamil tapi masih saja memaksa.
Salahkan Olivia mengajaknya berkunjung saat itu.
Di bawah pohon terlihat Olivia sedang memerhatikan sekitar. Bukannya kerumah bi ani, dia malah ketempat sunyi dengan handphone ditangannya.
Dia terlihat menghubungi seseorang.
"Ha-halo sof"
"A-ada yang ingin saya sampaikan"
"Ta-tapi sof-"
Tut
Olivia menjauhi ponselnya dari telinganya, menatap layar handphonenya sedih kemudian menghela nafas gusar.
Olivia menatap langit yang cerah. "Kenapa kamu tidak mempercayai ku lagi? Apakah kamu lupa?"
Di tempat lain Irene menaruh handphonenya kasar. Dia bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju jendela terbuka.
"Gue tau lo penulis novel ini, tapi apakah gue harus terus mempercayai lo? Sedangkan lo sendiri pernah bilang 'saya akan pastikan bahwa tokoh bernama Calista tak berakhir mati melainkan bahagia' namun apa ini? Ck blushit!"Irene pergi dari kamarnya dengan mood sudah hancur.
****
"Kok kamu cepat banget pulangnya dari rumah bi ani? Biasanya hampir satu jam bahkan dua jam"tanya Calista binggung dengan wanita baru masuk itu.
Olivia menggaruk tengkuknya yang tak gatal tak lupa cengiran membuat Calista malas melihatnya.
"Biar anda tak sendirian nona"alibi Olivia dan Calista hanya percaya saja.
"Ooh, yaudah yuk sarapan"ajak Calista setelah semua masakannya sudah ia letakkan di meja.
Olivia menepuk dahinya. "Astaga, saya lupa membantu anda. Maaf yah nona"kata Olivia diangguki Calista.
"Yaudah yuk makan, biar kamu nggak terlalu banyak pikiran"ucap Calista terlihat penuh makna di telinga Olivia.
Olivia hanya bisa tersenyum sembari mengambil lauk.
'Kenapa ucapannya tadi seakan akan mengetahui semuanya?'
Calista menguap merasa mengantuk melihat bocah bocah, sudah tengah hari namun mereka malah bermain layangan bukan tidur di rumah.
"Nona"Calista berbalik ketika Olivia memanggilnya dengan satu alisnya ia angkat.
"Ada apa Liv?"tanya Calista, bukannya menjawab Olivia malah memberikannya satu minuman rasa jeruk.
"Ini apa?"tanya Calista bodoh, jika Irene atau Audrey mungkin mereka tak akan menjawab sabar untungnya yang ditanya adalah Olivia.
"Minuman nona"jawab Olivia disertai senyum manisnya.
"Makasi yah"ucap Calista dibalas anggukan kepala oleh Olivia.
Mereka kembali menatap anak anak sibuk main layangan dengan disamping Calista duduk ada Olivia juga duduk.
"Nona"Olivia memecahkan keheningan diantara mereka berdua.
"Hem"sahut Calista.
"Apakah anda pernah bermain layangan?"tanya Olivia membuat Calista menatap kearahnya lalu menggeleng.
"Tidak"jawab Calista jujur, kan memang iya.
"Kamu?"tanya Calista dan Olivia juga menggeleng pertanda tidak pernah.
"Tidak nona"
"Oh, yaudah main layangan yuk"ajak Calista tiba tiba sembari berdiri dari duduknya. Olivia menatapnya binggung.
"Maksud nona?"
"Kamu kan bilang nggak pernah main layangan, yaudah ayok selagi banyak layangan bisa dipinjam disini. Sekalian dicuri juga boleh"
Calista mulai berjalan kearah anak anak yang sibuk main layangan dan terlihat berbicara dengan salah satu anak disana.
"Dek, kakak pinjam layangannya dong"kata Calista membuat seorang bocah merasa ada yang berbicara kepadanya berbalik.
Tanpa babibu dan ada embel embel pelit bocah laki-laki itu langsung mengangguk membuat Calista tersenyum senang.
"Aduh makasih, nanti aku traktir deh, tapi kamu ajari aku cara mainnya dong"
Calista mulai main layangan dengan anak kecil di sampingnya terlihat mengajarinya dan semua itu tak lepas dari pandangan Olivia.
Olivia memilih duduk diam sembari menatap jauh mereka sibuk menatap layangannya.
Setetes air mata jatuh namun langsung Olivia hapus.
'Aku akan berusaha menyelamatkan kalian apapun konsekuensinya dan aku akan melindungi kalian dengan nyawaku sendiri' batin Olivia.
****
Nembus 300 vote aku upp
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration | Divana Or Calista
Random*** Divana Veronika wanita berusia 25 tahun yang meninggal hanya karena novel milik sahabatnya akan dirinya kembalikan terjatuh saat ia menyebrang jalan. Bukannya ke alam baka, dirinya malah terbangun di tubuh seorang wanita berusia 19 tahun yang se...