𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!!!
Hembusan nafas gusar kerap dikeluarkan Alethea sembari sesekali perhatian nya teralihkan melirik adiknya yang duduk disamping kemudi dengan kepala dan wajah tertutup tudung hoodie, sepulang dari sekolah sore ini Stella tampak seperti gadis aneh karena ia meminjam hoodie ungu miliknya dan memakai pakaian itu sepanjang Koridor menghindari tatapan orang-orang.
"Dek udah jangan dipikirin kenapasi? Apa ini gara-gara Alghafar yang nyium kamu tadi? Harusnya kamu seneng sebab kamu orang pertama yang berhasil buat dia senyum, jangan murung terus dong," rayu Thea menarik ikatan hoodie itu namun ditepis Stella.
"Gamau ngomong sama Kakak!" ketusnya kian memepet dengan kepala bersandar ke jendela pintu mobil.
Pikiran Stella berkecamuk karena tindakan Alghafar tadi, otaknya tak bisa mencerna pemikiran positif apapun saat ini, dan karena itu Stella dibuat gigit jari selama mata pelajaran terakhir berlangsung.
Bagaimana bisa Alghafar mengatakan kata ambigu untuknya? Ditambah sikap pria itu dan ... Senyumnya yang menjadi pertanda buruk untuk hidup Stella sekarang, coba Stella gali chapter apa yang dia lupakan dalam novel.
Apa mungkin tindakan Alghafar memang sudah tertulis dan ia lupa membacanya? Mungkin iya dan mungkin besar tidak sebab dia tidak pernah melewatkan bab yang berlangsung! Stella meringis ingin rasanya mengacak-acak bumi.
Tiba-tiba Stella menegakkan tubuhnya, ia buka sedikit lobang tudung hoodie yang dirinya kerutkan untuk menutup wajah itu demi melihat Thea.
"Kak, bilang jujur apa Alghafar pernah senyum juga karena hal lain atau misalnya karena Kakak?" desak Stella menarik-narik lengan baju Thea.
"Engga ini pertama kalinya dia nampilin ekspresi gitu, semoga aja setelah ini Alghafar jadi sering senyum biar orang-orang gak mandang dia nyeremin lagi kaya kamu."
"Astaga Kak, dia senyum itu malah lebih nyeremin buat aku!" Stella menjatuhkan kembali dengan lesu punggungnya ke sofa mobil.
Thea geleng-geleng kepala, "Kamu ini aneh banget Dek, tadi Melvan sempet nanyain perubahan sikap kamu ke dia sama Kakak."
"Kakak jawab apa?" sahutnya seperti gumaman.
"Kakak bilang suruh tanya aja ke kamu, Kakak gamau ikut campur."
"Hm," Stella mengacungkan jempolnya yang dibalas kekehan Alethea.
Disekolah sendiri yang baru ditinggalkan keduanya Melvan nampak buru-buru menyambar tas dan berlari di Koridor meninggalkan keempat temannya menuju kelas sebelas di lantai dua.
Ia menuruni anak tangga, melewati lorong-lorong kelas dan akhirnya sampai di pintu kelas Stella, baru hendak masuk seseorang yang keluar dari dalam menghentikan aksinya.
"Ziv, Stella masih didalam kan?" tanya Melvan tanpa memperdulikan nafasnya yang memburu, "Bilang gue mau bicara sebentar sama dia."
"Waduh Kakak telat, dia udah pulang duluan sama Kak Thea tadi," jawab gadis berambut hitam itu.
Melvan menampilkan ekspresi kecewa, dirinya telat padahal ada yang ingin ia bicarakan dengan Stella.
"Kakak coba aja temuin Stella nya, dia itu curhat sama aku kalau Kakak ingkar janji."
"Ingkar janji?" ulang Melvan mengernyit bingung.
"Iya, pokoknya Kakak tanyain aja ke Stella, temuin dia ke rumahnya kalau Kakak serius soalnya sekarang Stella lagi raguin perasaan Kakak," Ziva menepuk pundak Melvan sebelum berjalan pergi melewatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonis't Little Sister
General Fiction(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 6) ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ______________ Dalam novel berjudul 'kisah untuk Alghafar' karakter laki-laki itu digambarkan sebagai sosok dingin yang tak suka menebar senyum...