Ch.33 Kenapa Sih?

446 38 9
                                    

Kita pendek pendek aja lah, selamat membaca pokoknya mah, semoga kalian syukkaaaaa ♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️



Third POV

“Emang kita mau kemana sih Kak?, Alya pengen kemana?.” Tanya Adil, mereka sudah berpakaian lengkap, Adil duduk di kasur Arman sedangkan Arman berdiri didepan cermin, merapikan rambut cepaknya.

“Tahu, bingung gue juga, lagian aneh banget, masa liburan kesini sih, gak ada yang menarik disini mah, cuman ada mall doang, sama Waterboom deh.” Adil mengangguk setuju.

“Ke luar negeri kek, atau ke kampung halaman, wisata alam, atau ke Bali lah, jemur, kalo nongkrong Cuma nongkrong di mall sih, di tempat tinggal dia juga banyak.” Lanjut Arman, ia mengambil parfum, menyemprotkan beberapa kali ke baju dan lehernya, aroma leather dan kayu yang khas, enak dan nyaman wanginya, tapi jika dipakai di cuaca panas sih, sepertinya akan sedikit pusing, Adil berdiri, mengambil parfum dari tangan Arman.

“Christian Dior?.” Tanya Adil, Arman mengangguk.

“ Wangi nggak?.” Adil mengangguk lagi.

“Di beliin Ayah waktu kami ke Singapore Dil.”

“Emang di Indo gak ada kak?.”

“Ada, tapi kalo di Indo lebih mahal, kalo di Singapore sih lumayan agak murah harganya.”

“Berapaan Kak?, kemaren kakak pake ini ya? Soalnya dari pagi sampe malem kita tiduran, badan Kakak wangi terus, bagus pasti kualitasnya.”

“Gak tau Dil, gue liat di ecommerce sih lumayan ya, 8-9 jutaan.” Mendengar itu, mata Adil melotot, seharga motor bekas? Hanya untuk sebuah parfum?

“Mahal banget Kak!.”

“Namanya juga hadiah Dil, gue juga maunya mending dikasih uangnya aja, bisa buat main main sambil traktir temen, tapi kan ini tanda sayang Ayah buat gue, jadi kudu diterima.” Jawab Arman, Adil mengangguk setuju.

“Udah?, Yuk, anterin gue ke minimarket, beli pembalut buat si Alya.” Mereka berdua keluar dari rumah, berboncengan di motor menuju minimarket.

Sebenarnya tidak terlalu jauh, setelah keluar dari gerbang komplek juga ada minimarket, tapi jika harus jalan kaki sih tetap saja terasa jaraknya.

Bertanya kepada kasir tentang apa yang hendak mereka beli, lalu membayarnya, tidak hanya pembalut, Arman juga sekalian membayar jajanan yang dibeli oleh Adil, lalu setelahnya, mereka kembali dari rumah.

--

“Al!.” Panggil Arman sambil langsung membuka pintu kamar Alya, tanpa mengetuk, membuat beberapa orang yang berada didalam kamar menjerit dan berlarian ke sana kemari menghindari pandangan Arman, mata Arman sempat melirik ke arah Ilsa yang berlari kembali kedalam kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk, kulit putihnya terekspose, Nadhifa yang menjerit sambil menutupi rambutnya dengan selimut, Putri dan Alya yang seperti sudah biasa, terdiam sambil tetap melanjutkan kegiatan make up mereka.

“Ketuk dulu lah sialan!.” Alya berjalan kasar sambil mengambil kantong plastik berisi pembalut untuknya, ia langsung mendorong tubuh Arman ke luar dan menutup pintu dengan kencang, kikuk rasanya Arman, ia berjalan menunduk ke ruang tengah.

“Udah pada siap?.” Tanya Adil, Arman menggelengkan kepalanya, duduk disamping Adil sambil mengalungkan tangan dibahu Adil.

“Masih pada siap-siap.”

“Adil kira mereka udah ready Kak, tau gitu tadi kita mandi terakhiran aja, biar bisa leha leha dulu.” Adil mendengus kesal.

“Padahal itu bisa satu ronde lho Dil.” Bisik Arman sambil tersenyum nakal.

ArmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang