05

47.9K 2.2K 4
                                    

Pagi ini, Calista di sungguhi dengan keberadaan seseorang yang membuat ia bingung.

"Ya Tuhan, perut kamu udah tambah besar yah? Padahal perasaan baru kemarin aja mama lihat kamu nikah"celoteh wanita sedikit tua itu.

Calista hanya tersenyum saja menanggapi perkataan yang terus keluar dari mulut wanita tak di kenalinya.

Wanita itu menatap curiga menantunya. "Kenapa sikap kamu kek oleh amnesia?"

'Bukan amnesia tan, tapi si Calista sialan itu pelit, gue mah masih ingat aib aib Vio'

Lain di hati lain yang di ucapkan, begitulah Calista, atau jiwa Divana yang berada di tubuh Calista entah kemana itu.

"Aku sebenarnya amnesia tan, itu kata dokter" jawab Calista membuat wanita itu menutup mulutnya shock, selebihnya shack shick shock.

" Oh, my gosh, kamu beneran amnesia? Gara gara apa?"tanya wanita itu sambil memegang kedua bahu Calista.

Calista hanya bisa tersenyum saja kemudian menjawab, "nggak tau tan, Audrey belum ngasi tau aku penyebabnya karena apa"

Wanita itu menganggukkan kepalanya mengerti. "Kamu jangan manggil saya tante, manggil mama aja"ucapnya di balas anggukan kepala oleh Calista.

"Yaudah, mama ke butik dulu yah, tadi mama ingin ke butik tapi singgah di sini bentar dulu buat liat keadaan kamu, baik baik di sini yah Li? Kabarin mama aja kalau terjadi sesuatu sama kamu"ucapnya lagi sambil memegang bahu Calista.

Calista hanya mengangguk saja. "Iya ma, hati hati yah ma"

"Iya sayang"

×××××

"Audrey, mal yuk"ajak Calista tiba tiba membuat Audrey tadinya sedang meminum secangkir teh tiba tiba tersedak.

Uhuk uhuk

"Eh" Calista menuangkan air putih ke gelas yang kebetulan di sediakan di sana kemudian memberikannya kepada Audrey.

"Makanya, kalau minum itu jangan buru buru, jadi kesedak kan?"oceh Calista tanpa sadar jika semua ini gara gara dirinya sendiri.

"Itu aku kaget nyonya, lagian kenapa ajak ke mall tiba tiba sih? Enaknya begini aja, bisa nikmati angin sepoi sepoi"

"Enak si, tapi bosen Aud, pengen ngemall"balas Calista dengan wajah cemberutnya.

"Padahal enak" gumam Audrey masih dapat di dengar Calista.

"Yaudah, kau di sini aja sampe malam sekalian"ujar Calista sebelum pergi dari sana meninggalkan Audrey yang membersihkan bekas piknik mereka tadi.

"Tungguin saya nyonya!" teriak Audrey.

"Aud, kau mau nyalon juga nggak?"tanya Calista di depan pintu masuk salon.

Audrey di belakangnya menggelengkan kepalanya. "Nyonya aja, saya tunggu di kursi tunggu aja"sahut Audrey di balas anggukan kepala.

"Yaudah deh, jangan ngeluh kalau lama"

"Nggak nyonya, lagian udah biasa aja kok saya nungguin anda"

Mereka masuk ke dalam dengan Audrey yang menunggunya.

Beberapa jam sudah terlewatkan, dan rambut Calista sudah berbeda dari sebelumnya. Rambut yang bergelombang dengan warna rambut Blonde yang gelap hal itu menambah kecantikan yang Calista miliki.

Audrey saja terus memuji rambut Calista yang sangat cantik itu cocok dengannya. Tapi semua warna rambut di nyonyanya sih tidak ada yang tidak cocok.

Calista menghempaskan rambutnya. "Nyesel kan kau nolak ajakan saya? Makanya tadi harus mau"ejek Calista membuat Audrey menarik kembali kata-katanya lewat hati.

Ingin membalas ucapan nyonyanya tapi suara telepon membuat ia urung terbukti dengan Calista mengangkat tangannya memintanya diam.

"Yah halo, dengan siapa?"

'Li, ini gue irene'

Calista mengangkat sebelah alisnya, irene irene apalagi? Kenapa juga namanya sedikit familiar.

"Maksud lo? Lo siap-"belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, orang di seberang sana langsung mencela.

'Udah deh, nggak usah banyak tanya, gue mau ketemu sama lo sekarang, gue bakalan sherlock' ucap orang di seberang sana kemudian memutuskan sambungan telpon.

Calista menatap pesan yang baru saja di kirim, kemudian menatap Audrey yang bingung, bingung kenapa Calista menatapnya meminta penjelasan, padahal dia tak melakukan apa pun.

"Ada apa nyonya? Ada yang bisa saya bantu?"tanya Audrey.

"Siapa irene?"Calista balik bertanya.

"Oh, itu sahabat anda nyonya, kalian bersahabat saat duduk di bangku sma"jawab Audrey.

"Ceritain saya tentang irene itu sambil berjalan saja"

"Nona Irene itu dulunya berkepribadian yang baik, sopan, lembut, apalagi kalau sama nyonya, kalian seperti kakak dan adik dulunya, namun semua itu berubah saat nona Irene di jodohkan apalagi setelah menikah"

"Nona Irene itu lebih dulu menikah sebelum anda, mungkin beda satu tahun, namun sayangnya nona Irene belum di karuniai seorang anak"

"Saya juga sedikit kasihan dengan nona Irene, apalagi saat ini suaminya menyukai seseorang, itu yang saya dengar dari pelayan lain nyonya"

Calista menyimak dengan baik cerita Audrey dengan dahi berkerut.

"Namanya panjangnya?"

"Irene Stefanie Williams"

Deg

Calista menghentikan langkahnya dengan tatapan kaget, ia berbalik kebelakang di mana ada Audrey di sana.

"Irene Stefanie Williams? Itu beneran namanya?"tanya Calista memastikan.

Audrey menatap bingung tapi tak urusan ia menganggukkan kepalanya. "Emangnya kenapa nyonya?"

Calista tak menjawab, ia memilih menambah kecepatan langkahnya untuk sampai ke mobil begitu pula dengan Audrey.

×××××××

Transmigration | Divana Or CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang