Bebeppp!! Yuhuuu! Update nichh!!
Alur sudah semakin kokoh, chemistry juga sudah semakin dapet, tinggal authornya aja ini yang rajin nulis, tapi sumpah aku capek banget anjirrrrrr, di kerjaan lagi lembur terusss, nulis juga waktu istirahat kerja, pulang kerja nulis lagi, jadi kalo agak pendek mohon di maklum 😭😭😭😭😭🫵🏻🫵🏻🫵🏻.Anyways, selamat membaca ya sayangku.
Jangan lupa di vote dan komen, biar author semangat.Love,
Author.
♥️CHAPTER 29
ADIL POV
Sepanjang jalan menuju rumah, Kak Arman tidak mengeluarkan sepatah kata, mungkin satu dua umpatan ketika kendaraan di depan kami mendadak berhenti membuatnya melakukan rem dadakan, selain itu, nihil, bahkan hingga kami sampai di rumah.
“Ini beli tiga kue keju semuanya buat Adil?.” Tanyaku, ia sedang memainkan gitar dikamarnya.
“Lu suka banget kan? Sengaja gw beli tiga, buat lu semua.”
“Kakak nggak mau?.”
“Gak suka gw.” Jawabnya, aku turun kedapur, mengambil dua potong kue keju dan membawanya kembali ke kamar Kak Arman, dari luar pintu kamarnya, terdengar suara indahnya bernyanyi, pelan tapi jelas, enak didengar entah lagu apa yang dinyanyikannya, dalam bahasa inggris, aku berdiam sejenak di depan pintunya, mendengarkan lantunan lagu yang dia nyanyikan, jika langsung masuk, aku yakin dia akan langsung berhenti bernyanyi.
Tiga menit aku berdiri di depan pintu kamarnya, lagu berakhir, aku mulai masuk ke dalam.
“Ngapain?.” Tanya dia singkat, aku tidak menjawab, duduk di sampingnya, diatas kasur.
“Makan Kak!, dari sepulang renang tadi, Kakak belum makan apa-apa lagi, cuman kopi doang.” Jawabku, memberikan sepotong kue itu, ia tidak mengambil sodoranku, aku memutar mata kemudian menyimpan kue itu di pahanya.
“Makan!, malah bengong, kayak orang bego!.” Ujarku, sekarang giliranku yang berkata kasar.
“Lu yang bego!, nyuruh makan kue tapi gak bawa sendok, mau makan pake apa?.” Ujarnya, sial, aku lupa, tersenyum lebar menatapnya, beranjak dari kasur hendak mengambil sendok ke dapur.
“Mau kemana?.”
“Ngambil sendok.”
“Gak usah! Sini!.” Aku kembali duduk disampingnya, ia turun dari kasur berjongkok didepan kasur kemudian menarik sesuatu dari sana, sebuah nampan, berisi tiga gelas yang kotor, bekas kopi sepertinya, ada sendok disana.
“Cuci nih!, di kamar mandi gw.” Ia memberikan dua sendok untuk aku cuci, baru pertama kalinya aku masuk kedalam kamar mandi Kak Arman, bersih, wangi, dan yap, tentu saja, celana dalam tergantung banyak, ada tiga, di ember satu, basah, sepertinya memang pemuda mengalami fase ini semua, Ibuku dirumah juga sampai marah jika aku lupa memasukan pakaian kotorku kedalam ember cucian. Menyalakan keran kemudian mencuci sendok.
Saat aku kembali, aku melihat Kak Arman mencolek cream ditiap sisi kue miliknya.
“Katanya gak suka.” Ujarku sambil memberikan satu sendok kepadanya.
“Gak suka, tapi ya lumayan lah, enak, jago baker nya.” Ujar dia gengsi, kembali aku duduk disampingnya.
“Harganya juga lumayan Kak, ini beliin aku tiga lho.” Ujarku sambil mengunyah kue ini.
“Mungkin bahannya premium Dil, makanya mahal, worth it lah, sepadan.” Aku mengangguk setuju.
“Punya lu kok beda Dil? Nyobain dong!.” Pintanya sambil melihat ke arah kue milikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arman
RomansaBercerita tentang Adil yang sejak kecil hidup susah setelah ditinggal Ayahnya hingga ia hampir putus sekolah ketika ia SMA, sehingga mau tidak mau ia harus bersedia untuk di urus dan disekolahkan oleh orang tua angkatnya, ia kira hidupnya akan mulai...