Ch.30 Jelalatan!

751 74 19
                                    

Bebeppp!!! Update bep!!!
Yuhuuuu, sejauh ini aku masih kuat buat kejar tayang nih, semangatin terus yaaa, intinya deh selamat membaca, jangan lupa di vote dan komen, terus ditunggu kisah cinta Arman Adil dan Jepri ini yaaaw.

Love,
Author.
♥️
CHAPTER 30

ADIL POV

“Matanya Kak!.” Ucapku ketus, senyum Kak Arman pudar, ia menatapku sambil menggaruk kepalanya.

“Siapa?.”

“Sepupu gw, anak dari adiknya Bunda.” Aku mengangguk mengerti.

“Ar! Dil!, sini turun!, ada Alya ini.” Panggil Tante Anisa, kami mengangguk kemudian menghampiri mereka.

Dua orang wanita berhijab, dua orang wanita tidak, termasuk sepupu Kak Arman, Alya, rambutnya yang berwarna coklat digerai panjang.

“Haii Ar!! Long time no seee!.” Alya memeluk Kak Arman.

“Siapa ini Tant?.” Tanya Alya sambil tersenyum ke arahku.

“Adil Al, ponakan Om Abbas.” Jawab Tante Anisa, aku mengulurkan tanganku, tidak kusangka, Alya menarik tanganku kemudian memelukku erat.

“Haiii, kenalin yaaa, aku Alya, ponakan Tante Nisa.” Aku kaget dan gelapan, mengangguk cepat.

“A-adil.” Jawabku sambil melepaskan pelukannya.

“Sorry kalo ngedadak gini Kak, Alya sama temen-temennya udah ngebet banget pengen liburan disini.” Seorang pria masuk kedalam rumah, menuntun koper besar.

“Iya, ngedadak banget, kaget aku Yan!, tapi gak apa, aku seneng banget, udah lama aku nggak ketemu Alya, udah jadi abege cantik begini.” Jawab Tante Anisa, itu pasti adiknya, garis wajahnya hampir mirip, seperti Tante Anisa dalam wujud lelaki.

“Om Rian!.” Kak Arman menghampiri pria itu, menyalami tangannya kemudian saling memeluk.

“Udah besar kamu Ar, terakhir Om lihat kamu, masih sedada Om, sekarang udah sama tinggi kita.”

“Kan rajin olahraga Om.” Mereka terkekeh bersama.

“Kenapa Bund? Kok teriak-teriak?.” Om Abas keluar dari kamarnya, pakaiannya masih belum rapi, rambutnya basah belum disisir, sepertinya baru selesai mandi.

“Ini Yah, ada Riyan sama Alya.” Om Abbas menghampiri kami, empat orang wanita muda itu menyalami Om Abbas bergantian.

“Tamu dari mana ini? Kok tiba-tiba Dateng aja?.” Canda Om Abbas.

“Aku ada tugas Bang di kota ini, cuman dua hari, sekalian nganterin Alya Kesini, pengen liburan katanya.” Jawab Om Riyan.

“Oalah, ayah kira Bunda kenapa kenapa tadi, pake jerit jerit segala, pake baju aja belum bener gini, yuk duduk duduk!, pasti capek ya, berangkat jam berapa tadi?.” Mereka duduk di sofa ruang tengah, aku dan Kak Arman kembali ke kamar, memakai baju kami, tidak etis rasanya jika terus terusan telanjang dada di hadapan tamu.

“Cantik-cantik banget Kak.” Ujarku, ia mengangguk setuju.

“Temen si Alya emang nggak ada yang jelek, cuman dia aja yang kureng.”

“Kureng? Alya? Gak seleh denger Adil? Kalo Alya kureng, wanita paling cantik di sekolah kita disebut apa Kak? Secantik itu dia.” Jawabku, ia terkekeh.

“Lebih cantik Ilsa lah.”

“Ilsa? Yang mana?, yang pake hijab item?.” Ia menggelengkan kepala.

“Bukan, yang gak pake kerudung, yang matanya hazel itu lho.” Aku mengangguk.

“Yang ngeliatin Kakak tadi ya?.” Ia mengangguk, memang sih, cantik sekali dia, dari jarak dekat bahkan lebih cantik, warna matanya begitu indah, bulu mata yang lentik dan tebal, bibir berisi merona, hidung mungil yang mancung, idaman semua pria sepertinya.

ArmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang