𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!!!
Alunan musik mengalun dari dalam sebuah aula olahraga, Stella menarik nafasnya kemudian menghembuskan pelan untuk memulai, ia berjinjit memposisikan kaki seperti penari balet.
Ia gerakan satu tangannya yang memegang pita berwarna merah membentuk spiral dari samping dan ke atas mengikuti irama melody, liukan indah tubuh rampingnya terlihat mempesona apalagi pakaian yang hanya menggunakan atasan Bodysuit hitam berlengan pendek serta legging senada diatas lutut memudahkan Stella bergerak dan melompat leluasa.
Setelah jam istirahat ia kira belajarnya selesai dan ia bisa lanjut sarapan mengikuti Ziva namun rupanya si pemilik tubuh mengikuti senam ritmik beserta siswi lain.
Untung gue gak lupa gerakannya meski dulu cuman pake ring sama bola, tapi gapapa mencoba hal baru pake pita ini juga gak terlalu susah, batin Stella mengulas senyum.
Tentunya pemandangan tersebut membuat seseorang yang menonton dari balik layar CCTV membasahi bibir bawahnya, laki-laki itu bertopang dagu, matanya terpaku kala tubuh molek tersebut berputar dengan pita yang kerap melilit indah tiap gerakannya.
Ia terkekeh menutup wajahnya yang terasa semakin panas, "Damn! She's so sexy!"
"Baiklah cukup sampai disini kalian bisa lanjut istirahat! Terimakasih sudah bekerja keras untuk hari ini kita bertemu di minggu berikutnya," seru sang pelatih perempuan menghentikan musik.
"Baik Kak!"
Stella bernafas lega akhirnya ia bisa terduduk memijit kakinya yang terasa pegal, "Nasib sering absen latihan pas udah keluar sekolah ya gini, kaki gue jadi gak terbiasa dibawa gerak lama, aneh juga padahal gue kan jiwa asing harusnya gue terbiasa di tubuh ini karena dia sering latihan."
"La! Tumben masuk biasanya cuman sebulan sekali," tegur sapa salah satu rekannya yang tidak Stella ketahui siapa.
Ia hanya menyengir menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Hehe iya soalnya gue mau ambil nilai plus buat rapot gue."
Jadi Stella yang dulu itu sering bolos latihan ya? Pantas saja baru diajak bergerak sedikit saja ia langsung pegal-pegal, ditambah scene Aristella dalam cerita itu sangat minim karena ceritanya hanya berfokus pada pemeran utama saja.
"Yaudah semangat ya! Gerakan lo cantik banget tadi," puji si gadis dengan rambut dicepol dua sebelum beranjak pergi.
"Sialan lo Stella, lo nempatin gue di situasi kaya gini mana gak ada satupun murid dari kelas gue yang gue kenal, kayaknya gue harus nge hafal semua nama murid-murid di tanda pengenal mereka nanti," desah Stella selonjoran belum ada tanda-tanda keluar padahal murid lain sudah berlalu.
Sampai tatapannya tertarik pada bola yang ditinggalkan pemain lain, Stella jadi ingin menguji skill lama nya kembali dengan bola itu.
Segera ia berdiri mengambil bola dengan berat 400 gram berwarna biru dengan nama merk Olympus disana, dengan penuh yakin Stella mulai mengangkat bola itu menggunakan satu tangan juga kaki berjinjit dan satu kaki lain terangkat.
Dirinya berjalan anggun bak penari balet memutar bola tersebut di perutnya sebelum terduduk melebarkan kaki membiarkan bolanya menyusuri dari bahu ke sepanjang lengan.
Sial, disebrang sana orang itu memukul meja dengan kepalan tangan erat menahan suatu keinginan gila akan keahlian gadisnya yang semakin terlihat menggoda.
"Hentikan Stella," desis Alghafar, demi Tuhan dia tidak akan membiarkan keindahan ini dimiliki siapapun selain dirinya sendiri.
Apa perlu Alghafar bertindak cepat saja? Mengurung Stella hanya untuk nya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonis't Little Sister
General Fiction(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 6) ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ______________ Dalam novel berjudul 'kisah untuk Alghafar' karakter laki-laki itu digambarkan sebagai sosok dingin yang tak suka menebar senyum...