27

16.6K 785 7
                                    

****

Di sebuah rumah terbengkalai nan gelap tanpa ada pencahayaan, terlihat seorang wanita berjalan masuk kedalamnya sembari sesekali menatap sekitar memastikan tak ada yang mengikutinya.

Bisa ia lihat saat masuk ke dalam, seorang wanita sedang duduk di sebuah kursi kayu membelakanginya.

"Nyonya" wanita tak lain Olivia menundukkan kepalanya.

Setelah Olivia memanggil wanita itu dengan sebutan nyonya, terlihat dia langsung berdiri kemudian berbalik ke arahnya dan melangkah dengan pelan mendekatinya.

"Ini"terlihat wanita itu memberikan sebuah kantong plastik padanya dan langsung diterima dengan baik.

"Terimakasih nyonya"ucap Olivia semakin menunduk.

"Saya yang harusnya berterimakasih"

"Terimakasih kamu telah menjaga Calista"lanjut wanita itu kemudian sedikit menjauhi Olivia.

"Selama saya tidak ada, jaga Calista dengan baik, kalau perlu, pertaruhkan nyawa kamu"pesan wanita itu membuat Olivia menganggukkan kepalanya.

"Ba-baik nyonya"jawab Olivia gugup. Kenapa dia harus pakai acara gugup? Hey! Ini tentang nyawa, namun Olivia tak mempedulikan nyawanya. Lagian untuk apa ia tetap ada didunia? Sedangkan tujuan hidupnya tak ada.

"Olivia, kamu harus tetap mengingat pesan saya dimana pun kamu berada. Ingat, jangan lengah, mau di desa mu, dimana pun itu. Karena musuh suaminya itu banyak Liv, jadi saya mohon"pinta Irene penuh harap, yah wanita itu adalah Irene. Irene sampai sampai ingin berlutut namun segera di cegah oleh Olivia.

"Stop nyonya! Anda jangan memohon kepada saya, tanpa anda ingatkan pun saya akan selalu menjaga nona Calista. Jadi tolong, jangan memohon sampai melakukan berlutut seperti tadi, anda nyonya saya, tak sepantasnya seorang pelayan mendapatkan hal seperti itu oleh majikannya"terang Olivia panjang lebar.

Irene hanya diam mendengar semua perkataan Olivia dengan mulut tertutup setelah itu kembali mendudukkan dirinya dikursi kayu tadi, tapi masih dengan mulut terkunci.

Olivia juga tak mengeluarkan suaranya namun terus menatap khawatir sang nyonya yang menatap kosong kedepan, entah apa yang sedang nyonya pikirkan jangan tanya padanya, karena dia bukan cenayang.

Terpaksa Olivia harus memanggil Irene, ia takut terjadi apa apa dengan dia, seperti keserupan misalnya.

"Nyonya?"panggil Olivia cicit.

Setelah Olivia memanggilnya terlihat wanita itu langsung menatapnya membuat sang empu langsung kaget. Hampir saja sebuah balok yang ada didekatnya melayang ke kepala wanita itu alias Irene.

"Nyo-nyonya, anda baik baik sa-saja? Ja-jangan buat saya khawatir dan ta-takut nyonya"pinta Olivia penuh harap, dan tanpa sadar ia berjalan mundur hingga terjatuh namun tetap menyeret dirinya mundur hingga punggungnya menempel di didinding.

Tak tahan ketika melihat sang nyonya semakin dekat, Olivia langsung menutup matanya rapat rapat dan terus berdoa didalam hatinya

Tak lama setelah Olivia menutup matanya, tiba-tiba suara tawa terdengar.

"Hahaha, Livia Livia, ternyata kamu takut juga yah sama hantu?"kata Irene mengejek.

'Haha, saya kan orang nyonya bukan Betmen' sayangnya Olivia hanya bisa membatin.

Olivia sedikit tertawa dengan wajah tertekan agar nyonyanya bahagia. Nyonyanya memang asik, asik sendiri.

Tanpa mereka sadar orang yang tadi mejadi pembicaraan mereka menyaksikan semuanya. Dia terlihat mengusap pipinya ketika melihat candaan Irene buat.

'Nyesal gua keluarin air mata berharga gue gara-gara dengerin ucapan lo taik . Seharusnya gue tadi langsung sadar siapa yang bicara, sebel gue' terlihat Calista langsung pergi dengan wajah cemberutnya.

Tapi tiba-tiba sebuah ide muncul diotak pas pasannya, terlihat dia yang mengambil batu berukuran cukup besar kemudian melempar ke kaca jendela terlihat sudah berlumut dan banyak sarang laba laba.

Prang!

Setelah melemparnya, dia langsung pergi dengan lari tak terlalu cepat sembari memengang perut buncitnya.

Setelah suara diperbuat Calista tadi, kini dua wanita yang ada didalam langsung keluar memeriksa apa yang terjadi.

"Apa yang pecah?"tanya Irene setelah Olivia selesai mengeceknya.

"Kaca jendela nyonya"jawab Olivia jujur.

Setelah jawaban wanita itu, kening Irene terlihat berkerut.

"Kenapa bisa kaca itu pecah? Apa gara gara saya ngeprank kamu tadi?"tanya Irene.

Mereka berdua diam hingga, tanpa pamit atau apapun itu, mereka langsung pergi dengan cara berlari dari sana. Lari mereka tak main main kencangnya hingga tanpa sadar Calista sedang berjalan santai malah Olivia lewati.

Calista mengedipkan beberapa kali matanya hingga ia tertawa, hampir saja ia jatuh karena tersandung batu. Sedikit kaget sih namun yah sepertinya si bumil ini kehabisan obat, biasa obat ciuman dari ayang, Calista kembali tertawa.

*****

Seorang pria dengan tampang dinginnya berjalan dengan langkah lebar diikuti oleh tangan kanannya atau asisten.

Saat ini mereka ada di bandara dan berjalan menuju Jet yang sudah siap namun asisten terlihat mendengus karena ada saja cobaan saat mereka dalam kondisi genting seperti ini, bagaimana tidak genting? Perusahaan mereka dibagian Paris mengalami sedikit masalah, sedikit sih, namun yah ruginya ber triliunan. Sangat disayangkan bagi dirinya bukan bagi tuannya.

Wajah pria didepannya juga terlihat sedikit memerah dengan tangan dikepal namun sang pelaku malah dengan kurang ajarnya menaruh tangannya didada pria dengan emosi tertahan itu kemudian mengusapnya.

Saat wanita tersebut akan bicara, dengan kasar, pria berwajah datar itu menyingkirkan tangan wanita tersebut tak lupa mendorongnya hingga wanita itu terjatuh dengan keras dilantai dan menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada disana.

Setelah mendorong wanita itu, terlihat dia langsung meninggalkannya begitu saja setelah memberikan tatapan tajam dimana suruhan pria itu berada.

Sepeninggal pria itu, semua orang mulai membicarakannya, ada yang mencemoohnya, memvideokannya, membisikkannya, menyindirnya hingga menyiraminya air dan banyak lagi.

Hal itu membuat wanita tadi menagis tersedu-sedu, siapa suruh mencari masalah.

Dia langsung pergi setelah orang-orang yang tadi mengerumuninya pergi dibubarkan oleh petugas.

Kondisinya saat ini terlihat acak acakan, terlihat bagai orang sakit jiwa yang kabur dari rumah sakit jiwa.

Wanita itu mengacak acak rambutnya juga berteriak hingga kembali menangis.

"Sial sial sial! Dasar sialan!"teriak wanita itu tak lupa memukul kepalanya, melampiaskan kemarahannya.

"Pokoknya aku harus dapetin kamu Aldrich, harus"tekadnya hingga tertawa. Banyak orang yang lewat menatapnya aneh, ada juga yang tertawa dan meneriakinya 'Dasar cewek gila, sinting'

*****

Transmigration | Divana Or CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang