××××××
Typo tandain
×
×××××
"Ren, kok perasaan gue nggak enak yah?'tanya Calista terlihat sedikit gelisah.
Irene yang duduk di samping Calista mengangguk setuju. "Perasaan gue juga sama Li, kek bakalan ada yang terjadi"
Calista memainkan ponselnya berharap dirinya tak gelisah lagi namun malah semakin bertambah.
"Gue telpon Aldrich dulu yah, gue sedikit takut apalagi ini malam, pengawal kita cuman empat orang lagi"ujar Calista dan Irene kembali mengangguk.
"Yaudah telpon, gue khawatir dengan bayi lo"
Akhirnya Calista mulai menelpon Aldrich walau berulang kali telponnya itu tak diangkat namun bukan Calista namanya jika langsung menyerah, yah telpon terus lah.
"Gimana? Diangkat nggak?"tanya Irene membuat Calista menggeleng lesu.
"Keknya dia lagi meeting penting deh"
"Huh, Chaiden, percepat laju mobilnya"titah Irene.
"Udah cepat ini Ren, jangan terlalu khawatir"sahut Chaiden sesekali menatap sekilas mereka berdua melalui kaca.
Tak berselang lama suara tembakan terdengar membuat mereka berdua menutup telinga sembari menunduk.
"Oh shit, telpon Aldrich lagi Calista!"teriak Chaiden sedikit panik sembari menambah laju mobil sama seperti mobil dibelakangnya.
Calista mengangguk patuh, dengan tangan bergetar, ia meraih ponselnya kemudian menekan nomor Aldrich.
Berulang kali ia menelponnya namun tetap sama tak ada jawaban, tatapannya tadinya fokus ke depan kini berpindah kearah Irene yang terlihat menatapnya meminta jawaban.
Calista menggeleng sembari menjauhkan ponselnya. Irene hanya bisa menghela nafas.
Suara tembakan terus terdengar sembari menghujani mobil mereka berdua, untungnya mobil itu anti peluru.
Calista kembali menatap ke depan dengan pikiran berkecamuk, memikirkan bayinya juga nyawa mereka bertiga.
Calista mengusap usap perutnya.
"Li, gue boleh usap perut lo juga nggak?"izin Irene membuat tatapan Calista berpindah kearah Irene kemudian mengangguk.
Senyum hadir diwajah Irene, dengan perlahan ia mengusap usap perut Calista hingga tanpa sadar setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya.
"Vin, sepertinya kita harus berbuat sesuatu"ujar Irene setelah selesai mengusap perut Calista.
"Sedang kupikirkan"sahut Chaiden.
"Dan untuk lo Li, tetap hubungi suami lo terus siapa tau bakalan diangkat"saran Irene.
Sudah lima belas menit berlalu namun mobil mereka masih tetap terus dikejar.
Chaiden membuang nafasnya kasar, secara terpaksa dia berbicara kepada seseorang membuat Irene yang mendengarnya sedikit marah.
"Nggak bisa gitu dong Vin? Please Vin peka, ini tentang nyawa Calista dan anaknya, Vin"mohon Irene tak henti hentinya mengeluarkan air mata.
"Ren, aku tau, tapi sampai kapan kita gini terus? Apalagi tak ada tempat yang aman, mansion Aldrich juga masih jauh Ren. Mau tak mau aku harus melawan mereka"kata Chaiden sembari menghentikan mobil kemudian mengambil dua pistol dan memberikan satu pistol pada Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration | Divana Or Calista
Random*** Divana Veronika wanita berusia 25 tahun yang meninggal hanya karena novel milik sahabatnya akan dirinya kembalikan terjatuh saat ia menyebrang jalan. Bukannya ke alam baka, dirinya malah terbangun di tubuh seorang wanita berusia 19 tahun yang se...