𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!!!
Stella menggeleng sungguh tak habis fikir, apa yang ada didalam otak Alghafar setelah membuat kekacauan diantara keluarganya sekarang pria angkuh yang duduk tenang bertopang kaki di sofa itu tiba-tiba datang mengutarakan penyelenggaraan pesta pertunangan mereka disaat keluarganya masih berkabung.
Tanpa menghiraukan tatapan orang-orang di ruang tamu sekarang, Stella berjalan dan berdiri disamping tempat duduk Alghafar.
"Lo emang cowok gila ya?! Lo gak lihat keluarga kita masih berduka terus tanpa berperasaan lo mau ngerayain pesta besok?!"
Draco yang baru meniup tenang teh yang disuguhkan mendadak melirik gadis berani itu lalu pada ekspresi santai Alghafar, tumben keponakan setannya tidak mengamuk ketika di bentak seperti ini? fikir nya.
"Stella apasih, kan di undangannya emang besok, gausah ikut campur deh lo!" sela Alethea berdiri menarik bahu Stella kasar hingga sang empu mengernyit menahan ringisan.
Semua itu di tangkap jelas oleh mata elang Alghafar yang berusaha tenang dengan melonggarkan sedikit dasinya, ia mengkode ketiga bawahannya untuk keluar dengan gerakan tangan.
"Tapi kak, Papsky belum ada satu hari meninggal, bahkan perasaan Mamsky masih terguncang masa kalian tega ngerayain pesta ditengah duka kita! Jangan hanya karena lo suka cowok itu lo jadi tolol gatau situasi!" bentak Stella menepis cekalan itu.
"Lo ngomong gitu karena lo gasuka lihat kebahagiaan gue kan?! Lo mau hancurin pertunangan gue sama Alghafar karena lo suka cowok itu?!" dorongan di bahunya.
Kerutan di pelipis Stella menjabarkan betapa ia bingung dengan perubahan sikap Alethea sekarang, "Lo kenapa si kak? Lo lebih jahat, bisa-bisanya lo nuduh gue--"
"Emang kenyataan nya gitu kan?! Lo pikir dengan adanya video itu gue bakal ngelepas pertunangan gue sama Alghafar gitu aja? Kalo bukan karena itu juga Papsky masih ada--!"
"Cukup! Hentikan perdebatan kalian!" sentak Fania akhirnya membungkam bibir keduanya dengan Thea yang masih mengembang kempiskan dadanya, "Acara itu ... Akan diselenggarakan besok--"
"Mam!" teguran Stella membuatnya memalingkan wajah, ia lantas menatap Alghafar, "Ar, gue mohon pengertiannya lo tau kan lo datang di situasi yang gak tepat, gue gak ngelarang lo sama Thea setelah ini mau ngadain pesta berbulan-bulan juga, asal jangan besok. Kasih kami waktu."
Alghafar berdiri, menghadapkan tubuh pada Stella yang hanya sebatas dadanya saja, satu senyum tipis terukir diakhiri kerutan diantara alisnya.
"Lalu membuat nama keluarga Damares di cap memalukan untuk pertama kali? Boleh aja, asal kalian bisa membayar kerugian semua desain dan interior untuk pertunangan ini," setelah berkata itu Liam sebagai sang asisten menyerahkan sesuatu pada Stella.
Sebuah map berisi hal-hal yang telah dihabiskan untuk acara ini, setelah membaca itu dengan seksama nafas Stella memburu, ia lempar map tersebut ke wajah Alghafar sampai sang empunya memalingkan wajah dengan senyuman yang masih terpatri.
Mereka tercengang akan keberanian Stella.
"Lo emang dasarnya brengsek ya?! Kalau lo emang cinta Alethea harusnya lo gak nuntut semua hal ini! Dan gue tau, pelaku penyebaran video sialan itu lo sendiri kan? Bisa-bisanya lo nyium gue secara paksa!"
Alghafar mendengus geli, "Secara paksa?" ia melangkah kian dekat, "Bukannya kita sama-sama mau ya? Dan gue ingat bagaimana suara manisnya."
Bibirnya didekatkan kesamping telinga Stella, "Mau ... aku mau, tolong sentuh aku ... Alghafar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonis't Little Sister
General Fiction(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 6) ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ______________ Dalam novel berjudul 'kisah untuk Alghafar' karakter laki-laki itu digambarkan sebagai sosok dingin yang tak suka menebar senyum...