Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Festival Bahasa diselenggarakan di aula kampus yang sangat luas dan sudah penuh dengan dekorasi warna-warni, bendera, dan spanduk yang menggambarkan semangat literasi dan budaya. Di sisi kiri aula, panggung besar telah dipersiapkan dengan sempurna, lengkap dengan lampu sorot yang siap menghidupkan suasana. Deretan kursi untuk penonton sudah penuh oleh peserta lomba, tamu undangan, sastrawan, dan juga mahasiswa yang penasaran dengan acara ini.
El dan teman-teman dari panitia sibuk mempersiapkan hal-hal terakhir sebelum acara dimulai. Dia berdiri di dekat pintu masuk, mengenakan baju kasual namun rapi, menatap sekeliling dengan sedikit tegang, namun sekaligus bangga melihat persiapan yang sudah mereka lakukan.
Pimpinan kampus akhirnya naik ke panggung, memulai sambutan. Suaranya menggema di seluruh aula, memperkenalkan acara dengan antusias dan memberikan semangat kepada para peserta lomba. Setelah sambutan selesai, giliran penampilan-penampilan pembuka yang lain mengambil alih panggung. Penampilan tari tradisional dari mahasiswa, lalu dilanjutkan dengan musikalisasi puisi yang membuat suasana aula semakin semarak.
Setelah beberapa penampilan, giliran band El yang tampil. El naik ke panggung bersama teman-teman bandnya. Sorot lampu menyorot mereka saat El mengambil posisi di depan mikrofon, gitar di tangan. Musik mulai dimainkan, dentingan gitar berpadu dengan dentuman drum dan suara keyboard yang menggema di aula. Lagu pertama yang mereka mainkan berhasil membuat penonton terhanyut dalam irama. Penampilan El dan band-nya begitu energik dan memukau, membuat aula bergemuruh dengan tepuk tangan ketika lagu berakhir.
Setelah bandnya selesai, El masih harus tampil lagi untuk membacakan puisi. Dengan tenang, ia melangkah ke mikrofon, kali ini tanpa gitar di tangan. Puisi yang dia bacakan berjudul "Sengkon Karta," sebuah puisi yang mendalam dan penuh emosi. Setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti mengalir dengan kekuatan, menyentuh hati para pendengar. Saat ia selesai membacakan puisi, aula kembali bergemuruh dengan tepuk tangan yang meriah.
Setelah selesai dengan semua penampilannya, El turun dari panggung dan melihat Nana duduk di antara bangku penonton, berdiri sambil bertepuk tangan bersama yang lainnya. Dengan senyum kecil, El berjalan menghampirinya.
"Na," El menyapa dengan suara rendah sambil mendekat. "Lo nonton dari awal?"
Nana mengangguk sambil tersenyum, "Iya, gua nonton. Lo keren banget tadi, El."
"Thanks, Na. Gue seneng lo bisa dateng," jawab El sambil tersenyum, meskipun dia merasa waktunya terbatas.
Nana mengangguk. "Lo harus ke mana lagi abis ini?"
"Abis ini gua harus jadi juri buat lomba baca puisi. Kayaknya bakal lama juga," El menjelaskan sambil melirik jam tangan. "Gue bener-bener sibuk hari ini."
Nana tersenyum lembut, "Tenang aja, gue nggak ke mana-mana. Nanti ketemu lagi setelah lomba, ya?"
El mengangguk, "Oke. Gue cabut dulu, Na. See you nanti."
Setelah berbicara sebentar dengan Nana, El langsung bergegas menuju ruangan tempat lomba baca puisi akan dimulai. Sebagai salah satu juri, dia harus memerhatikan setiap peserta dengan seksama, menilai keindahan dan kedalaman makna dari puisi yang mereka bacakan. Setiap peserta memberikan penampilan terbaik mereka, dan El pun harus fokus pada setiap detail.
El melangkah cepat menuju ruangan lomba puisi, di mana ia akan bertugas sebagai juri. Aula besar yang tadi penuh dengan hiruk-pikuk festival kini berganti dengan suasana yang lebih tenang, tapi tetap dipenuhi aura antusiasme dari para peserta dan penonton yang hadir. Meja juri sudah disiapkan di depan panggung kecil, dihiasi bunga dan taplak berwarna krem. Di sebelah kiri dan kanan panggung, spanduk berisi logo acara dan tema lomba puisi menghiasi ruangan.

YOU ARE READING
Never Flat
Ficción General"Dalam putaran waktu yang tak terhitung. Kita melangkah dalam harap dan ragu. Layaknya angin yang datang dan berlalu. Kehidupan itu berbisik; teruslah berjalan walau tak tahu."