𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!!!
Terkejut.
Itulah yang bisa mendeskripsikan wajah Stella saat ini, tak pernah dia duga tubuh menjulang Alghafar berdiri tak jauh dibelakangnya, laki-laki dengan style casual nya memandang lurus tanpa ekspresi menyenangkan serta dua tangan yang dimasukkan kedalam saku celana.
Untuk apa Alghafar ada disini? Mengapa dia bisa kebetulan sekali bertemu cowok itu setelah mengutarakan harapannya.
Matanya melotot seakan ingin keluar, jangan-jangan Alghafar-- Tidak! Stella tidak mau berjodoh dengan malaikat mautnya sendiri!
"Gak, gamau gue gamau, ralat bukan cowok yang dibelakang gue Tuhan jangan dia," Stella meringis berbalik badan melirik koinnya yang sudah tenggelam, apa dia ambil lagi saja koin itu dan kembali membuat harapan supaya dijauhkan dari sosok laki-laki dibelakangnya saat ini.
Namun sebelum dia benar-benar menceburkan kakinya dengan tak sopan, rengkuhan tangan kekar menarik pinggangnya hingga mundur menyentuh dada bidang itu.
"Stella."
Stella menelan ludahnya mendengar panggilan berat nan serak tersebut, bau maskulin nya sangat menusuk indra penciuman sampai kala tubuh basah Stella dibalut oleh jaket bomber hitam milik laki-laki itu, ia berbalik mengangkat wajahnya.
"Eh, Kak Algha disini juga? Sama siapa?" tanya nya memaksa senyum.
"Jangan dilepas," Alghafar mencengkram kerah jaket yang baru hendak dilepaskan Stella sampai perempuan itu melotot merasa lehernya tercekik, "Lo bisa masuk angin, lihat jam berapa sekarang?"
Alghafar memamerkan jam rolex didepan mata Stella, "Masih pukul sepuluh pagi lo udah main basah-basahan gini dasar bocah."
Apa katanya? Bocah?! Stella tepis tangan itu dengan kesal, "Gausah didepan mata juga kali Kak, gue tau harganya mahal gausah pamer! Ya terserah gue mau nyebur sekalian di kolamnya pun itu bukan urusan lo."
Alghafar menyunggingkan senyumnya, ia mendekatkan wajah dengan pupil mata bergulir sebentar ke bawah menatap pakaian Stella.
"Masalahnya tubuh lo ke cetak jelas, kalau besar si keliatan bagus tapi ini ... datar gak ada menarik-menariknya," bisiknya.
Stella mundur memeluk dadanya seketika, "Wah apa maksudnya nih senggol-senggol aset pribadi? Denger ya Kak kita itu harus bersyukur sama apa yang udah dikasih sama Tuhan, dan body gue udah dikategorikan bagus, pas, cuman mungkin karena mata Kak Algha udah terkontaminasi karena sering liat yang tobrut-tobrut jadi gue gak terlalu menarik, begitu."
"Siapa bilang? Gue suka selama ukurannya masih bisa se genggaman tangan gue," gilanya Alghafar mempraktikan satu tangannya yang seolah meremas sesuatu.
Stella mengerutkan hidung agak ngeri, "Mesum banget lo! Udahlah gue pergi duluan Kak mau nyamperin Melvan takutnya dia nyariin, thanks buat jaketnya nanti gue kembaliin soalnya udah basah, salah siapa? Ya salah lo lah kenapa ngasih ke gue!"
Tanpa menyadari ekspresi wajah Alghafar yang kian dingin, Stella berjalan melewatinya untuk segera menghampiri keberadaan Melvan, itu sebelum dirinya merasa sesuatu menahan pergelangan tangannya.
"Gue gak tau jalan disini, antar gue keliling sebentar."
"Eh tapi Kak, nanti Melvan nyariin gue gimana?!" Stella melirik panik kebelakang beberapa kali kala tangannya diseret Alghafar.
"Jadi dia lebih penting daripada gue?" sahutan tanpa nada menyenangkan Alghafar menimbulkan kerutan halus di pelipis Stella.
"B--bukan gitu maksudnya, tapi kan gue dateng kesini bareng dia terus nanti dia nyari-nyari gue gimana? Gue juga pulangnya--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonis't Little Sister
General Fiction(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 6) ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ______________ Dalam novel berjudul 'kisah untuk Alghafar' karakter laki-laki itu digambarkan sebagai sosok dingin yang tak suka menebar senyum...