Ch.16 Acara

600 54 4
                                    

CHAPTER 16

ADIL POV

“Rame banget Kak!.” Ucapku ketika kami sampai disekolah, parkiran yang berada disamping gerbang tidak boleh digunakan, satpam menyuruh kami untuk parkir di belakang, dekat kantin dan lapang tenis.

“Kan hari ini emang ada acara Dil, futsal.”

“Kok gak ada pengumuman ya?.”

“Emang nggak masuk grup kelas?.”

“Masuk kok,, kan Adil ketiduran malem kemaren, nggak sempet buka hp, bangun juga tadi agak kesiangan.” Hmm, pantas saja parkiran depan sudah penuh dengan tenda tenda dan stand jualan, sepertinya anak wirausaha dan beberapa ekskul lain yang berjualan, mumpung ada event.

“Kayaknya gede banget Kak acaranya, sampe ada stand jualan sama banner banner besar kayak gini.”

“Ya gede lah, kan pertandingan futsal satu kota, tiap sekolah dikota ini pada ikutan.”

“Kak Arman ikutan dong?.” Tanyaku, ia turun dari motor dan mengambil helm dari tanganku.

“Kalo nggak ada gw mah, nggak main ini sekolah.” Sombongnya, aku memutar mataku kesal.

“Kapan?.”

“Hari ini, jam dua sore nanti.” Oalah, inilah ternyata alasan tas Kak Arman menggembung penuh, hari ini ia akan bertanding, membawa perlengkapan sepertinya.

“Hasbi sama Rai ikut main juga?.”

“Gak tau kalo si Hasbi, kalo Rai kayaknya iya, gantiin Rendi, cedera dia, udah dua bulan masih belum sembuh.” Aku mengangguk mengerti.

“Udah sana deh, nggak usah nanya nanya mulu, masih pagi, pusing gw, sono masuk kelas lu!.” Usinya, aku menghiraukan ucapan pedasnya dan berjalan menuju kelas, sudah lebih dari tiga bulan aku disini, sudah terbiasa dengan mulut pedasnya, memang, di awal aku selalu sedih dan sakit hati ketika mendengar Kak Arman berucap, karena pasti ada saja satu atau dua patah katanya yang membuatku sakit hati, sekarang, apa yang keluar dari mulut Kak Arman tidak pernah aku anggap serius, ucapannya yang kasar, dan menyakitkan masuk dari kuping kiri, dan keluar pada saat itu juga dari kuping kanan, tidak pernah aku proses, dan membiarkan ucapannya terlupakan saat itu juga, kecuali ada ucapan darinya yang sedang serius, baru aku cerna dengan baik.

“Padahal jersey yang buat latihan lebih bagus, yang ini warnanya gak norak!.” Didalam kelas, teelihat Hasbi yang sedang memamerkan jersey futsal, memakainya sambil berjalan jalan dikelas, bergerak selah olah ia sedang menggiring bola.

“Ini juga bagus kali Rim!, lu nya aja yang nggak ngerti fashion.” Ucap Hasbi, Rima terkekeh.

“Rima? Nggak ngerti fashion?, Bi, lu boleh bilang apapun tentang Rima, tapi kalo sampe bilang Rima nggak ngerti fashion mah  kedengerannya malah lu yang aneh, dia itu trendsetter fashion hijabi di instagram.” Ucap Rai, Hasbi mengangguk pasrah kemudian duduk dimejanya.

“Designnya udah bagus itu, warnya aja terlalu terang, coba nanti kao bikin jersey lagi, pilih warna yang agak kalem, dope tapi mengkilat, kainnnya jangan yang murah, keliatan banget soalnya.” Lanjut Rima memberi saran.

“Yang design sama mockup anak multimedia, tapi requestnya dari kita, nanti kalo mau bikin jersey, kita bawa Rima aja deh ke anak multimedianya, biar dia yang request, mau kan Rim?.” Ujar Rai.

“Boleh, ada rate cardnya tapi”

“Gak jadi ah, parah banget, pake ratecard, sama temen sendiri.” Rima tertawa mendengar ucapan Rai, aku duduk dikursi sambil ikut tertawa.

“Lu main juga Rai?.” Tanyakku.

“Iya dongg, tanding profesional pertama ini, Rendi cedera, gw yang gantiin, hoooh! Agak nervous dikit gw, lu nanti nonton ya!!!.” Aku menganguk, tentu saja, aku tidak akan melewatkan pertandingan tim sekolah ini, apalagi ada Kak Arman bermain, ingin melihat dia dalam keadaan fokus dan serius, apakah akan tambah keren? Kita lihat nanti.

ArmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang