_
_Di sinilah Calista saat ini, ia menatap layar besar di depannya dengan sebuah popcorn di pangkuannya di sampingnya ada Audrey mukanya yang sudah pucat pasi, ingatkan Audrey jika ia sangat takut dengan hantu apalagi seperti ini, hanya ada mereka berdua di sini.
"Nyo-nyonya, apa kita tidak bisa pulang saja?"tanya Audrey memohon.
Calista melirik sekilas ke arah Audrey kemudian kembali menatap layar di depannya. "Tunggu sampai film ini selesai"balas Calista santai membuat kedua bahu Audrey merosot.
"Ayolah nyonya kita pulang saja, atau anda ingin berbelanja? Biar saya temani nyonya"
"Tanpa kau bilang pun, kau tetap menemaniku"balas Calista lagi dan Audrey sudah kehabisan kata kata dengan pasrah ia memilih menutup mata dan telinganya agar suara menyeramkan itu tak masuk ke pendengarannya.
'Oh Tuhan, kenapa nasibku terus mengenaskan?'
×××××
"Kemana dia?"tanya seorang pria dengan wajah datarnya tapi tak mengurangi kadar ketampanannya malah menambah.
Alvino Lionel, sekretaris pria itu menundukkan kepalanya. "Nyonya pergi ke mall tuan"jawab Alvino masih menunduk.
"Hm"
"Tadi seru loh Aud, kau suka nggak?"tanya Calista setelah keluar dari bioskop itu.
Audrey tak menjawab ia hanya menatap kosong lantai marmer dengan wajah yang masih pucat.
Calista merasa Audrey tak menjawabnya segera berbalik dengan wajah agak kesal. "Kalau di tanya itu yah jawa-" ucapnya terpotong ketika melihat tampang wajah Audrey.
Dalam hitungan detik tawa Calista terdengar membuat Audrey tersadar, ia kemudian menatap bingung nyonyanya itu yang tiba-tiba saja tertawa padahal tidak ada yang lucu, apa ada yang salah pada dirinya? Atau nyonyanya sudah gila?
"Hahaha, mukamu"jari telunjuk Calista mengarahkan ke wajah Audrey membuat Audrey memegang wajahnya.
"Ada apa dengan wajahku nyonya?" tanya Audrey.
"Segitu takutnya kau sama hantu? Haha"Calista berucap dengan nada mengejek membuat Audrey sadar alasan nyonyanya itu tertawa seketika wajah Audrey tadinya terlihat bingung sekarang berubah menjadi kesal.
"Jangan mengejekku nyonya"
Sangking asiknya tertawa sambil berjalan hingga mereka tak sengaja menabrak seorang wanita hingga semua belanjaan di genggamannya terjatuh.
"Kalau jalan itu liat liat! Jadi jatuh kan belanjaan saya?!"ucap wanita itu dengan nada suara sedikit meninggi membuat mereka bertiga menjadi pusat perhatian para pengunjung mall.
Wanita itu menunduk menatap belanjaannya tanpa menatap atau sekedar melirik sekilas wajah sang penabrak, ia meratapi nasib belanjaannya yang harganya puluhan juta itu.
Calista dan Audrey menatap datar wanita itu hingga wanita itu menatap dirinya mematung setelah membereskan belanjaannya.
"Nyonya Calista?"
××××
"Audrey, pijit kaki saya dong"pinta Calista yang duduk disofa dan tangannya yang mengusap usap peritnya.
"Baik nyonya"jawab patuh Audrey, ia mulai memijit kaki nyonya nya dan Calista mengamati dalam diam.
"Audrey"panggil Calista setelah lama terdiam.
"Ya nyonya?"
"Siapa wanita tadi?"tanya Calista membuat tangan Audrey yang memijit kaki Calista terhenti kemudian ia kembali memijit nya sambil mengukir senyum seperti senyum terpaksa menurut Calista.
"Bukan siapa siapa nyonya, hanya orang sok kenal saja"jawab Audrey dan Calista tau dia sedang berbohong, tapi Calista tetap diam saja.
Mereka lama terdiam hingga suara pintu depan terbuka terdengar membuat mereka memfokuskan pandangannya pada pintu itu.
Seorang pria masuk kedalam dengan wajah dinginnya, sekilas ia juga menatap mereka berdua lebih tepatnya ke arah Calista kemudian melangkahkan kakinya ke lantai atas melewati ruangan itu.
Calista dan Audrey saling menatap kemudian Audrey melanjutkan kegiatannya lagi dan Calista yang menikmatinya.
"Nyonya apa anda tak turung makan malam?"tanya Audrey menatap nyonyanya bigung.
"Tidak, bawakan saya makanan saja"jawab Calista. Saat ini ia sedang membaca sebuah novel, terlihat seru hingga ia merasa malas untuk meninggalkannya.
Audrey membuang nafasnya kemudian pergi dari sana setelah berpamitan meninggalkan Calista yang sibuk membaca buku entah dimana ia dapat itu.
Audrey mengangkat napang yang sudah di sediakan pelayan untuk nyonyanya, tapi sebelum itu ia memastikan makanan tersebut tak ada racun dengan cara mencicipi nya sedikit.
Audrey berjalan dengan napang di tangannya hingga ia sampai di tanggal tapi berpapasan dengan tuan rumah, ia menunduk tak lupa menyapanya dan kembali melanjutkan langkahnya tapi terhenti.
"Untuk siapa?"suara bas menurutnya menyeramkan itu memasuki gendang telinganya, ia menghentikan langkahnya kemudian berbalik dengan kepala masih menunduk.
"Untuk nyonya Calista tuan" jawab Audrey hingga pria itu menghampirinya dan tanpa ia duga pria itu mengulurkan kedua tangannya.
"Berikan"ucap singkat Aldrich tapi dapat Audrey pahami.
Segera ia memberikan nampang berisi makanan itu kepada lelaki di depannya. Sambil menunduk mana boleh ia mengangkat pandangannya, kecuali jika ia mau mati bisa di coba.
Pria itu berjalan dengan nampang ia bawa meninggalkan Audrey yang masih menunduk dan tak lama ia mengangkat kepalanya dengan senyum yang sudah hadir. "Semoga hubungan kalian ada kemajuan"gumamnya.
×××××
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration | Divana Or Calista
Random*** Divana Veronika wanita berusia 25 tahun yang meninggal hanya karena novel milik sahabatnya akan dirinya kembalikan terjatuh saat ia menyebrang jalan. Bukannya ke alam baka, dirinya malah terbangun di tubuh seorang wanita berusia 19 tahun yang se...