15

29.5K 1.2K 10
                                    

====

Typo tandain

Aldrich berjalan memasuki sebuah restoran dengan tampang dinginnya namun tak membuat kadar ketampanannya memudar. Ada begitu banyak orang-orang yang sedang menikmati makanan mereka menatap pria dengan rombongannya, semacam bodyguard maybe tapi emang.

Banyak para wanita tak berkedip ketika melihat wajah pria tampan itu walau hanya sekilas karena Aldrich langsung memasuki sebuah lift.

"Mah, itu kan suaminya kak Elle"ucap seorang gadis imut dengan pipi chubbynya.

"Terus?"balas seorang wanita paruh baya namun masih terlihat cantik.

"Udah lama yah kita nggak ketemu kakak Elle" jawab gadis itu dengan wajah murungnya.

Wanita paruh baya itu tersenyum sembari mengusap kepala anaknya. "Yaudah, sehabis ini kita ke mansion kakak mu"

•••••

"Selamat datang tuan Wheeler"sambut seorang pria paruh baya sambil berjabat tangan dengan Aldrich.

"Hm"

"Silahkan duduk tuan"mereka berdua duduk setelah itu mereka mulai membahas tentang bisnis.

"Senang berkerja sama dengan tuan"ucap pria paruh baya itu dengan senyum bahagia diwajahnya.

Aldrich hanya mengangguk saja dan segera pergi dari sana tak memedulikan panggilan pria paruh baya itu ketika menyadari pria baru saja menjalin kerjasama dengannya akan menawarinya seorang gadis.

Ck, apa dia pikir dirinya bodoh? Itulah pikiran Aldrich sebelum pintu lift itu tertutup.

Seorang gadis baru saja keluar dan berjalan menunduk dengan tangan terus menarik turun baju yang ia kenakalan sangat ketat itu.

Saat ia telah sampai, tiba tiba pria yang sayangnya ayah kandungnya sendiri mendorong dirinya hingga ia terjatuh ke lantai.

Ia menatap dengan mata berkaca kaca pria paruh baya itu.

"Ck, kenapa kau lama sekali keluar!? Gara gara kamu saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan! Dasar anak sialan, tak tau di untung, menyesal saya rawat kamu selama ini! Jika kamu ingin mama sakit sakitan mu itu tetap hidup, kamu harus mendapatkan tuan Aldrich, apapun itu saya tidak peduli!"ucapnya sebelum pergi dari sana meninggalkan gadis malang itu.

Gadis itu mengepalkan tangannya dengan sisa sisa air mata di pipinya. "Aku bakalan dapatin dia, apapun itu, demi mama"katanya sebelum beranjak dari saja.

"Wah, perut kakak udah besar yah? Padahal beberapa bulan lalu nggak sebesar ini"ucap seorang gadis sembari mengusap usap perut Calista yang membuncit.

Calista hanya diam menatap bingung dua perempuan disamping kanan dan kirinya.

'Siapa lagi ini ya Tuhan!! Sumpah, kalau gue ketemu lo Li, bukan pujian yang lo dapat tapi hinaan sama pukulan dari gue' batin Calista dengan muka tertekan.

"Kenapa kamu diam saja Elle?"tanya wanita paruh baya, yah Elle, nama panggilan yang keluarganya buat, namun yang bisa memanggilnya Elle adalah keluarganya dan suaminya?

Calista menatap mereka berdua binggung yang menatapnya penasaran kemudian menunjuk dirinya. "A-aku?"tanya Calista dan mereka berdua mengangguk.

"Yauyalah siapa lagi? Setan?"balas wanita paruh baya itu dan kaki disilangkan.

Calista hanya menggaruk pipinya tak lupa cegiran hadir di wajahnya. "Oh, maap"

"Kamu kenapa sih? Kok kek orang linglung? Baru bangun tidur kamu? Atau habis mimpi buruk?"tanya wanita itu sekali lagi.

Calista menunduk kemudian menapat wanita paruh baya di sampingnya. "Sebenarnya aku amnesia-"belum sempat Calista menyelesaikan ucapannya langsung disela oleh wanita paruh baya itu.

"Omaygat!? Kamu amnesia!? Kenapa nggak beritahu mama hah!?"seru wanita itu mengagetkan Calista tak kecuali gadis di samping Calista yang mendegus.

"Mama jangan teriak teriak dong, lihat tuh kak Elle sampe kaget"komentar gadis disamping Calista.

"Yah gimana mama nggak kaget denger salah satu anak mama amnesia, apalagi ini.. Amnesia kamu permanen nggak Elle?"tanyanya kearah Calista.

Calista menggeleng kemudian menjawab, "aku nggak tau"

"Yaudah deh, untungnya kamu nggak kenapa napa cuman amnesia doang"

"Saya mama kamu, mama kandung kamu, dan di sampingmu itu adek kamu. Kalian dua bersaudara doang"jelas wanita atau mama Calista, dan Calista segera mengangguk paham.

"Kakak, tadi aku lihat suami kakak di resto"beritahu Celine Elizabeth Aliyah.

"Terus? Dia ngapain di sana? Sama cewek nggak?"tanya Calista berturut-turut dan Celine hanya mendengus saja.

"Kalau nanya itu satu satu kak"

"Lupa, jadi jawab pertanyaan kakak tadi"titah Calista tak sabaran.

"Sabar ih"

"Jadi pertama aku lihat kak Aldrich jalan sama pengawalnya, terus dia masuk ke lift, kedua aku nggak tau mungkin pekerjaan, ketiga cuman sama pengawalnya aja. Tapi busett ka"

"Kenapa?"tanya Calista lagi setelah Celine mengucapkan kata buset.

"Pesona kak Aldrich emang nggak main main yah? Di resto tadi banyak cewek cewek yang kagum sama muka kak Aldrich sampe sampe ada yang menghayal padahal suaminya di depannya"jelas Celine kemudian meminum jus yang sudah di sediakan.

"Yeee, kukira ada yang penting ternyata yang nggak penting"

"Sudah sudah, ini sudah jam dua belas, Celine cepat habisi minuman mu kita akan ke kantor ayah"titah sang mama, Diana Victoria.

"Oke mah"jawab Celine patuh dan segera menghabisi minumannya.

"Elle, mama sama adik kamu mau pergi dulu yah, jaga diri kamu, jika ada apa apa hubungi mama atau papa aja" ucap Diana sebelum pergi dari sana.

"Iya, hati hati di jalan"

"Iya, kamu juga baik baik dirumah"balas Diana sebelum menghilang dari balik pintu.

Setelah kepergian Diana, Calista mulai berjalan menuju kamarnya untuk mengistirahatkan dirinya. Akhirnya akhirnya ini dirinya memang mudah lelah karena faktor kehamilan.

××××

Transmigration | Divana Or CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang