31

13.8K 650 12
                                    

Jangan lupa voteee

Typo tandain

******

Sudah dua bulan berlalu, namun semuanya masih tetap sama, tak terjadi apapun. Tetapi tetap saja Calista harus tetap waspada. Apalagi kehamilannya sudah memasuki usia tujuh bulan dan akan berusia delapan bulan.

Saat ini Calista sedang memandang anak anak yang sibuk bermain layang layangan dengan penuh canda tawa.

Calista sampai kadang tertawa melihat kelucuan mereka hingga seseorang menepuk bahunya. Ia berbalik dan menatap sang pelaku langsung duduk di sampingnya.

"Kenapa nona duduk di rumput, itu kotor nona"

"Sudah biasa"

"Ck, sedari dulu anda memang sulit dibilangin"

Setelah itu mereka berdua diam menatap anak anak di depan mereka.

"Nona, anda sudah lebih dua bulan tinggal di sini dan sudah dua bulan juga nyonya Irene tak berkunjung kemari menanyakan keadaan anda"Olivia membuka suara setelah lama berdiam.

Calista melirik Olivia sekilas dan kembali menatap kedepan dengan mulut ditutup rapat.

Tak lama Calista menghela nafas, dan menatap Olivia. "Aku nggak tau harus gimana lagi Liv, mau pergi dari sini tapi ada begitu banyak suruhan suami aku mengawasi pergerakan ku"kata Calista sembari menatap sekelilingnya.

Olivia terdiam, hanya menatap layang layangan yang terbang dengan berbagai macam bentuk.

"Anda tak perlu khawatir nona, saya percaya dengan nyonya Irene. Dan anda percaya saja padaku jika anda ingin memeriksa keadaan mereka"usul Olivia.

Calista kembali menatap Olivia sebentar. "Jika terjadi apa apa dengan mu?"

"Maka anda harus terus bertahan di tempat ini"jawab Olivia penuh makna. Maksud dari perkataannya bukan bertahan di desa namun didunia saat ini Calista pijaki.

Calista terdiam membisu, ia tidak bodoh, malah paham apa yang dimaksud Olivia.

"Nggak ada yang tahu Liv kedepannya gimana"

***

Plak

Suara tamparan menggema di sebuah ruangan.

"Maksud kamu apa hah!? Saya sudah memberikan mu banyak kesempatan namun apa yang saya dapatkan!? Apa!? Dasar tidak becus!"hardik seorang wanita berpakaian seksi.

Yang ditampar memegang pipinya bekas tamparan tadi dengan air mata tak henti hentinya keluar. Perempuan itu terduduk di tanah yang kotor.

"Sudahlah sayang, kamu kan tahu jika si sialan itu sedang ada diluar negeri selama dua bulan"kata seorang pria berusaha menengangkan wanita berpakaian seksi itu.

"Tapi-"

"Felice Giselle Jackson!"potong pria itu sembari menyebut nama panjang wanita tersebut.

Wanita tak lain Giselle itu mendegus dan menatap kearah lain malas menatap pria yang menyebut nama panjangnya.

Satu pria sedari tadi menyaksikan kejadian itu memutar bola matanya malas melihat drama dua orang tersebut.

"Tak ada kita bicarakan bukan? Lebih baik saya pulang saja"ujar pria itu tak lupa berdiri dari duduknya.

"Drama yang membosankan"lanjutnya sebelum benar benar pergi.

Mereka bertiga hanya menatap pria tersebut hingga menghilang dari balik pintu.

Transmigration | Divana Or CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang