11

38.2K 1.8K 10
                                    

××

Hari sudah malam, Calista saat ini berada di balkon kamarnya sambil menatap langit langit yang di penuhi banyak bintang.

"Li, itu nama panggilan lo kan?"tanya Calista tersenyum.

"Lo dimana sih Li? Lo itu cupu banget deh, dengan tanpa bersalahnya lo limpahkan semua ini ke gue, Li, gue juga capek Li capek, padahal gue udah mati tapi kenapa di saat gue udah mau tenang lo milih jiwa gue untuk masuk ke tubuh lo?"

"Apalagi, ada anak lo yang masih belum ngelihat dunia, harusnya lo milih jiwa gue di saat lo udah melahirkan, anjing banget si lo, pasti sakit kalau melahirkan yah? Aduh takut bet gue"memang pada dasarnya Calista itu tak cocok bersedih sedih.

"Gugurin anak lo nggak papakah? Lo marah nggak yah? Pasti marah, Arghh, sumpah stres gue kalau lama lama mikirin itu! Udah ah mau tidur gue"

××××

Berbeda dengan mansion Calista yang tenang, di mansion Irene saat ini terjadi keributan dengan Julian terus membanting barang barang dengan Irene menatapnya datar dari atas tangga sambil melipat tangannya.

'Definisi orang gila yang sebenarnya, datang datang langsung lempar barang barang, nggak jelas banget jadi cowok' batin Irene mencibir pria itu.

Tidak tahan dengan pria itu terus membuang barang barang bernilai ratusan juta itu sayang jika di hancurkan, Irene segera menghampirinya kemudian melemparinya vas bunga hingga mengenai kepalanya kemudian jatuh ke lantai dan pecah.

"Lo bisa nggak sih, kalau stres itu jangan buat keributan!? Lempar sana sini barang!? Berisik tau nggak!?"

Julian hanya diam menatap datar wanita baru saja melemparinya vas bunga itu kemudian mengeluarkan suara dapat membuat hati Irene sakit.

"Itu bukan urusan kamu, mau saya lempar barang barang pun itu bukan urusan kamu, karena itu barang saya bukan barang kamu"memang Irene akui ia salah karena ikut campur tapi jika boleh jujur, apa yang dilakukan Julian itu menjengkelkan, dimana ia mengganggu dirinya yang sedang beristirahat.

"Ck, yah gue tau gue salah, tapi lo lebih salah, dimana lo ganggu waktu istirahat orang lain termasuk gue! Coba lo bayangin waktu istirahat lo di ganggu pasti kesel bukan!? Nah itu yang gue lakuin gue kesel sama lo yang teriak teriak nggak jelas di tambah buang barang barang kesana kemari"

Hidup lo emang selalu nyusahin orang lain yah? Lo nikah nyusahin, apa itu nyusahin, pokoknya lo nyusahin banget jadi orang "

Julian terdiam sesaat kemudian berjalan mendekati Irene yang terlihat waspada saat ia dekati. Bagaimana tidak waspada? Saat ini wajah pria itu memerah dengan kedua tangan terkepal hingga urat uratnya menonjol.

Ingatlah, sebenarnya Irene itu seorang wanita penakut, ia benci dikerasi, semua wanita pasti begitu, akan benci namanya dikerasi.

"Lo-lo mau apa!?"tanya Irene gugup sambil menatap tajam dan waspada pria itu.

"Bunuh kamu"

===

Calista baru saja ingin menutup matanya sesuatu tiba tiba muncul di otaknya membuat ia harus membuka matanya kembali. Ia menatap jam di handphonenya dan tanggal kemudian langsung turun dari ranjang dan keluar kamar.

Ia memeluk tubuhnya dan berjalan cepat di lorong lorong dengan hanya di terangi cahaya temaram saja.

Tak terlalu memerhatikan kanan kiri hingga ia menabrak dada seseorang membuatnya terjatuh dan terduduk dilantai.

"Awss, kalau jalan itu pake mata"ujar Calista sembari meringis merasakan sakit di pantatnya.

"Pake kaki" ucap Aldrich membenarkan.

"Iya aku tau tapi orang bisa jalan bener kalau bukan pake mata?"balas Calista tak mau kalah membuat Aldrich memilih tak membalas ucapan wanita berbadan dua. Tunggu, dua? Menyadari pikirannya Aldrich dengan cepat membantu Calista berdiri dengan tampang datarnya tapi ada kesan khawatir di matanya.

"Udah, aku nggak mau lama lama sama kamu, aku harus pergi"ucap Calista sebelum pergi dari sana meninggalkan pria itu sendiri yang terus menatap punggungnya.

Apakah kalian pikir dia akan membiarkan istrinya apalagi sedang mengandung anaknya pergi? Tentu saja tidak. Aldrich segera beranjak pergi, mengikuti kemana perginya Calista.

Di besement Calista menatap bingung semua mobil disana, ia binggung yang mana akan ia pakai, tak lama ia memilih mobil Aston Martin Vanquish untuk ia kendarai menuju sesuatu tempat.

Mobil itu melaju keluar besement melewati Aldrich yang baru saja sampai, ia menatap tajam mobil itu kemudian segera mengambil mobil dan mengendarainya dengan kecepatan penuh agar ia tak tertinggal mobil Calista kendarai.

Dapat Aldrich lihat mobil didepannya berhenti kemudian kembali melaju ketika satpam membukakan pagar, ia sedikit memelankan laju mobilnya dan terus menatap tajam ke arah mobil itu.

Sebuah mobil mahal melaju dengan kecepatan tinggi di sebuah jalan cukup sunyi. Ada begitu banyak pepohonan disekitarnya, Calista sengaja memilih jalan itu agar cepat sampai ke tempat tujuannya.

Terlalu fokus untuk segera sampai ke tujuannya hingga tak menyadari sedari tadi ada orang yang terus mengikutinya.

"Ck, sepertinya kamu tidak akan di izinkan mengendarai mobil lagi setelah ini"ucap Aldrich dengar tatapan tajamnya.

××××××

Transmigration | Divana Or CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang