Seminggu berlalu dengan cepat, dan kini Wang Yi kembali tenggelam dalam kesibukan rutinnya. Aula besar kampus dipenuhi oleh tim diskusinya yang tampak serius memperdebatkan berbagai ide besar.
Di depan ruangan, Wang Yi berdiri dengan penuh percaya diri, memimpin kelompoknya dalam pembahasan proyek yang semakin mendekati tahap final. Mereka sedang mengerjakan sebuah inovasi revolusioner yang memadukan teknologi dengan sektor akademisi—menciptakan aplikasi keuangan lintas negara, sebuah terobosan besar yang akan menyasar perusahaan besar dan kampus-kampus yang ingin berkolaborasi.
Proyek mereka menjadi sorotan karena potensinya yang menjanjikan. Dengan bantuan perkembangan kecerdasan buatan (AI), aplikasi ini diharapkan mampu memberikan penghasilan tambahan bagi mahasiswa yang terlibat dalam pengembangannya. Setiap anggota tim tampak antusias, tetapi tekanan besar juga mengikuti mereka. Peluncuran dan demonstrasi aplikasi ini sudah semakin dekat, dan kelompok mereka harus memastikan semuanya sempurna sebelum hari penting itu tiba.
Diskusi semakin intens menjelang malam. Wang Yi sudah terlihat lelah setelah berjam-jam bekerja keras, namun ia tetap berusaha memberikan arahan dengan tenang. "Kita harus memastikan semua detail teknis sudah siap sebelum kita lakukan uji coba akhir," katanya sambil menatap layar laptop di depannya. Suaranya terdengar sedikit serak, efek dari berbicara terlalu lama dan fokus yang tak pernah berkurang. Rekan-rekannya, termasuk Sayuri, dapat melihat betapa beratnya tekanan yang Wang Yi rasakan sebagai ketua tim.
"Wang Yi, kamu harus istirahat sebentar," kata Sayuri, yang duduk di sampingnya. Matanya menunjukkan kekhawatiran. "Tekanan jadi ketua memang besar, tapi kamu juga butuh waktu untuk menarik napas."
Wang Yi mengangguk pelan, meskipun dalam hatinya dia merasa enggan untuk berhenti. Ia tahu betapa krusialnya setiap detik dalam persiapan mereka, tapi tubuhnya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Akhirnya, ia menyerah dan meminta izin istirahat selama 30 menit pada pengawas yang mengawasi jalannya diskusi.
Setelah mendapatkan persetujuan, Wang Yi berjalan keluar aula dengan langkah berat. Udara malam yang sejuk menyambutnya begitu ia melangkah keluar gedung. Wang Yi menyesap kopinya perlahan, membiarkan rasa hangat itu mengalir ke tubuhnya yang letih. Ia mengeluarkan ponselnya, sekadar ingin memeriksa pesan.
Sudah seminggu penuh Zhou Shi Yu tidak mengirimkan kabar. Tidak ada satu pesan pun dari Zhou Shi Yu, dan Wang Yi tidak bisa menahan diri untuk berpikir—apakah Zhou benar-benar sesibuk itu dengan pameran seninya?
Pikiran itu berputar-putar di kepalanya. Wang Yi menatap layar ponselnya, jemarinya bergerak seolah ingin mengirimkan pesan lebih dulu. Namun, keraguan kembali muncul.
Rasa takut mengganggu Zhou Shi Yu membuat Wang Yi mengurungkan niatnya. Dalam diam, ia menatap langit malam yang tampak suram, seakan mencerminkan suasana hatinya.
"Mungkin dia benar-benar sibuk," pikir Wang Yi, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVING MISS ZHOU - Wang Yi dan Zhou Shi Yu (sqhy couple) SNH48
FanfictionDi balik tembok disiplin yang mengelilingi kampus elit itu, Wang Yi, seorang gadis pendiam yang selama ini hidup dalam bayang-bayang akan menemukan gairah baru dalam hidupnya. Semua berubah ketika dia bertemu Miss Zhou, guru yang penuh pesona dan sa...