8 - First Day

210 25 0
                                    


Jaemin merasa setiap komentar sinis dan tawa mengejek dari Sunwoo dan yang lain menusuknya seperti jarum tajam. Ia ingin sekali membalas, ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak akan mudah dijatuhkan oleh kata-kata mereka. Namun, di saat yang sama, ia tahu bahwa memberikan reaksi hanya akan menjadi hiburan bagi mereka.

Dengan napas panjang, Jaemin memilih untuk diam, menunduk, dan mengabaikan mereka sebisa mungkin. Ia membiarkan Sunwoo dan teman-temannya tertawa puas, yakin bahwa mereka telah berhasil membuatnya merasa kecil.

Namun, ketenangan palsu itu segera berubah ketika Jaemin melihat sosok Jeno di kejauhan. Pria itu sedang berjalan mengitari lapangan, mengawasi progress tiap kelompok. Aura tegasnya membuat banyak mahasiswa baru langsung memperbaiki sikap, dan Jaemin bisa merasakan suasana di kelompoknya mulai berubah.

"Hei, itu Jeno!" bisik Seungmin sambil menyenggol Sunwoo.

Sunwoo langsung merapikan posisinya, mencoba terlihat sibuk dengan buku catatannya. Heeseung dan Minhyuk juga pura-pura sibuk berdiskusi, seolah-olah mereka telah bekerja keras sejak awal. Semua anggota kelompok mendadak diam, berpura-pura fokus pada tugas orientasi.

Jeno mendekati kelompok itu dengan langkah santai, tangannya terlipat di depan dada. Ia berhenti sejenak, mengamati mereka dengan mata tajam yang seolah bisa membaca kebohongan.

"Siapa ketua kelompok kalian?" tanyanya dingin.

Sunwoo dengan cepat mengangkat tangannya. "Saya, Kak."

Jeno mengangguk kecil, matanya menyapu seluruh anggota kelompok. Kemudian, dengan gerakan cepat, ia mengarahkan jarinya ke arah Sunwoo, Seungmin, Heeseung, dan Minhyuk. "Kalian berempat, keluar dari kelompok ini sekarang."

Ruangan terasa sunyi seketika. Sunwoo menatap Jeno dengan mulut setengah terbuka, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "K-keluar, Kak?"

"Ya," jawab Jeno tanpa nada ampun. "Kalian tidak bekerja dengan serius. Sejak tadi aku mendengar kalian lebih banyak tertawa dan berbicara hal yang tidak penting daripada menyelesaikan tugas. Kelompok ini tidak butuh orang yang hanya menjadi beban."

Wajah Sunwoo memerah, tapi ia tidak berani membantah. Seungmin, Heeseung, dan Minhyuk juga terdiam, wajah mereka penuh rasa malu.

"Kalian akan ditangani oleh senior disipliner," lanjut Jeno. Ia melambaikan tangan ke arah salah satu senior yang berdiri di dekat tenda panitia. "Bawa mereka."

Tanpa menunggu jawaban, Jeno berbalik dan berjalan menuju kelompok berikutnya. Namun, saat ia melewati Jaemin, pandangannya sengaja menghindar, tidak sekali pun menoleh ke arah Jaemin.

Jaemin hanya bisa duduk terpaku, tidak yakin bagaimana harus merasa. Perasaannya bercampur aduk antara lega karena Sunwoo dan teman-temannya akhirnya dihukum, dan bingung karena sikap Jeno yang seolah mengabaikannya.

Namun, saat ia menoleh ke ujung lapangan, pandangannya bertemu dengan Baekhyun yang sedang berdiri sambil melambaikan tangan padanya. Wajah Baekhyun tampak cerah dengan senyuman penuh arti, seolah memberi tahu Jaemin bahwa semuanya baik-baik saja.

Saat itulah Jaemin menyadari sesuatu. Baekhyun meminta Jeno untuk membantuku.

Dia menatap ke arah Jeno yang sudah berjalan jauh, perasaan hangat perlahan menggantikan rasa gugup dan tidak nyamannya. Meskipun Jeno tidak menunjukkan apa-apa secara langsung, Jaemin tahu bahwa pria itu telah melindunginya tanpa berkata-kata.

**

Keramaian di depan gerbang kampus seperti pasar malam yang penuh sesak. Mahasiswa baru berlalu lalang mencari kendaraan mereka, sementara beberapa orang berkerumun di tepi jalan menunggu ojek atau taxi online. Jaemin berdiri agak terpojok, menatap layar ponselnya sambil mencoba memesan kendaraan.

Ia menghela napas. Hari pertama yang berat, dan sekarang aku harus berjuang pulang. Sungguh menyenangkan.

Namun, sebelum ia sempat memilih jenis layanan di aplikasi, tiba-tiba seseorang menarik tangannya. Refleks, Jaemin mendongak, dan kali ini ia bisa langsung melihat siapa pelakunya.

"Baekhyun?" tanyanya, setengah bingung setengah terkejut.

Baekhyun menatapnya dengan senyum santai yang selalu ia pasang, meski sedikit usil. "Apa kau berencana berdiri di sini sepanjang malam hanya untuk memesan taxi?" tanyanya dengan nada menggoda.

"Aku... sedang mencobanya," jawab Jaemin, meski suaranya terdengar tidak yakin.

Baekhyun terkekeh, lalu tanpa basa-basi menariknya lebih jauh dari kerumunan. "Ayo pulang bersama kami. Aku tahu dari Ayahku kalau kau belum punya mobil sendiri, dan aku dengar dari Vernon bahwa kau adalah penghuni baru di lantai kosong di bawah kami."

Jaemin terdiam sejenak, mencoba memproses informasi itu. "Oh... kau tahu tentang itu?"

"Tentu saja," jawab Baekhyun dengan ceria. "Kami semua tahu. Tapi jangan khawatir, kau tidak akan terganggu oleh kami... kecuali Vernon yang sedikit terlalu antusias."

Jaemin ingin menolak tawaran itu, tapi ia tidak tahu bagaimana mengatakannya dengan cara yang sopan. Sebelum ia sempat menemukan alasan, Baekhyun melanjutkan.

"Kau tahu, antrian mahasiswa baru di sini cukup gila. Taxi atau ojekmu mungkin akan kesulitan menjemput, dan macetnya akan membuatmu pulang lebih lama. Kalau kau ikut dengan kami, kau bisa menghindari semua itu."

Jaemin membuka mulutnya untuk menjawab, tapi tidak ada kata yang keluar. Ia tahu Baekhyun punya poin, dan meskipun ia merasa canggung, logika Baekhyun sulit dibantah.

"Baiklah," kata Jaemin akhirnya, meski suaranya hampir seperti bisikan.

"Bagus!" Baekhyun tersenyum lebar. Ia membawa Jaemin ke arah parkiran fakultas teknik, tempat mobil mereka diparkir agak jauh dari kerumunan. Jaemin mengikutinya dengan langkah ragu, merasa semakin kecil di antara kepribadian Baekhyun yang ceria.

Ketika mereka sampai di mobil, Jaemin melihat Taehyun dan Hyunjin sudah duduk di dalamnya. Taehyun melambai singkat, sementara Hyunjin hanya mengangguk dengan ekspresi netral seperti biasa.

"Masuklah," kata Baekhyun sambil membuka pintu belakang. "Kau aman bersama kami."

Namun, sebelum Jaemin sempat masuk, suara familiar dari mobil di depannya membuatnya menoleh.

"Jaemin?"

Vernon sedang melongok dari jendela mobil lain, tersenyum lebar sambil melambaikan tangan. Di balik kemudi, Jaemin melihat Jeno duduk diam, tatapannya sekilas bertemu dengan milik Jaemin sebelum ia memalingkan wajah.

"Jadi, kau sudah bertemu dengan mereka, ya?" Vernon melanjutkan dengan nada antusias.

Jaemin hanya mengangguk kecil, merasa canggung di bawah perhatian mereka. Ia segera masuk ke mobil Baekhyun, duduk di pojok dengan punggungnya tegak, berusaha tidak menarik perhatian.

Perjalanan dimulai dengan suasana yang cukup nyaman, dan Baekhyun yang duduk di depan terus mengobrol dengan Taehyun dan Hyunjin. Mobil melaju mulus, melewati jalan-jalan yang relatif sepi di sekitar kampus. Jaemin menghela napas lega, merasa setidaknya ia bisa pulang tanpa harus menghadapi kemacetan di depan gerbang kampus.


To Be Continued..
Jangan Lupa Like and Comment nya ya^^

F For Five || MobxJaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang