(Visual Jepri!!!!, gilakkk cakep banget gak sihhh?!!!)
CHAPTER 15
ADIL POV
Malam Minggu, malam yang panjang, itu yang biasa kami, anak muda ucapkan, termasuk aku, Sabtu pagi kami masih sekolah, libur hanya ada dihari Minggu saja, tapi tetap pulang cepat, setelah Dzuhur kami sudah pulang. Apa yang dijanjikan Kak Arman, ia tepati, berangkat dan pulang bersama, dengan sengaja ia menarik gas dengan kencang ketika melewati pertigaan dekat warung Uwak, aku melihat ke arah warung, Jepri dan teman-temannya menatap ke arah kami, malu aku rasanya, tapi bukan tatapan marah yang ia berikan, melainkan senyuman lebar dan lambaian tangan kepadaku, seperti mengajakku untuk mampir dan nongkrong bersama.
Semua orang ada dirumah, kami sedang berkumpul bersama di ruang tengah, berbincang mengenai kegiatan kami hari ini, ditemani teh, kopi, beserta camilan ringan.
“Yah! Beli sepatu jadi hari ini aja ya? Mumpung malam Minggu, pengen ke Mall!.” Ucap Kak Mira.
“Boleh, ajak Adil tapi.”
“Ya iya lah, biar dia bisa pilih sendiri sepatu yang dia mau.” Om Abas mengangguk.
“Ayah transfer aja ya ke rekening Kak Mira, jadi nanti Kak Mira yang atur.”
“Tambahin Yah! Sekalian pengen nonton!.” Om Abas hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, ia membuka ponselnya, kemudian terdengar dering dari ponsel Kak Mira, ia langsung membuka ponselnya.
“Udah masuk Yah uang nya! Makasihhhh!!.” Ia memeluk Om Abas erat.
“Bund, kita makan diluar yuk!.” Ajak Om Abas kepada Tante Anisa.
“Anak-anak udah punya acara masing masing, kita bisa pacaran lagi nih.” Tante Anisa terkekeh sambil memukul tangan Om Abas.
“Jangan pacaran depan Arman Yah! Geli liatnya!.” Ucap Kak Arman sambil beranjak dari sofa.
“Ada yang iri Bund, jomblo ngenes hahaha.” Ejek Om Abas sambil memeluk Tante Anisa, kali ini giliran Kak Mira yang menutup mata.
“Ayahhhh!!! Maluu ihh!.” Ia juga ikut beranjak dan pergi kedapur.
“Hahahaha, maaf ya Dil, kalo kami suka bercanda kayak gini.”
“Nggak apa-apa Om, Adil seneng liatnya!.” Aku juga izin untuk kembali ke kamarku.
--
Tanpa ketukan, tanpa panggilan, pintu kamarku dibuka secara tiba-tiba, Kak Arman masuk kedalam kamar, ia berdiri didepan pintu, berdiri saja, diam, tegap, aku menatapnya dengan ekspresi bertanya, ngapain?
“Ada apa?.” Tanyaku, ia masih diam, kemudian masuk lebih dalam ke area kamar, berjalan ke arah lemari, menyentuh barang barang yang aku tata disana, mengambil sisir lalu menyisir rambut cepaknya sambil berkaca, ia kemudian melemparkan sisir itu ke arah kasurku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arman
RomanceBercerita tentang Adil yang sejak kecil hidup susah setelah ditinggal Ayahnya hingga ia hampir putus sekolah ketika ia SMA, sehingga mau tidak mau ia harus bersedia untuk di urus dan disekolahkan oleh orang tua angkatnya, ia kira hidupnya akan mulai...