Ch.26 Ujian

712 65 19
                                    

Bebeppp!!! Update beppp!!!
Sorry agak telat, baru pulang gaweeee 😭😭😭

Sok lah, semoga kalian suka deh intinya.
Selamat membaca yaaa.

Love,
Author.
♥️

CHAPTER 26

ADIL POV

Pagi hari aku bangun duluan, masih dengan keadaan memeluk tubuh Kak Arman, udara pagi yang dingin, serta AC yang masih menyala, membuatku malas sekali untuk turun dari kasur, menatap ke arah wajahnya, masih terpejam, terlihat begitu tampan, aku menyentuh bibirku sendiri, bibir ini, telah bersentuhan dengan bibirnya, telah meminum cairan sakral tubuhnya juga, tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, pria galak dan jutek ini tiba-tiba menjadi manja dan dengan begitu cepat, membuat hubungan kami semakin dekat.

Masih terasa sisa genggaman tanganku di penisnya, bagaimana hangatnya, berdenyutnya, tebalnya, rasanya aku semakin jatuh lebih dalam kepada Kak Arman.

Kami masih sama-sama bertelanjang bulat, selimut menutupi badan kami, area selangkangan Kak Arman tegak lurus ke atas, apa ya istilahnya, morning glory? Atau morning wood? Sama sepertiku juga, sepertinya memang semua pria seperti ini deh, setiap pagi pasti mengalami ereksi normal, ditambah lagi dengan udara yang dingin, apalagi disampingku, tubuh telanjang Kak Arman, semakin deras lah aliran darah menuju ke penisku, mataku yang sepet pun langsung bugar, kaki ini kembali menyentuh penisnya, menggesek pelan daging lembut itu, badan Kak Arman bergerak, matanya terbuka menatapku, awalnya, tatapan itu terlihat bingung dan aneh, tapi kemudian senyumnya mengembang.

“Udah pagi Kak.” Ucapku, kakiku tidak pernah berhenti menggesek penisnya.

“Kaki lu nakal Dil!.” Ia berujar, sialan, suaranya terdengar serak serak basah, dalam, khas bangun tidur, aku menatapnya sambil tersenyum polos.

“Punya Kakak bangun tuh!.”

“Emang punya lu enggak?.” Ia menyingkap selimut, tubuh kami berdua sama-sama terekspos, aku menatap penisnya, ia menatap penisku, kami berdua tertawa bersama.

“Normal lah Kak, berarti semua sistem masih berfungsi.” Ucapku, ia hanya terkekeh kemudian turun dari kasur, memakai kembali celananya, berdiri didepan cermin, menatap dirinya sendiri sebentar kemudian berbalik ke arahku, membantuku duduk di atas kasur, ia melihat ke arah leherku.

“Kenapa Kak?.” Ia menggelengkan kepalanya.

“Takutnya gw ninggalin tanda.”

“Kakak ngisep leher Adil pelan kok, gak bakalan ada tanda.”

“Mastiin aja Dil, btw, enak gak?.” Tanya dia sambil menaikan alisnya sebelah.

“Apanya Kak?.”

“Ciuman gw, enak gak?.” Aku menunduk, wajahku hangat dan merah, mengangguk pelan.

“Masih paten juga bibir gw haha.” Ujarnya bangga, ia keluar dari kamarku, benar benar unhinged sekali manusia satu ini, setelah apa yang dilakukan kami tadi malam, aku kira hubungan kami akan terasa sedikit aneh di pagi hari, ternyata tidak, dia malah begitu santai dan berlagak seperti tidak terjadi apa-apa.

--

“Kak Mira belum pulang Bi?.” Tanyaku, aku sedang berada di ruang makan, sendirian saja, Tante dan Om Abas belum pulang, mungkin siang atau sore ini.

“Belom, nanti sore katanya, sekalian berangkat ke kampus dari rumah temennya.” Suara Kak Arman menjawab, anjritt, ada apa ini? Kenapa dia terlihat begitu tampan hari ini? Apakah ini karena efek meminum cairan spermanya kemarin malam? Ah sepertinya tidak, karena memang biasanya juga ia selalu terlihat tampan setiap hari, ah, aku tahu, yang menjadi pembeda adalah, pembawaanya, biasanya, ia selalu turun dari kamar untuk makan dengan wajah yang suram, jutek dan judes, aura ketampanannya seperti tertelan habis oleh sikapnya, dan kali ini berbeda, senyumnya ia kulum, matanya berbinar, wajahnya jadi terlihat begitu fresh dan sumringah, dan satu lagi, aroma parfumnya begitu kentara tercium, ahhhhh, aku sangat amat menyukai aromanya.

ArmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang