28

13.1K 555 3
                                    

*****

"Liv, kok mukamu kek monyet sih? Murung nggak ada senyum senyumnya"terang Calista.

Olivia hanya bisa membuang nafasnya kasar, tak habis pikir dengan kelakuan wanita itu. Sungguh sifat dia dan nyonya nya sebelas dua belas, nggak ada bedanya.

"Ck, aku buat salah apa sih sama kamu? Mukamu jelek tau nggak?, nggak ada senyum senyumnya"komentar Calista setelah beberapa saat mereka terdiam.

Olivia menatap sekilas ke arah Calista sembari membereskan meja makan, bekas sarapan pagi mereka tadi.

"Nona tidak mau jawab pertanyaan ku semalam"sahut Olivia sembari mengangkat piring yang sudah kotor.

Ia mulai mencuci piring dengan Calista hanya menatap kegiatan Olivia dari kejauhan kemudian memilih pergi keluar menghirup udara segar.

"Disini sama aja sama di mansion, bedanya di mansion sedikit bebas. Sedangkan disini? Hah, berasa kek diawasi dari segala arah"gumam Calista. Ingin sekali dirinya curhat, namun siapa yang dapat Calista tempati curhat? Irene? Ayolah si sahabat gilanya itu sedang bersembunyi padahal Calista sudah tau, Olivia? Ck, dia sama saja dengan Audrey tak ada bedanya.

"Eh, ngomong ngomong, bungkus kemarin dibawa Olivia itu apa yah? Sampe sampe jatuh di jalan, tapi gue takut bet meriksa, mau nanya nanti dicurigai lagi"

"Apa jangan jangan?"lanjutnya ketika menyadari sesuatu setelah itu tiba tiba dia menangis tanpa air mata.

"Hiks, Livia! Aku mau siomay!"

*****

Seorang wanita menatap jijik namun disembunyikan pada seorang gadis tapi ah, yang penting perempuan sedang tertidur di halte. Ia dengan sedikit terpaksa memilih duduk menunggu seseorang menjemputnya.

Tanpa wanita itu sadari, perempuan itu tadinya tertidur kini menggeliat kemudian langsung berdiri dengan linglung untuk pergi dari sana, namun sepertinya wanita itu tak begitu saja membiarkan dia pergi, dengan cepat ia segera menghadang perempuan itu.

"Eh, jangan pergi dulu, sini duduk bentar"wanita itu menuntun perempuan untuk duduk kembali ditempatkan dia tadi duduk  sembari menatap bingung wanita itu.

"Kak, aku mau pulang, mungkin mama dan ayahku sedang bertengkar"mohon perempuan itu namun segera mendapat gelengan kepala.

"Nggak, saya nggak bakalan biarin kamu pergi sebelum kamu nerima tawaran saya"balas wanita itu.

Perempuan itu mengurungkan niatnya untuk pergi, ia mengangkat sebelah alisnya. "tawaran apa kak?"tanyanya.

Setelah itu terlihat sangat penawaran mengukir senyum miring diwajahnya tanpa dia sadari.

'Bagus juga nih orang, gue jadi bisa deh manfaatin dia buat deketin suami Calista sialan itu dan rebut hatinya, hahaha. Walaupun ada sedikit rasa tak rela sih, tapi yang penting balas dendam gue terpenuhi' batin wanita tak lain Giselle penuh kelicikan.

Gisella melipat kedua tangannya didepan dada, kemudian memerhatikan penampilan perempuan itu dari atas sampai bawah.

"Orang tua kamu bertengkar kan?"tanya Giselle malah membuat perempuan itu bingung.

"Emangnya kenapa?"perempuan itu balik bertanyaan.

"Saya mau mengajukan kerja sama dengan kamu, tapi kalau kamu nerima"

"Emangnya tawaran apa kak? Siapa tau aku bisa lakuin"ucapan perempuan itu membuat senyuman hadir di wajah Giselle.

Ia berdiri dan berjalan sedikit menjauhi perempuan sedang terduduk itu dan membelakanginya, senyuman tadinya tak miring kini berganti menjadi miring.

Transmigration | Divana Or CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang