PLS 37 (Mimpi Stella)

32.5K 2.2K 431
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!!!



Stella tersentak, mengerjap pelan menatap dengan linglung ruangan disekitarnya saat ini, begitu gelap, pengap, dan lembab seolah keberadaannya berada di tempat yang tak terjamah sinar matahari.

Meraba dindingnya Stella sadar ruangan ini terlihat seperti sebuah penjara bawah tanah.

"Ini dimana?" tanyanya pada diri sendiri, Stella akui dirinya takut pada gelap, "Dimana Algha--?"

Hiks ... Sebuah isakan terdengar tak jauh, disusul isakan lain bahkan Stella turut merasakan tangis penuh penderitaan itu.

"Siapa yang nangis di tempat gelap gini?" menyipitkan mata Stella berhenti melangkah kala menangkap bayangan seseorang yang tengah duduk memeluk lutut di pojok ruangan.

Sebenarnya ruangan ini tak terlalu gelap, hanya terasa remang-remang karena cahaya yang minim, ia kepalkan tangan yang mulai berkeringat dingin.

"S--siapa? Halo? Kamu bisa denger aku?" tidak ada sahutan, bahkan hanya terdengar suara gesekan benda berat seperti rantai.

Sebenarnya dimana Stella sekarang? Jujur ia sangat bingung.

Cklek ... Pintu ditempat ini terbuka, memberikan akses cahaya lebih untuk masuk disusul sebuah bayangan pria bertubuh tegap masuk kedalam.

Stella tertegun melihat wajah pucat laki-laki itu kala si pria membawa satu sebuah lilin mendekati wanita yang terus meringsut ke sudut.

"Algha? Itu Algha--!"

"Tidak mau mematuhi ku lagi? Aku benci kamu terus berontak seperti ini Alethea."

Deg! Jantung Stella berdetak kencang mendengar panggilan berat Alghafar dengan tatapan menghunus perempuan disudut itu.

Lilin tersebut dilempar ke sebuah tungku api penghangat, semburan apinya langsung keluar menerangi semua tempat dikamar ini.

Memperjelas wujud kedua insan didepan Stella sekarang, perempuan disudut itu mengenakan dress putih yang kotor, rambut yang kusut dan terpotong asal, banyak luka dan lebam memenuhi lengan, kaki bahkan ada bekas cekikan di lehernya, ditambah kedua kakinya di borgol hingga bisa mencetak luka lecet di pergelangan kakinya.

"K--Kakak ... " perempuan itu, dia adalah Alethea Kakaknya?! Apa yang Alghafar lakukan pada Kakaknya!

"Kemari," suruh Alghafar yang kini duduk menepuk peraduan yang didudukinya namun tak mendapatkan sahutan, "Aku gak suka ngulang kalimat untuk kedua kalinya Alethea, kemari!"

Bibir terluka Alethea bergetar bahkan ia nampak takut-takut kala menaikan pupil matanya untuk menatap Alghafar, kenapa laki-laki tidak mati--ah kenapa tidak dirinya saja yang mati! Alethea tidak bisa bertahan menerima setiap kegilaan yang dilakukan Alghafar padanya.

Mengurung, mengekang, menjadikannya boneka pajangan bahkan tak segan melukainya hanya karena Alethea yang tidak bisa menurut.

Mengetukan tiap jari jemarinya Alghafar lantas bangkit dan berjalan menuju Alethea, Stella ikut mendekat lalu dilihatnya Alghafar mencengkram leher depan Alethea dengan tarikan tak sabaran.

"L--epas! Alga-- uhuk! Lepas Algha!" Alethea berontak memukuli tangan kekar yang dihiasi tato itu.

"Alghafar lepasin Kak Thea!" saat sadar pegangannya pada Alghafar langsung tembus Stella terdiam gamang, dirinya tidak bisa dilihat oleh mereka selayaknya hantu.

"Ini kali keberapa kamu berusaha keluar dari menara? Kamu fikir aku gak ngawasin kamu Alethea?" Alghafar terkekeh penuh intonasi merendahkan, "Semua benda diruangan ini punya mata, mereka semua ngasih tau aku bagaimana cara kamu melarikan diri berulang kali, tapi tenang. Semuanya udah aku perbaiki, aku tutup, dan aku pasangkan listrik bahkan jikalau itu sampai ke lubang tikus sekalipun!"

Protagonis't Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang