Ashella tidak menyia-nyiakan waktu lagi, ia segera kabur dengan berlari sekuat yang ia bisa. Ia tidak sadar jika handphonenya terjatuh.
"Jangan kabur lo!" Devan mengejar Ashella yang berlari. Semakin lama, semakin dekat Devan mengejarnya.
Rasa sakit tiba-tiba terasa di perut Ashella, ia berlari sudah cukup lama dan ia juga kelelahan.
"Perut aku sakit banget, kalo aku berhenti aku bisa ditangkep sama Devan, tapi kalo nggak perut aku makin sakit, gimana ini?" Ashella kebingungan, ia terus berlari sembari memegangi perutnya yang makin lama makin terasa sakit.
***
"Shell, ini es krim buat kamu," kata Jidan setelah beberapa menit pergi dan baru saja kembali. Namun, Ashella tak ada di sana.
"Shell, kamu di mana?" Jidan terus memanggil-manggil istrinya itu, tetapi tak ada sahutan sama sekali.
Jidan hendak menelpon, tetapi handphonenya malah ada di tanah, dan pemiliknya tak ada.
"Handphonenya ada di sini, tapi orangnya gak ada. Shella ke mana?" Jidan khawatir.
***
Bruk!
Ashella terjatuh.
"Aw!"
"Gak bisa lari lagi lo, hah!" Devan tersenyum puas, karena Ashella sudah tidak bisa lagi kabur.
Devan hendak melakukan sesuatu, namun...
"Jauh-jauh lo, Bajingan!" Jaket Devan ditarik dari belakang secara tiba-tiba, membuatnya terjatuh ke belakang.
"Lo?" Devan sedikit terkejut melihat Jidan ada di sana.
"Kenapa, lo kaget liat gue bisa nemuin lo?" timpal Jidan.
Devan bangun, merapikan pakaiannya yang kusut karena ditarik oleh Jidan tadi.
"Lo tuh maunya apa sih? Dari dulu lo selalu aja ganggu hidup gue, lo punya masalah apa sama gue, hah?" Jidan sudah bosan dengan drama-drama Devan.
"Dari dulu... yang gue mau cuman Shella, gue gak rela dia jadi milik lo, karena selamanya dia milik gue. Paham lo?" tegas Devan.
"Dasar Bajingan, lo!" Jidan tanpa ragu-ragu menghajar Devan habis-habisan. Belum ada beberapa menit mereka bertarung, geng Ghost Rider datang dan mengeroyok Jidan.
"Ohh, lo main keroyokan sekarang? Ayo, empat lawan satu." Jidan.
Ashella yang tidak tega melihat Jidan dikeroyok seperti itu langsung berpikir bagaimana caranya ia bisa membantu dengan keadaannya yang seperti ini.
Lalu, ia melihat kayu yang tergeletak di sana. Dengan tenaga yang tersisa, ia bangun dan mengambil kayu tersebut. Ia berjalan perlahan menuju pertengkaran tersebut.
Namun, saat ia hendak memukulkannya, Robi tak sengaja menepisnya dengan kuat dan membuatnya terjatuh dengan keras.
"Aww!" pekiknya.
"Shella!"
Jidan dengan cepat menyelesaikan urusannya dengan geng Ghost Rider, tetapi Devan bukanlah manusia yang bisa ia remehkan.
Anak-anak Orion sedang berkeliling kota, mereka melihat Jidan yang sedang dikeroyok langsung datang dan membantunya.
"Kalian," kata Jidan melihat anak-anak Orion datang dan membantunya menghajar anggota Ghost Rider.
"Biar kita yang urus mereka, lo urus aja Shella dia butuh lo sekarang," ucap Naufal.
"Makasih ya, Fal." Jidan menepuk pundak Naufal, lalu mendekati Ashella.
"Jidan... perut aku sakit," adunya menahan sakit.
Darah segar mengalir ke kaki Ashella.
"Darah. Sayang, kamu pendarahan!""Pendarahan?"
Jidan segera membopong tubuh Ashella dan membawanya ke rumah sakit. Selama perjalanan ke rumah sakit, Ashella terus mengeluh sakit di perutnya.
"Suster, tolong!" teriak Jidan saat tiba di rumah sakit.
Tiga orang suster datang kepada Jidan.
"Ada yang bisa dibantu, Mas?""Sus, tolongin istri saya, dia pendarahan," jawab Jidan panik.
Dua suster lainnya datang membawa tandu. Ashella dipindahkan ke atas tandu dan segera di bawa ke IGD untuk ditangani oleh dokter.
"Mas-nya bisa tunggu di sini selagi dokternya nanganin istri, Mas-nya," kata suster.
"Istri sama anak saya gak bakalan kenapa-kenapa 'kan, Sus?" tanya Jidan sebelum suster itu masuk lagi ke dalam.
"Mas doa aja sama Tuhan biar semuanya lancar," jawab suster itu lalu pergi.
***
Anak-anak Orion datang ke rumah sakit untuk mengetahui keadaan Ashella.
"Gimana Shella, dia baik-baik aja 'kan?" tanya Naufal.
Jidan menggeleng, "Gue gak tau, dokter masih belum keluar dari tadi."
"Semoga aja dia gak kenapa-kenapa."
"Semua ini gara-gara Devan, kalo dia tadi gak dateng, semuanya gak bakalan kayak gini! Shella gak akan masuk rumah sakit," ucap Jidan menyalahkan Devan.
"Lo sabar dulu, Dan." Leo menenangkan Jidan yang sudah marah besar.
"Gimana gue bisa sabar, Shella sekarang masuk IGD gara-gara si bajingan itu! Gue harus kasih pelajaran sama dia, dia harus tanggung jawab sama apa yang udah dia perbuat," tutur Jidan.
"Lo mau kasih pelajaran apa dia?" sahut Malik.
"Naufal, Ezra, Leo, kalian ikut gue. Malik, Rija, kalian tolong tunggu di sini, kalo ada perkembangan tentang Shella, kabarin gue, oke?" perintah Jidan.
"Iya, Dan."
Saat itu juga, Jidan dan yang lainnya mendatangi basecamp Ghost Rider.
"Di mana ketua kalian?" tanya Jidan.
"Ngapain lo nanyain dia?" timpal Robi.
"Gue tanya, di mana ketua kalian!" tanya Jidan lagi dengan nada tinggi.
"Tinggal jawab aja sih, susah banget," sahut Leo.
"Gue di sini, ada urusan apa lo sama gue, Orion?" Devan keluar dari dalam basecamp dan langsung menghampiri Jidan.
"Lo bilang, ada urusan apa? Lo sadar gak, gara-gara lo, istri gue masuk rumah sakit!" sentak Jidan.
"Ya udah, makanya kalo gak mau dia masuk rumah sakit, biarin dia jadi milik gue!" timpal Devan.
"Lo belum puas nyelakain keluarga gue? Dulu lo udah bunuh nyokap gue, dan sekarang Shella juga mau lo sakitin?" kata Jidan.
"Soal nyokap lo, karena gue benci sama lo, makanya gue bikin dia meninggal. Kalo lo gak mau Shella tersakiti, biarin dia jadi milik gue!"
"Bajingan, lo!" Jidan memukul wajah Devan.
Anggota Ghost Rider hendak membantu ketuanya, namun anggota Orion Universe menghalangi mereka, membiarkan Jidan dan Devan yang bertarung dan tidak ikut campur.
***
Dokter keluar dari ruangan.
"Maaf, keluarga pasien?""Kita temen-temennya, Dok. Dia baik-baik aja 'kan?" jawab Malik mewakili.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng: Season 2
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Shella, kamu masih hidup, atau cuma ilusi aku aja?" Jidan