3 - Another Kiss?!

385 37 4
                                    


Jeno's POV

Aku merasa kabur—bukan hanya pandangan, tapi juga pikiranku. Mungkin aku terlalu banyak minum. Kepalaku berat, dan langkahku terhuyung-huyung, tapi aku bisa merasakan seseorang di sisiku, menopang tubuhku agar tidak jatuh. Namun, yang menarik perhatianku bukan orang itu, melainkan sosok lain di depanku.

Aku melihatnya, samar-samar di bawah cahaya lampu apartemen yang terlalu terang untuk kondisiku saat ini. Dia berdiri di depan lift, wajahnya sedikit menunduk, fokus pada ponsel di tangannya. Entah kenapa, ada sesuatu yang terasa familiar dari sosok itu. Hatiku seperti ditarik menuju dia. Tanpa pikir panjang, aku menggerakkan tubuhku, melepaskan diri dari orang yang membantuku, dan berjalan lurus ke arahnya.

Pikiranku kosong, tapi tanganku bergerak sendiri, menyentuh pundaknya. Aku melihat dia tersentak kaget, kepalanya terangkat, dan dia berbalik menghadapku tepat ketika suara ding dari lift terdengar. Pintu lift terbuka di belakangnya, tapi aku tidak peduli.

Aku menatap wajahnya—kulitnya bersih, rahangnya sedikit tegang karena keterkejutannya, tapi yang paling mencuri perhatian adalah bibirnya. Basah, mengkilap di bawah cahaya. Seolah-olah baru saja disentuh lipgloss, atau mungkin hanya karena cahaya yang memantul sempurna dari sana. Aku tidak tahu. Tapi mataku tidak bisa lepas dari bibir itu.

Aku mencoba fokus pada matanya, mencoba mencari tahu apa reaksinya terhadap aku yang tiba-tiba muncul. Tapi itu sia-sia. Mataku terus kembali ke bibirnya, bergerak tanpa kendali, seolah-olah ada magnet di sana.

Dan di tengah kabut pikiranku, muncul satu pikiran yang sangat jelas, begitu kuat hingga menguasai seluruh tubuhku: Aku ingin mencicipi bibir itu.

**

Jaemin's POV

Aku sedang berdiri di depan lift, memeriksa pesan dari Changmin yang bertanya tentang transportasiku ke kampus saat orientasi besok. Baru saja aku mengetik balasan, tiba-tiba ada sentuhan di pundakku. Refleks, aku tersentak kaget dan langsung berbalik.

Begitu aku melihat siapa yang berdiri di depanku, aku tertegun. Ini orang yang kemarin memberikan ponselnya begitu saja padaku untuk menelepon Ayah. Wajahnya sedikit berbeda dari yang kuingat—matanya setengah tertutup, wajahnya merah, dan langkahnya goyah. Butuh beberapa detik bagiku untuk menyadari apa yang terjadi. Dia mabuk.

"Oh?.. Yang kemarin?" Aku mencoba membuka pembicaraan, sedikit canggung. Namun, dia tidak menjawab. Pandangannya kabur, tapi anehnya terfokus... pada bibirku?

Aku mundur setengah langkah, merasa tidak nyaman dengan intensitas tatapannya. Dia berdiri terlalu dekat, lebih dekat dari yang aku rasa wajar untuk dua orang yang nyaris tidak saling mengenal. Napasnya menguar aroma alkohol yang kuat, membuatku yakin bahwa dia benar-benar tidak sepenuhnya sadar.

Aku membuka mulut untuk bicara, mencoba menanyakan keadaannya. Namun, belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, bibirnya sudah menabrak bibirku.

Aku membeku. Detik itu, otakku berhenti bekerja, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Napas hangat dengan aroma alkohol yang tajam menyentuh wajahku, dan aku bahkan tidak sempat menarik diri karena dalam waktu yang sama, dia mendorongku ke dalam lift yang pintunya terbuka lebar di belakangku.

Aku tersentak ke belakang, punggungku menabrak dinding lift dengan cukup keras hingga membuatku terjaga dari kebingunganku. Tapi dia tidak memberiku ruang untuk berpikir. Wajahnya masih begitu dekat, matanya yang sedikit kabur menatapku seolah-olah aku adalah satu-satunya hal yang ada di dunia ini.

"W-wait—" Aku mencoba berbicara, tapi dia terlalu cepat, terlalu intens. Tangannya berada di sisi tubuhku, memblokir jalan keluar. Bibirnya masih terasa di bibirku, dan aku tidak tahu apakah ini sebuah kesalahan karena dia mabuk atau... sesuatu yang lebih dari itu.

F For Five || MobxJaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang