Ch.25 Lanjut (+18)

1.1K 76 13
                                    

Beppp, update yaaawww, ini yang kalian tunggu hahaha, selamat membaca deh intinya, jangan lupa vote dan komen nya yaaawww.

Cussss.

Love,
Author
♥️

WARNING!!
Chapter ini mengandung adegan yang explicit, baca dengan kesadaran yang penuh, dan ingat, ini hanyalah fiksi belaka.
Enjoy.

CHAPTER 25

ADIL POV

Kakiku terus menerus aku gerakan, menggesek penis Kak Arman yang sudah mulai bangun, dari celah mataku terlihat Kak Arman memejamkan matanya, terlihat samar dan buram, tapi masih cukup kentara karena jarak kami yang begitu dekat, ia menggigit bibirnya, ponselnya ia simpan, tidak lagi fokus pada layar tipis yang ia genggam.

“Aishhhh, shhhh.” Desisnya, perlahan aku membuka mataku, menatapnya lembut dengan tatapan sayu, ia membuka matanya, kepalanya menoleh ke arahku, mata kami langsung saja bertatapan, tidak bisa aku jelaskan tatapannya, ia terlihat sedikit kaget tapi kemudian matanya kembali melembut, masih saling bertatapan, aku menjilat bibir bawahku, badanku mulai terasa panas, apalagi ketika merasakan penisnya sudah mulai begitu mengeras, bersentuhan dengan lututku, tangannya memegang kakiku, aku kira dia akan menghentikan aksiku, tapi ternyata aku salah, ia malah menekan kakiku lebih bawah, menjepitkan penisnya dengan lututku.

Aku semakin mendekatkan wajahku ke arahnya, perlahan ia juga sama, wajah kami begitu dekat, hingga kening kami bersentuhan, sama-sama memejamkan mata.

“Kak-.”

“Sushhh!.” Ia menyuruhku diam, aku mengurungkan niatku berbicara, nafas hangat Kak Arman menerpa wajahku, entah apa yang dia makan tadi, memang tercium aroma dari mulutnya, tapi bukan aroma tidak sedap atau aroma mulut dipagi Hari, biasa saja, tidak terlalu menyengat atau menjijikan.

“Udah berani nakal hm?.” Ujarnya, tangannya menggerakan kakiku yang berada di penisnya.

“Adil, nggak-.”

“Sushhh!.” Kembali ia menyuruhku diam.

“Kamar lu jadi panas gini Dil, lu nggak gerah hmm?.” Ia bertanya, aku menganggukan kepala setuju, memang, suhu didalam kamar ini menjadi begitu panas, ditambah dengan kegiatan yang sedang terjadi saat ini, hal tabu dan terlarang seperti ini benar benar membuat suhu tubuhku naik, membuat suhu dingin kamar tidak lagi begitu terasa.

“Buka aja ya?.” Ucapnya, ia menurunkan kakiku dari selangkangannya, membantuku duduk dikasur, tangannya menarik kaos yang aku gunakan ke atas, membuatku sama dengannya, bertelanjang dada dengan hanya celana pendek, malu rasanya, aku langsung menutupi area dadaku.

“Punya tetek lu? Pake ditutupin segala.” Mendengar itu aku reflek terkekeh, sialan, dalam situasi yang panas seperti ini saja mulutnya tetap tidak bisa dikontrol.

“Malu Kak.”

“Kenapa malu? Kan sama sama cowok, gw juga sama kayak lu nih, rata!.” Ujarnya sambil memukul dadanya sendiri, aku menatap ke arah tubuhnya yang indah itu, dada bidang dengan perut rata, terbentuk natural dengan proporsi yang begitu hampir sempurna, mengangkat tanganku hendak menyentuh dadanya.

“Adil boleh-?.” Tanyaku tidak habis, ia tidak menjawab, menarik tanganku dan menyentuhkannya pada dada bidangnya, keras dan lapang, menyentuhkan telapak tanganku tepat di area dada kirinya, tepat pada letak dimana jantungnya berada, detak jantungnya berdetak kencang dan cepat, tapi dari wajahnya tidak terlihat sama sekali gugup atau malu, ia terlihat biasa saja, hanya ada sedikit nafsu terlihat.

ArmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang