Ch.03 Si Ketus

4.5K 178 28
                                    


CHAPTER 3

ADIL POV

“Maaf ya Kak, jadi ngerepotin.” Ujarku, Kak Arman diam saja tidak menjawab ucapanku, matanya fokus menatap ke arah depan, kedua tangannya berada di steering wheel, jam tangan kotak berwarna hitam melingkar di pergelangan tangannya, putih bersih tangannya, terlihat ada beberapa urat yang menonjol, sedikit bulu-bulu halus juga menghiasi tangan Kak Arman, aku menatap ke arah wajahnya dari samping, rahangnya tegas, benar, wajah Kak Arman ini kecil, tapi justru itu yang menambah kesan tampan pada dirinya, bibirnya yang berwarna pink kemerahan bergerak tanpa bersuara, seperti sedang bersenandung, sunyi sekali didalam mobil ini, hanya ada suara lampu indikator ketika sein, dan itu pun jarang.

KRUUUKKKKK!!!

Suara yang berasal dari perutku terdengar, wajahku mendadak merah, aku menunduk sambil memegangi perutku, merasa malu karenanya, padahal laparnya sudah dari tadi, tapi baru bersuara sekarang, aku menatap kembali ke arah Kak Arman, ia menatapku sejenak kemudian kembali fokus kedepan.

“Masih jauh Kak?.” Tanyaku, ia tetap diam tidak menjawab. Mobil kemudian berbelok dan masuk kedalam area sebuah bangunan dengan logo M besar berwarna kuning, inikah rumah Om Abas? Besar juga ternyata, dan ada logo logonya, keren.

“Ini rumah Om Abas? Besar banget Kak, bagus juga, ada huruf M gede gitu!.” Ujarku, terdengar sebuah tawa yang singkat, hanya itu, tidak ada respons lain, mobil berhenti tepat dipinggir sebuah kotak besar yang warna warni.

“Halo!.” Ujar Kak Arman.

“Halo!, selamat datang!, silahkan mau pesan apa?.” Mataku melotot kaget, ternyata kotak besar disamping mobil ini adalah sebuah telfon???

“Mau satu bigmac satu, iced lychee tea satu, terus chicken bites nya satu.” Jawab Kak Arman.

“Baik, itu saja kak?.”

“Iya bener, udah itu aja.”

“Baik, silahkan lanjut kedepan Kak!.”

Mobil kembali melaju, pelan dan kemudian berhenti kembali, kali ini dismaping mobil adalah sebuah jendela yang cukup besar, Kak Arman menurunkan kembali kaca pintu mobil, jendela disamping itu terbuka, terlihat seorang wanita mengenakan seragam dengan sesuatu ditangannya, dua bungkus kertas yang menggembung, dan satu minuman berwarna coklat bening disebelahnya lagi.

“Totalnya jadi Rp.125.000, mau cash or card?.”

“Cash aja Mbak!.” Kak Arman mengeluarkan dompet dari saku celananya, mengambil dua lembar seratus ribu, menyerahkannya kepada karyawan restoran ini, setelah mengambil kembalian, mobil kembali melaju, kacca pintu mobil ia naikan lagi. Seratus dua puluh lima ribu hanya untuk dua makanan dan satu minum? Mahal sekali, uang segitu bisa aku buat untuk satu minggu lebih, dan Kak Arman mengeluarkannya hanya untuk saat itu juga?

“Nih!.” Ujarnya memberikanku satu bungkus kertas.

“Buat Adil Kak?.” Ia mengangguk.

“Tadi disuruh Ayah buat sekailan ajak lu makan dulu, bundah belum beli bahan masakan, tapi gw males kalo harus dine in, lu makan dimobil aja deh, yang penting jangan sampe perut lu keroncongan depan bunda, bisa ngomel panjang nanti.” Jawabnya, wajahku kembali merah, malu karena ternyata dia mendengar suara perutku yang keroncongan. Satu lagi, ternyata tempat ini bukan rumah Om Abas, ini adalah sebuah restoran ternyata.

Aku membuka kantung kertas itu, didalamnya ada sesuatu lagi yang dibungkus oleh kertas licin, aku mengambil isinya, membuka kertas itu dan terlihatlah, makanan yang selama ini hanya bisa aku lihat di tv saja, ah iya, di film spongebob, krabby patty ya ini, bagus sekali bentuknya, bulat, aku mulai melakukan gigitan pertama pada makanan ini, dan mataku langsung terpejam, ternyata enak, meskipun awalnya aku merasa sedikit aneh dengan teksturnya, daging yang berlapis roti dan sayuran, ternyata aku suka, enak, selama perjalanan aku fokus makan, dan tidak ada pembicaraan diantara kami.

ArmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang