19

26K 1.2K 18
                                    


×××

Calista memakan makanannya dikamar Aldrich, wajahnya saat ini terlihat kurang enak dipandang.

"Nggak enak"gumam Calista setelah makanan itu habis.

Ia berdiri dan berjalan menuju balkon, untungnya ada balkon dikamar Aldrich, jika tidak mungkin ia akan mati kebosanan. Dia mendongak menatap langit tak ada satupun bintang di sana melainkan sesekali kilat, mungkin akan segera datang hujan. Ia menghela nafas dan memilih kembali masuk.

Calista mendudukkan dirinya di kasur dengan tatapan kedepan. Andai ada handphone mungkin dirinya dan Irene sudah berbincang-bincang dari tadi dan tak membuatnya gabut seperti ini.

"Nyesel gue pulang kesorean, lain kali nggak lagi"ucap Calista sudah kapok.

Pasti Irene tertawa menonton meme instagram disana. Ck, apakah hanya dirinya yang ternistakan terus? Harusnya Giselle juga. Oh yah ngomong ngomong tentang Giselle, cara membuatnya lenyap dari dunia bagaimana?

Calista menggelengkan kepalanya brutal. 'Nggak usah mikirin tuh sampah, mikirin aja cara keluar dari kamar pria pelit senyum itu bagaimana?'batin Calista berpikir keras namun yah, otaknya standar.

Ingin tidur tapi ia baru saja bangun tidur, masa harus tidur lagi sih? Tapi walaupun begitu Calista tetap mencoba menuntup matanya, siapa tau ia bisa tertidur. Dan yah setelah dua belas menit akhirnya ia bisa tertidur pulas lagi, tak lama dari itu suara kenop pintu terdengar kemudian pintu itu terbuka.

Terlihat seorang pria masuk ke dalam setelah memastikan Calista tertidur lewat kamera tersembunyi yang ada dikamarnya.

Ia menutup pintu pelan bagai seorang penyusup dan berjalan menuju kasur dimana Calista sedang tertidur pulas disana dengan tubuh setengah dibungkus selimut.

Ia menatap datar wajah Calista yang cantik tanpa dipolesi makeup, tak lama sebuah senyum miring hadir. Ia mendekatkan bibirnya didekat telinga wanita itu.

"Kamu milikku dan hanya milikku"bisiknya kemudian menidurkan dirinya didekat wanita itu, tak lupa memeluk pinggang Calista dan mengecup keningnya sebelum menutup matanya.

°°°°°
Cahaya matahari menembus gorden dan seorang wanita cantik menggeliat karena terpaan cahaya matahari itu menganggu tidurnya. Ia bangun dan merentangkan tangannya yang terasa pegal tak lupa menguap lebar.

Setelah menghilangkan rasa kantuknya, ia berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya, wajah banyak wanita diluar sana idam idamkan.

Seusai mencuci wajahnya, ia kemudian berjalan menuju pintu namun yah, pintu itu tak bisa di buka. Ia seakan lupa dimana saat ini ia berada dan kamar siapa ini?

Ia mendengus dan mendudukkan dirinya kasar di kasur juga wajah ditekuk. Jika Irene melihatnya, mungkin ia akan mengejeknya bukan memujinya bahwa ia imut sekali! Wah, memuji kepintarannya saja Irene jijik, apalagi memujinya imut dan cantik? Huekk, hanya itu mungkin yang keluar dari mulut Irene.

Calista mendengus lagi, kenapa ia jadi memikirkan orang menyebalkan kedua setelah Vio itu? Ah, mengingat tentang Vio lagi, Calista jadi kangen sahabat gila plus cerewet itu.

Dan gara gara dia, gilanya berpindah ke dirinya, padahal dahulu ia anak baik baik plus polos.

Tak lama suara pintu dibuka membuat Calista langsung berdiri. Disana ia bisa lihat ciptaan Tuhan yang kelewat sempurna itu menatapnya datar setelah pintu itu dia buka.

Calista menghampiri pria tak lain Aldrich yang terlihat terus menatapnya datar, yah datar, kan memang Aldrich seperti itu, jadi Calista menjulukinya pria pelit senyum catat baik baik.

Calista sedikit menunduk, yah karena selain salting juga sedikit ciut selebihnya biasa biasa saja kek hubungannya dengan pria pelit senyum itu.

"Jangan ulangi lagi"ucap Aldrich tiba-tiba sedikit mengagetkan Calista.

'Busyett, kalau bicara jangan tiba-tiba om, kaget si cantik plus imut ini'

Lain di hati lain yang keluar dimulut, itulah Calista. Ia menatap Aldrich dengan senyum dan menganggukkan kepalanya paham.

"Iya janji"

"Jam empat sudah dirumah"ucap Aldrich lagi dan Calista kembali menganggukkan kepalanya.

"Sebelum keluar, izin ke saya"lanjut Aldrich membuat Calista melangkah menjauhi Aldrich untuk menuju kamarnya terhenti. Ia  berbalik kemudian menganggukkan kepalanya dan kembali menatap ke depan dan tangan yang mengusap usap lehernya.

'Lama lama putus juga ni pala, mengangguk terus kerjanya' batinnya.

Calista membuang badannya ke kasur dengan perasaan bahagia.

"Akh, akhirnya gue bisa rasain kasur kesayangan gue lagi, uh nyamannya"ucap Calista girang.

Pintu terbuka dengan sang pembuka menatap datar majikan didepannya.

"Nyonya"panggil Audrey membuat pergerakan Calista yang sedang bergulir guling terhenti.

Ia menatap kearah dimana Audrey berdiri sembari melipat kedua tangannya. Seperti seorang ibu mendapati anaknya sedang bermain lumpur atau hujan hujanan padahal ia akan terkena demam jika bermain hujan hujanan.

"Eh, Audrey, saya kangen lo sama kamu"ucap Calista berusaha membalik keadaan. Dimana mana bawahan takut majikan bukan majikan takut bawahan.

"Jangan mengalihkan keadaan nyonya, anda jangan melakukan hal yang sama seperti yang tadi anda lakukan. Anda harus mengingat bahwa anda sedang mengandung"omel Audrey dan Calista hanya kenyegir saja.

"Sorry, lagian saya kangen banget sama tempat tidur saya, jadi yah saya lupa kalau ada dede gemesin di perut saya"jelas Calista membuat Audrey menggelengkan kepalanya.

"Lain kali jangan diulang lagi nyonya"

"Hem, kalau ingat"balas Calista.

"Nyonya?"

"Ck, iya, puas!?"

===


Transmigration | Divana Or CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang