16

35K 1.4K 3
                                    

××××××

Seorang pria berjalan dengan tampang datarnya menuju kamarnya, namun saat ia akan melewati sebuah pintu, langkah kakinya terhenti. Ia menatap pintu itu ragu dan memegang kenop pintu kemudian memutarnya.

Cahaya masuk kedalam kamar itu setelah ia membuka pintu, ia berjalan mendekati sebuah ranjang. Walaupun gelap namun penglihatan tajam, ia masih bisa melihat dalam kegelapan.

Pria itu berjongkok di dekat tempat tidur di samping seorang wanita, kemudian dia mengangkat satu tangannya berniat mengusap kepalanya namun tangannya hanya berhenti di udara.

Ia menghela nafas dan segera berdiri, sebelum benar benar keluar dari sana ia memberanikan diri mengecup kening wanita tertidur nyenyak itu pelan dan cepat. Kemudian ia segera pergi dari sana agar wanita itu tak terganggu.

Sepeninggal pria tak lain Aldrich, terlihat Calista mengukir senyum dibibir pink alaminya.

••••

"Irene, lo tau nggak?"

'Yah kaga lah bego, orang lo belum ngasi tau' balas Irene melalui panggil telepon.

"Tadi malam gue mimpi di cium pangeran, tapi muka pangerannya buram"curhat Calista.

'Ah masa? Kaga percaya gue, lo kan kebanyakan halu dibanding menerima kenyataan'

"Sumpah, gue beneran anjir"

'Dia nyium lo dimananya aja? Kasih tau gue, kalian nggak cipokan kan?'

"Ck, pertanyaan apaan itu? Kek nggak ada yang lainnya aja"cibir Calista.

'Yang penting nanya' balas Irene.

"Ck, mall yuk"ajak Calista tiba-tiba.

'Wah, ada pergerangan apa nih si baginda ratu ini ngajak ke mall? Nggak ada maksud lain kan?'

"Yah, kaga ada lah bego. Kalau lo mau ikut bilang kalau nggak gue ke mall sendiri aja"

'Eh eh, selow selow, gue otw sabar'

Tut

Calista mematikan sambungan telepon sepihak dan segera memasuki walk in closet  untuk mengganti pakaiannya.

Setelah selesai, ia mengambil dompet dan tasnya kemudian keluar dari kamarnya.

Ia menatap pelayan yang sedang mengerjakan perkerjaan setiap lorong ia lewati sesekali juga tersenyum menyapa pelayan yang melewatinya sembari menunduk.

"Nyonya"panggil seseorang membuat Calista tadinya ingin menurut tangga terhenti dan berbalik ke arah asal suara itu.

Ia menatap seorang pria bisa ia tebak adalah pengawal berjalan kearahnya dengan kepala menunduk.

"Ada apa?"tanya Calista.

"Kata tuan, mulai hari ini anda tidak diperbolehkan menaiki tangga dan menuruni nya nyonya"

"Terus saya harus lewat mana? Loncat? Salto? Apa?"

"Eh, ma-maksud saya, anda harus memakai lift saja nyonya"jelas pengawal itu. Begitulah jika menyampaikan pesan setengah setengah.

"Emang ada lift di sini?"tanya Calista memastikan.

"Iya nyonya" jawab pengawal itu.

'What!? Kenapa nggak dari kemarin kemarinnya sih dikasi taunya!?  Bener bener tuh orang' batin Calista. Ingin rasanya ia berteriak dan melempari kepala Aldrich vas bunga seperti yang dilakukan Irene.

"Yaudah, tunjukin"titah Calista tak santai, entah kenapa, mungkin gara gara Aldrich, yah pria itu.

Mereka mulai berjalan dengan pengawal itu di depan Calista, tadinya sih dia ingin berjalan di belakang saja namun Calista menyuruhnya berjalan didepannya sebagai petunjuk jalan.

Mereka sampai didepan lift, Calista langsung memasuki lift itu setelah terbuka diikuti pengawal dibelakangnya.

Saat melewati ruang tamu, seseorang tiba-tiba menghampirinya sembari berucap,"lama amat si lo, gue aja nggak selama itu"

"Yah serah gue lah"balas Calista sewot.

"Nggak usah sewot juga kalee"

"Ini kita mau berangkat atau gimana? Kalau nggak jadi gue mendingan tidur"ucap Calista sedikit kesal.

"Sabar lah, nggak sabaran banget jadi bumil"

"Bacot"

°°°

"Kenapa harus pake pengawal sih Li? Sumpah syebel banget gue"kata Irene dengan mata terus fokus kedepan.

"Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya? Yah serah gue lah"balas Calista hingga mendapatkan sinisan dari Irene.

"Sumpah lo semakin lama semakin ngeselin, bagusan aja lo diam"ucap Irene membuat Calista menutup rapat bibirnya. Kan itu yang Irene mau?

"Kenapa lo diam?"

"Kan lo nyuruh gue diam, jadi gue diam"jawab Calista menatap polos wanita sibuk mengemudi itu.

"Nggak usah sok polos lo, jijik gue liatnya"cibir Irene membuat Calista berdecak.

"Lo sebenarnya mau apa sih? Gue diam salah, bicara juga salah. Lama lama gue bunuh lo juga"

"Bercanda lo nggak ada lucu lucunya"

"Sejak kapan gue bercanda?"tanya Calista dengan muka seriusnya membuat Irene yang sesekali menatapnya ngeri melihat.

"Sejak langit dan bumi menyatu"

"Lol"

Transmigration | Divana Or CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang