07

43.4K 1.8K 13
                                    

-

Tok tok tok

"Masuk"

Seorang wanita berpakaian compang camping masuk ke dalam ruangan itu dengan kepala menunduk.

Jari jari yang tadinya sibuk menari di keyboard tiba tiba terhenti.

Pemilik jari itu yang tak lain Julian menatap wanita baru saja masuk.

"Ada apa Gis? Apa jalang sialan itu mengganggumu lagi?"tanya Julian dan segera menghampiri Giselle yang sudah mulai terisak.

Ia memeluk tubuh ramping itu dengan lembut ia mengusap usap kepalanya berusaha menenangkannya.

"Hiks, aku capek Lian"

"Sttt, di dunia ini tidak ada yang hidup tidak capek Gis semuanya pasti capek jadi stop bilang kalau kamu capek"

Giselle melepas pelukan kemudian mendongakkan kepalanya menatap wajah tampan pria itu dengan wajah yang masih basah dengan air mata. Dengan sayang Julian menghapus bekas air mata itu dengan lembut tak lupa senyuman yang terukir di bibirnya.

Perlakuan itu membuat Giselle merasa tenang dan aman di dekatnya. Ia kembali memeluk tubuh itu.

Irene yang mengintip di sela sela pintu tak tertutup rapat melihat semua itu mengepalkan tangannya hingga kuku panjangnya menancap dan mengeluarkan darah.

'Cih, jalang sialan, awas saja kau, gue bakalan buat lo merasakan apa itu surga sekaligus neraka yang sebenarnya' batin Irene juga senyum miring dan menatap sinis dua orang yang sedang berpelukan bagaikan pasangan. Walau memang pasangan bukan?

Sedikit rasa perih hadir di dada Irene, ia memukul pelan dadanya untuk menghilangkan rasa sakit itu sambil pergi dari sana.

Tanpa Julian sadari, Giselle tersenyum miring ketika melihat siluet seseorang yang pergi dari sana, bisa ia tebak jika yang melihatnya adalah Irene?

××××

Irene mendudukkan dirinya di sebuah bangku taman dengan air mata yang terus menetes walaupun ia berusaha menghentikannya dengan cara menegarkan dirinya dan mengatakan jika semua akan baik baik saja tapi tetap air mata sialan ini tak berhenti.

Ia mengusap air matanya dan menatap tajam ke depan. "Gue gak bakalan biarin lo rebut apa yang sudah menjadi milik gue"ucapnya penuh penekanan.

Sebuah sebotol minuman tiba-tiba muncul di hadapannya segera ia mendongak menatap sang pemilik itu kemudian menaikkan sebelah alisnya menandakan jika ia bertanya apa maksudnya?

Orang itu tak menjawab, ia hanya menaruh minuman itu di tangan Irene kemudian berlalu pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Irene menatap sebotol minuman di berikan pria tadi, ia kemudian membuka dan meminumnya.

"Al, makasih walaupun gue terlambat ucapin"

××××

"Ya Tuhan nyonya, tolong hentikan ini nyonya, nanti jika tuan melihat habislah riwayat ku nyonya, anda tak mau jika saya di pecat atau di bunuh kan nyonya?"

"Mau, itulah yang sedari dulu saya inginkan"tanggap Calista membuat Audrey mengusap dada sabar, sabar dengan kelakuan nyonya kek dajjal.

Saat ini Calista sedang menanam tanaman di kebun dengan Audrey yang terus mengoceh membuat telinga Calista rasanya ingin terputus.

"Nyonya berhentilah, anda sudah lebih tiga jam menanam di sini, saya takut anda akan sakit atau kulit putih anda hitam karena cahaya matahari, anda mau suami anda berpaling?"tanya Audrey dengan sedikit ancaman, ia harap cara ini ampuh dan yah, nyonya nya seketika berdiri dari duduknya.

"Ck, mana mau saya, awas aja kalau ada yang rebus suami saya, saya cekik lehernya, banting, terus bunuh deh"ucapan yang sederhana tapi dapat membuat Audrey merinding dalam hatinya ia berjanji, ia tak akan membuat kesalahan.

Selesai membersihkan diri, Calista mendudukkan dirinya di sofa kemudian menyalakan televisi, ia harus menikmati hidupnya ini dengan bersantai haha, walaupun suaminya atau pemilik tubuh ini jarang sekali santai seperti dirinya. Tapi memang seperti itu kan?

Ia mengusap perutnya sambil memakan camilan, fokusnya hanya satu, yaitu film yang sedang di tayangkan di televisi hingga tiba tiba sebuah keinginan muncul di otaknya.

"Mau nonton film horror"

"Audrey!!"teriak Calista membuat Audrey berlari mendekatinya.

"Ada apa nyonya?"tanya Audrey.

"Temani saya menonton film horor di bioskop"ajak Calista kemudian berjalan meninggalkan Audrey yang masih belum mencerna, memang pada dasarnya otak Audrey itu kadang lemot.

"Ha? Anda ingin pergi ke bioskop?"tanya Audrey di belakang Calista.

"He'em"jawab Calista seadanya.

"Tap-"

"Ini semua keinginan dede gemes di dalam perut saya"potong Calista membuat Audrey menatapnya curiga.

"beneran nyonya?"tanya Audrey lagi kurang percaya dengan ucapan nyonya nya.

Calista memutar bola matanya malas kemudian berhenti. "Yaiya lah, apa lagi? Kau nggak percaya?"

"Percaya sih nyonya"jawab Audrey menyegir.

"Tapi-"

"Tapi apa lagi hah?"tanya Calista ngegas.

"Anu, jika anda ingin keluar, pengawal harus menemani anda kemanapun nyonya mau, itu perintah dari tuan nyonya" jelas Audrey.

"Alasannya?"

"Agar tidak terjadi apa apa pada nyonya dan bayi didalam kandungan anda" jawab Audrey lagi.

"Ck, yaudah"balas Calista setuju membuat Audrey bernafas lega.

××××××

Transmigration | Divana Or CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang