𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!!!
Pacuan kuda besi itu semakin menggila dijalanan sore ini, dengan sudut mata kian menajam dan sorot lurus ke depan melewati tikungan-tikungan dan para mobil dengan lihay, Alghafar tak memperdulikan umpatan atau teriakan para pengendara lain saat ini.
Cengkraman nya menguat di stang motor memperlihatkan buku-buku jari yang tampak lecet seperti bekas pukulan bertubi yang ia layangkan pada benda tajam dan keras.
Sampai sejurus kemudian motor besar itu mulai membelok dengan kecepatan maksimal saat sudah melihat sebuah bangunan megah yang ditutup gerbang besar tak jauh darinya.
Semua bodyguard dengan setelan rapih menoleh sampai salah satunya bersiul memberi arahan pada yang lain untuk segera berlari menuju gerbang, lima para pria itu bersama-sama membukakan gerbang selebar-lebarnya memberi akses masuk motor sang Tuan Muda yang langsung melesat menerbangkan beberapa debu.
"Selamat datang kembali Tuan Muda Byantara!" sapa semua maid yang berjejer di depan pintu masuk.
Alghafar tak menyaut atau melirik mereka, ia melepaskan helmnya melempar pada salah satu bodyguard lalu melenggang pergi menaiki undakan tangga, seketika pintu berdaun dua itu terbuka bak Mansion kerajaan.
"Tuan Muda," panggilan seorang pria menghentikan langkah Alghafar yang baru hendak menaiki tangga menuju kamar.
Tanpa menoleh ia suda menduga itu adalah Liam, asisten pribadinya, "To the point."
"Tuan muda, nyonya kukuh ingin pulang minggu ini dan beliau juga meminta penyambutan berupa pesta di Mansion anda," jelas pria berambut klimis itu.
Alghafar mendengus, "Lakukan apapun itu tapi jangan di Mansion ku."
Ya Tuannya ini memang aneh sejak kecil, bukan karena saham perusahaan yang diberikan almarhum Ayah-nya terbilang sedikit karena dia mampu mengembangkan sektor perusahaan nya lebih luas, juga memiliki beberapa bisnis berupa saham batu bara dan minyak yang tentu memiliki untung besar.
Tapi mungkin karena itu sudah tabiat sikapnya yang terbilang tak acuh bahkan pada Ibunya sendiri yang merupakan mantan model internasional ia tinggalkan di Australia dan menetap disini sejak ajakan pamannya.
Dan selama bertahun-tahun ini suasana Mansion terasa semu juga membosankan padahal ada beberapa ruangan khusus berbagai olahraga, kolam renang dan basket maupun volly yang bisa digunakan sebagai permainan.
"Jika Nyonya memaksa?" tanya lagi Liam.
"Gak usah pulang kalau begitu," jawab singkat Alghafar melangkah kembali.
Menekan beberapa angka sebagai kunci kamar akhirnya Alghafar masuk melempar tasnya ke single sofa dan berjalan menuju lemari pendingin seraya melepaskan dasinya yang mengganggu.
Ia meneguk satu kaleng minuman bersoda hingga habis kemudian mengambil lagi dan meneguk nya kembali sampai tiga kaleng ia habiskan, rasa panas yang menyebar di dadanya masih belum bisa padam.
Selesai dengan aksinya Alghafar berjalan lalu duduk disisi kasur.
Wajah cantik dan sehangat matahari itu terus terbayang-bayang dibenak Alghafar, tentang senyumnya, suaranya dan tawanya yang ingin Alghafar lihat berkali-kali bahkan ber menit-menit tanpa jeda.
Bagaimana caranya membuat dia bergantung dan memelas hanya pada Alghafar? Apa ia mulai bertindak gila saja untuk mendapatkan nya? Ah, tidak. Itu terlalu cepat.
"Aristella ... " gumamnya menjilat sudut bibir dengan fikiran berkelana liar.
Alghafar mengambil ponsel miliknya dan satu lagi milik Melvan dari dalam saku, tanpa susah laki-laki itu membuka kunci sandinya untuk melihat sendiri obrolan Melvan dengan Stella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonis't Little Sister
General Fiction(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 6) ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ______________ Dalam novel berjudul 'kisah untuk Alghafar' karakter laki-laki itu digambarkan sebagai sosok dingin yang tak suka menebar senyum...