ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
Keesokan paginya, sinar matahari yang menyelinap lewat celah tirai membuat kamar terasa hangat. Chika membuka matanya perlahan, memandang Ara yang masih tertidur di sampingnya, wajahnya tampak tenang dalam pelukannya. Senyum kecil terukir di wajah Chika, merasa lega melihat Ara terlihat lebih nyaman dan rileks dibandingkan semalam.
Dengan hati-hati, Chika melepaskan pelukannya agar tak membangunkan Ara. Dia merapikan rambut Ara yang sedikit berantakan, lalu beranjak menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Chika turun ke lantai bawah untuk sarapan. Dia sengaja tak membangunkan Ara, yakin sepupunya itu masih membutuhkan waktu tidur yang cukup. Saat tiba di dapur, Chika melihat Aya dan Puccho sedang menyiapkan makanan.
"Pagi Mami, Papi," sapa Chika.
"Pagi," jawab Aya dan Puccho serempak.
Chika lalu duduk di meja makan.
"Ara mana? Belum dibangunin?" tanya Aya sambil melirik ke arah tangga.
"Ara masih tidur Mi. Chika sengaja nggak bangunin," jawab Chika sambil menuang jus ke gelasnya.
Aya mengernyit, penasaran. "Kenapa?"
"Semalem Ara susah tidur Mi," jawab Chika sambil tersenyum tipis.
"Kenapa emangnya?" tanya Puccho, ikut penasaran.
Chika menghela napas kecil. "Tadi malam ada petir, terus lampu mati. Mami sama Papi pasti tau kan, apa yang selalu Ara lihat kalau mati lampu di malam hari..."
Aya dan Puccho pun saling pandang, mengangguk pelan.
"Semalem Mami sama Tante Shani kemana sih? Soalnya Ara sempet nyari Tante Shani, tapi Chika bilang kalo Tante Shani lagi pergi," tanya Chika, penasaran.
Aya tersenyum tipis sambil duduk di seberang Chika. "Oh, semalem itu Mami sama Tante Shani ke rumah teman lama. Ada acara kumpul-kumpul, makanya pulangnya agak malem."
"Ohh," Chika mengangguk mengerti. "Untung aja semalem Ara mau sama Chika. Kalo nggak, Chika nggak tahu lagi harus gimana..."
Aya tersenyum dan menatap putrinya dengan penuh pengertian. "Ya kalo Ara nggak mau, kamu usahain terus sampe dia mau."
Chika menghela napas, sedikit tertawa. "Susah Mi bujuk Ara itu..."
Aya terkekeh kecil. "Yaudah, sekarang kita sarapan dulu ya."
Mereka pun menikmati sarapan bersama. Tak lama setelah selesai makan, Puccho berangkat kerja, sementara Aya membereskan piring-piring. Chika kemudian naik kembali ke kamar untuk membangunkan Ara. Dengan lembut, Chika duduk di tepi tempat tidur dan mendekatkan diri ke Ara.
"Ra, bangun yuk," bisik Chika sambil menyentuh bahu Ara.
"Iya," jawab Ara dengan mata yang masih terpejam, suaranya samar.
Chika tersenyum geli. "Mau mandi dulu atau sarapan?"
"Iya... di sana," gumam Ara tanpa sadar, seolah menjawab sesuatu dalam mimpinya.
Chika tertawa pelan, menyadari Ara belum sepenuhnya terbangun, meski dia sudah mencoba mengajaknya ngobrol.
Chika menggeleng pelan, masih tersenyum melihat tingkah Ara yang setengah sadar tapi tetap mencoba menjawab. Ia mengusap pelan bahu Ara, menggoyangkannya sedikit agar sepupunya benar-benar bangun.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Older Cousin
Novela JuvenilCerita yang mengisahkan hubungan kompleks antara dua sepupu, Ara dan Chika. Dimulai dengan ikatan keluarga yang erat, hubungan mereka perlahan berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam dan rumit. Cerita ini mengeksplorasi emosi yang penuh intensit...