Chapter 1

1.5K 131 9
                                    

Suara deru mobil yang melaju di jalanan ramai bergema di dalam kendaraan yang membawa Wang Yi dan bibinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara deru mobil yang melaju di jalanan ramai bergema di dalam kendaraan yang membawa Wang Yi dan bibinya.

Di dalam suasana yang penuh kebisuan, Wang Yi duduk diam di samping jendela, memandang lurus tanpa banyak ekspresi. Dia selalu seperti itu—pendiam, cenderung tertutup, bahkan di hadapan keluarganya sendiri. Hari ini adalah hari yang besar, hari di mana dia akan melanjutkan pendidikannya di sebuah kampus berasrama khusus perempuan, jauh dari kehidupan lamanya, setelah kepergian kedua orang tuanya.

Bibinya, yang duduk di belakang kemudi, adalah wanita tegas yang tidak suka melihat orang bermalas-malasan. Dengan wajah tanpa senyum, dia sesekali melirik Wang Yi melalui kaca spion, seolah memastikan keponakannya tetap dalam kendali. "Kita mampir dulu ke makam orang tuamu. Mereka pasti ingin kau beri penghormatan terakhir sebelum kau pergi," ucapnya dengan nada yang tidak mengundang banyak perlawanan.

Wang Yi tidak membalas, hanya mengangguk kecil. Perjalanan terasa lebih sunyi meskipun jalanan di luar begitu bising.

Mereka berhenti di pemakaman kecil yang sepi, bukan karena letaknya yang terpencil, tapi karena pemakaman itu khusus keturunan keluarga terhormat.

Bibinya keluar dari mobil terlebih dahulu, menarik napas panjang seolah mengumpulkan kesabaran. "Cepat! Bawa karangan bunga ini. Jangan buang-buang waktu." Suaranya terdengar memerintah saat dia menyerahkan bunga yang sudah disiapkan.

Wang Yi menerima bunga itu, keluar dari mobil tanpa banyak bicara. Langkahnya lambat tapi pasti, mata hitamnya yang dingin memandang lurus ke depan. Di depan dua batu nisan yang tertata rapi, dia berhenti. Senyum tipis terbentuk di wajahnya yang tenang, namun matanya memancarkan kesedihan yang dalam. Dalam diam, ia memejamkan mata, berdoa dalam hatinya, tanpa satupun kata terucap.

"Jangan lama-lama! Kita harus segera berangkat lagi, lokasinya masih jauh," seru bibinya dari kejauhan, mulai terdengar tidak sabar.

Wang Yi membuka matanya, melihat sekilas pada makam kedua orang tuanya. Mereka sudah tenang di sana, pikirnya, damai tanpa harus melihat dunia yang terus bergerak.

Tanpa mengucapkan apa-apa, Wang Yi perlahan meninggalkan makam itu, membawa serta kenangan masa lalu dan berjalan kembali ke mobil. Hari ini adalah awal yang baru, tapi di dalam hatinya, kenangan akan orang tuanya tetap hidup—diam, seperti dirinya.

Bibinya, Luo Meifang, menatap Wang Yi dengan tatapan tajam setelah mereka kembali masuk ke mobil. Suasana di antara mereka terasa berat, namun Meifang tidak pernah ragu untuk berbicara langsung, apalagi pada keponakannya. "Dengarkan aku, Wang Yi," suaranya dingin namun tegas. "Kamu jangan sampai nakal di asrama nanti. Jadilah gadis yang patuh, jangan bikin masalah. Aku sudah cukup baik merawatmu, padahal aku punya anak sendiri yang seusia denganmu. Ingat itu."

Wang Yi hanya melirik sekilas, ekspresinya tidak berubah banyak. Kata-kata bibinya memang sudah sering didengar, namun tetap terasa tajam setiap kali diucapkan. Dia tidak merespons dengan bicara, hanya memberikan anggukan kecil—tanda bahwa dia mendengar, meskipun sulit untuk mengetahui apakah dia benar-benar menyetujui.

LOVING MISS ZHOU - Wang Yi dan Zhou Shi Yu (sqhy couple) SNH48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang