Ch.22 Kekasihmu Tak Mencintai

1.9K 119 29
                                    

Bebebppppp!!!!! Update!!!!
Kayaknya mulai sekarang notes nya disini aja deh, biar kalian pada baca wkwkwk, meskipun isinya cuman curhatan aja, biar author kagak kesepian banget haha.

Tetep semangat yaaa, tinggal dua atau tiga chapter lagi menuju ke puncak, anjayyyy, di bawa enjoy aja, dinikmatin perjalanan Arman dan Adilnya,biar dapet feel bacanya, okeyyy????

Intinya selamat membaca dehhh, jangan lupa vote dan komennnya yaaaa.
Love,
Author.
♥️

CHAPTER 22

ADIL POV

“Buset, Adil, lu kenapa Dil??.” Itu yang keluar dari mulut Rai ketika aku baru saja masuk kedalam kelas, sudah mulai ramai memang didalam kelas, tapi yang sering memperhatikan kedatanganku ya mereka-mereka saja, Rima, dengan wajah khawatir berdiri dari kursi dan berjalan ke arahku.

“Lu kenapa?!.” Tanya Rima sambil memegangi bahuku.

“Aduh!.” Rintihku karena tangan Rima yang tak sengaja menyentuh luka di lengan atasku, ia langsung melepaskan pegangan tangannya dibahuku, ia menutup mulutnya.

“Sorry Dilll!!! Aduh!.” Ucapnya, aku hanya mengangguk saja, ia menuntunku untuk duduk dibangku.

“Anjing!, tangan lu kenapa itu?!! Baretnya banyak banget!.” Hasbi berucap sambil mendekatiku, wajahnya menelisik seluruh luka ditanganku.

“Kalian harus lihat luka sodara gw sih, ini belum seberapa.” Ucapku.

“Kenapa?!!! Kok bisa luka gini?.” Rima penasaran.

“Pemain futsal yang kemaren lawan tim sekolah kita, si Pras namanya, dia bawa temennya buat jegal gw sama sodara gw, motor sodara gw di tempel, diikutin, mereka mau nge-hajar kami, tapi malah mereka yang kalang kabut kena hajar sodara gw.”

“Tapi ini nggak kayak luka pukul Dil!.” Ucap Rima, aku mengangguk.

“Emang Rim, sodara gw udah lemes banget sambil nyetir dia hampir pingsan, jatoh deh Ampe keseret diaspal, segini belum apa-apa, sodara gw kaki sama tangannya habis semua, baret lecet.” Jawabku, Rima hanya menutup mulutnya tak percaya.

“Tunggu dulu, si Pras yang kemaren mainnya kasar kan?.” Tanya Rai, aku mengangguk.

“Kok dia malah jegal lu sih? Nggak nyambung deh tu anak!.”

“Bukan jegal gw Rai, dia mau nargetin sodara gw, sodara gw kan yang kemaren main juga, kebetulan aja ada gw bareng pulangnya.”

“Sodara lu main futsal juga? Kemaren?.” Aku mengangguk.

“Siapa?.” Tanya Hasbi.

“Kak Arman.” Rai dan Hasbi saling menatap, alis mereka bertaut.

“Arman sodara lu?.” Tanya Rai, aku mengangguk.

“Hah? Kok gw baru tahu? Kenapa lu nggak bilang?.” Tanya Hasbi.

“Kalian nggak nanya juga, lagian nggak terlalu penting ini.”

“Berarti si Pras dihajar sama Arman?.” Lagi dan lagi aku mengangguk.

“Anjing ya tuh anak, pecundang, beraninya main belakang, nargetin satu orang, mana bawa temen lagi, untung yang dijegal Arman, masih bisa ngelawan, coba kalo yang lain?.” Ucap Rai, Hasbi mengangguk setuju.

“Kak Arman beneran sodara lu Dil?.” Tanya Rima, matanya berbinar.

“Iya Rim, gw tiap hari berangkat bareng dia, ngapain gw boong.” Jawabku, ia tersenyum lebar.

“Suka dia Dil sama si Arman!.” Ucap Rai sambil menunjuk ke arah Rima, Rima mendelik kepada Rai.

“Bukan Cuma gw kelessss!, kayaknya satu sekolah juga banyak yang suka sama dia, ah lagian juga siapa yang enggak sih suka sama Arman?!.” Jawab Rima.

ArmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang