09

42.3K 1.8K 3
                                    

Seorang wanita menatap tajam kedua orang yang ada di depannya.

"Tidak ada tempat lain buat gelakuin kayak gitu selain di rumah ini ya?" tanya wanita itu membuat kegiatan kedua orang didepannya terhenti, dan kegiatan apa yang mereka lakukan? Mereka sedang berciuman di ruang tamu dan di lihat para pelayan pulak.

'Bisa bisanya nih dua setan cipokan di sini rumah, untung lo tuan rumah kalau bukan dah gue gorok lo pada' itulah isi hati wanita itu yang tak lain Irene.

Irene melipat kedua tangannya dan menatap angkuh dua orang itu dan jangan lupa tatapan benci ia layangkan pada Julian.

"Lo kalau mau cepat milikin tuh semua harta bokap lo jangan terlalu banyak gaya, jijik gue tau nggak?"celetuk Irene sengaja memancing emosi suaminya, hah? Suami? Suami dajjal sifatnya mirip Fir'aun mungkin.

'Ngapain gue ngakuin dia suami? Dia aja nggak ngakuin gue istrinya, definisi di kasi berlian malah pungut taik'

'Iyuh, jijay banget njir, apasih spesialnya si Juli Juli itu? Muka kek monyet udah beruntung di kasi bidadari malah nggak bersyukur, Fir'aun memang' Irene terus saja membatin dengan wajah sedikit terlihat jijik pada kedua orang di depannya.

Mereka berdua tak menyadarinya malah sengaja memamerkan kemesraannya dengan cara Julian merangkul pinggang Giselle posesif, hal itu tentu bertujuan membuat Irene cemburu tapi bukannya cemburu, Irene malah menatap mereka jijik yang tak di sembunyikannya lagi.

"Ih, bukannya kelihat romatis, malah kek tai dan sampah, cocok banget deh kalian, julukannya juga bagus"ucap Irene membuat dua orang itu kepanasan.

Padahal mereka sendiri yang ingin memanas manasi malah panas sendiri, agak laen emang.

"Ingat batasan mu Irene"peringat Julian penuh penekanan.

Bukannya takus seperti biasanya, ia malah memutar bola matanya malas. "Tanpa lo kasi tau, gue udah tau batas kok, lonya aja yang nggak tau batas bukannya bersyukur karna udah di bantu, malah ngelunjak"balas Irene membuat julian tersulut emosi.

"Irene"ucap Julian penuh penekanan dengan urat uratnya yang mulai menonjol dan wajah memerah.

Kalian kira irene akan takut? Cih, irene yang dulu sudah mati dan sekarang adalah irene yang baru dan irene yang sekarang tak akan bisa tunduk pada siapapun.

Irene menatap angkuh lelaki itu dan tak mundur, ia malah berjalan mendekatinya sambil melipat tangan.

Sesampainya di hadapan keduanya, ia menatap Julian dengan wajah menilai kemudian bergantian pada Giselle.

"Muka lo perasaan pas pasan aja deh? Kenapa gue dulu bisa secinta itu sama lo yang mirip monyet ini?"tanya Irene heran membuat Julian tadinya sedikit tenang kembali tersulut emosi, ingin sekali ia memukul wanita di depannya, untuknya Giselle menggenggam dengan erat tangan kekar itu dan Irene menyadari semuanya.

"Wahh wahh, romantis banget sih kalian berdua, pantesan Juli Juli ini suka banget sama lo Gisel, orang lo aja romantis banget hahaha"ejek Irene sambil tertawa.

"Padahal muka lo pas pasan yang berusaha cantik model operasi nggak kayak gue, udah cantik dari sononya"lanjut Irene membuat Gisel sedikit tersulut emosi untungnya ia mengingat imagenya.

"Kok gue lama lama di sini kepanasan yah? Apa mungkin lo pada penghuni neraka atau pasangan sampah?"

"Udah deh, nanti lagi lanjutin yah gue mau pergi ke rumah sahabat cantik gue dulu"ucap Irene sebelum pergi dari sana.

Gisel mendengar kata rumah sahabat membuat moodnya seketika baik, ingin ikut pergi bersama Irene tapi ia tak berani padahal ia ingin bertemu dengan dia, orang yang bisa ia manfaatin.

Orang itu siapa lagi jika bukan suami Calista? Aldrich Jayden wheeler.

××××

"Wah, kapan anak lo lahir Li?"tanya Irene dengan mata terus menatap perut Calista yang sedikit membuncit.

Calista memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan yang non faedah sahabatnya lontarkan.

"Pertanyaan lo kaya hanya itu aja, udah tau usia kandungan gue 5 bulan malah masih nanya nanya"balas Calista membuat Irene menyegir.

"Kan cuman jokes Li, serius amat sih jadi orang"

"Ck, untung cangkir ini nggak melayang ke kepala lo"

"Njir, kejam amat"

Hari ini mereka berdua sedang minum teh di rumah kaca, agar tak ada yang mengganggu waktu bersantai mereka.

"Oh yah, ngomong ngomong, suami lo mana Li?"tanya Irene mulai menatap serius wanita di depannya.

Calista mengangkat alisnya bingung tapi tetap menjawabnya, "yah kerja lah, mau di kasi makan apa nanti gue sama anak gue?"

Irene kembali menyegir. "Oh yah, gue lupa, maap"

"Ngapain lo nyari nyari suami gue? Mau daftar jadi selingkuhan lo?"tanya Calista penasaran, kalau ya, dia akan mengerek wanita ini, biarin dia sahabat pemilik tubuh ini, dia mah mana peduli?

Irene menatap sinis Calista kemudian berucap, "yah nggak lah bego, mana mau gue jadi selingkuhan suami lo, yang ada belum apa apa gue udah di akhirat"

Calista hanya diam mendengarnya dan ia bisa tebak pasti ada kelanjutan ucapan Irene lagi.

"Gue cuman curiga sama suami lo, dia udah nggak sama pelakor itu atau masih sama kek suami gue yah?"tanya Irene berpikir dan Calista juga ikut terpikir.

'Jadi lupa deh gue kalau suami gue suka juga sama si anak tai itu, ini juga, udah sampai mana sih jalan ceritanya? Belum mulai atau udah hancur? Kayaknya udah hancur deh, apalagi gue nggak baca sampai selesai, malah baca sampai bab empat belas' batin Calista sambil menggigit kukunya.

"Lo kenapa? Kek orang nahan berak tau nggak" ucap Irene tiba tiba mengagetkan Calista, ia menatap segit wanita didepannya.

"Bisa nggak sih, kalau gue lagi mikir itu lo nggak usah bicara? Hampir aja gue sleding kepala lo"balas Calista kejam membuat Irene mendegus malas, begini ya rasanya punya sahabat salah sedikit nyawa taruhannya?

"Oh ya, kok lo bisa berubah? Nggak ngejar-ngejar si Juli Juli itu lagi?"tanya Calista penasaran.

"Ngikut lo"jawab Irene.

"Jawaban lo kek maksa gue untuk berpikir deh, kalau gue mati, lo juga ikut mati?"tanya Calista.

"Bisa nggak sih, kalau kita sedang bicara jangan bawa bawa nyawa? Buset dah lo Li, buat gue takut aja"

"Kan lo yang mulai, lagian gue tadi kan cuman nge jokes"tanggap Calista membuat Irene kesal, jadi begini ya di rasa Calista tadi saat ia nge jokes?

×××××××××

Transmigration | Divana Or CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang