Hyunjin meletakkan cangkirnya dengan bunyi lembut, lalu mengangkat bahu. "Menurutku, giliran Jeno. Kau sepertinya punya hubungan yang lebih dalam dengannya sejak awal. Itu akan terasa alami."
Semua pandangan langsung beralih ke Jeno. Dia mengangkat kepalanya perlahan, menatap Hyunjin tanpa ekspresi. "Aku rasa itu bukan ide yang baik," katanya tenang.
Baekhyun mengerutkan kening. "Kenapa tidak? Kau bisa lebih baik memancing dan reaksinya."
Jeno menghela napas panjang dan menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Justru karena itu aku menolak. Aku tahu, kalau aku yang melakukannya sekarang, itu mungkin akan membuat Jaemin semakin condong ke arahku. Dan aku tidak mau mengambil kesempatan kalian."
"Jadi kau sengaja mundur?" tanya Vernon, terkejut. "Bukankah itu sama saja dengan menyerah?"
"Bukan menyerah," koreksi Jeno sambil menatap Vernon dengan serius. "Aku hanya ingin adil. Aku sadar aku memulai lebih awal dibanding kalian. Karena itu, aku akan menunggu sampai semuanya punya kesempatan yang sama. Aku akan menjadi yang terakhir."
Sejenak, ruangan sunyi. Keempat pria lainnya saling pandang, menghargai ketulusan Jeno meskipun mereka tidak sepenuhnya setuju.
"Kalau begitu, siapa yang berikutnya?" gumam Hyunjin, memecah keheningan.
Baekhyun mengangkat tangannya perlahan. "Aku bisa mencobanya, kalau kalian setuju. Tapi..." Ia melirik Taehyung dengan pandangan penuh makna. "Aku ingin melakukannya bersama Taehyung. Kau tahu, seperti biasanya."
Vernon mengerutkan alis. "Seperti biasanya?"
Taehyung terkekeh kecil, lalu menyenggol bahu Baekhyun. "Dia maksud, kami selalu bekerja berdua. Dinamika kami lebih baik ketika bersama. Kalau hanya satu dari kami yang mendekati Jaemin, itu akan terasa canggung."
"Jadi kalian mau mendekatinya bersama-sama?" tanya Hyunjin, menaikkan satu alis. "Apa itu tidak akan membuat Jaemin bingung?"
Baekhyun menggeleng. "Tidak, justru sebaliknya. Dengan kami berdua, suasananya lebih santai. Dia tidak akan merasa tertekan. Kami akan memastikan itu."
Jeno mengangguk pelan. "Kalau begitu, aku setuju. Asal kalian ingat untuk tetap memberikan ruang bagi Jaemin untuk merespons tanpa merasa terbebani."
Taehyung dan Baekhyun saling pandang sebelum mengangguk bersamaan. "Kami mengerti," jawab mereka hampir serempak.
"Baiklah," kata Hyunjin sambil menyilangkan tangannya di dada. "Kalian berdua yang berikutnya. Pastikan kalian tidak membuat Jaemin semakin bingung."
"Jangan khawatir," sahut Baekhyun dengan senyum penuh percaya diri. "Kami tahu apa yang harus dilakukan."
Namun, di balik senyuman itu, mereka semua menyadari satu hal: langkah selanjutnya akan sangat menentukan. Bukan hanya untuk mereka, tapi juga untuk Jaemin.
**
Baekhyun dan Taehyung memulai diskusi serius tentang bagaimana pendekatan mereka kepada Jaemin. Keduanya duduk berdampingan di sofa, berbicara dengan penuh antusias, sementara yang lain memperhatikan dari kejauhan dengan berbagai ekspresi.
"Jadi, kita setuju untuk menggunakan cara yang lebih santai dan friendly, kan?" Baekhyun membuka pembicaraan, menatap Taehyung dengan penuh semangat. "Aku rasa Jaemin butuh suasana yang ringan, tanpa tekanan."
"Benar," jawab Taehyung sambil mengangguk cepat. "Dia sudah cukup tegang karena Hyunjin. Kalau kita mendekatinya terlalu serius, dia mungkin malah merasa terjebak."
Vernon, yang menyandarkan tubuhnya di kursi, menyipitkan mata. "Kalian berdua serius akan mendekati dia bersama-sama? Yakin tidak akan membuatnya merasa tertekan?"
Baekhyun melambaikan tangannya santai. "Justru sebaliknya. Kami tahu cara membuatnya rileks. Dengan dinamika kami sebagai kembar, kami bisa membangun suasana yang menyenangkan. Lagi pula, siapa yang bisa menolak pesona kami?" Ia mengedipkan mata ke arah Vernon, yang hanya mendesah panjang.
"Baik, tapi bagaimana kalian akan melakukannya?" tanya Hyunjin, melipat tangan di dada sambil bersandar di dinding.
Taehyung tersenyum lebar, menepuk bahu Baekhyun. "Kami punya ide bagus. Kami akan mengajaknya keluar—sesuatu yang santai, seperti makan siang atau pergi ke tempat hiburan. Tidak terlalu formal, tapi cukup untuk menunjukkan perhatian kami."
"Dan sebagai kembar, kami punya trik tambahan," tambah Baekhyun dengan senyum licik.
Jeno, yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara. "Kalian yakin itu tidak akan membuatnya merasa terlalu... dikepung?"
Taehyung tertawa kecil. "Tentu saja tidak. Kami sudah sering melakukannya. Kami akan memastikan dia merasa seperti teman dekat, bukan target pendekatan."
Hyunjin mengangguk pelan, tampak setuju. "Oke, kalau begitu. Tapi kalian harus berhati-hati. Jaemin masih dalam tahap mencoba memahami dirinya sendiri. Jangan sampai dia merasa terintimidasi."
"Kami paham," jawab Baekhyun dengan mantap. "Rencana kami adalah membuatnya merasa diterima, seolah-olah dia bagian dari keluarga kami."
"Bagus," kata Hyunjin sambil tersenyum tipis. "Aku penasaran bagaimana Jaemin akan merespons."
**
Hari berikutnya, Baekhyun dan Taehyung mengundang Jaemin untuk makan siang di sebuah restoran yang terkenal dengan suasana hangat dan nyaman. Begitu mereka tiba, Baekhyun langsung mengambil alih dengan gaya friendly-nya, sementara Taehyung menyusul dengan candaan ringan.
"Kau tahu," kata Baekhyun sambil menuangkan air untuk Jaemin, "Taehyung sebenarnya takut dengan kucing. Padahal kucing tetangga itu lucu sekali."
"Aku bukan takut!" protes Taehyung sambil memutar matanya. "Aku hanya tidak suka mereka tiba-tiba melompat ke arahku."
Jaemin, yang semula tampak gugup, perlahan tertawa kecil. "Serius? Aku kira kau tipe orang yang suka hewan peliharaan."
"Lihat?" Baekhyun menatap Taehyung dengan seringai. "Kau baru saja kehilangan satu poin di mata Jaemin."
Suasana perlahan menjadi lebih cair. Candaan mereka yang spontan membuat Jaemin merasa lebih rileks. Baekhyun dan Taehyung bergantian mengajukan pertanyaan sederhana, seperti hobi Jaemin, makanan favoritnya, dan bagaimana pendapatnya tentang jurusan dan perkuliahannya.
"Jadi, Jaemin," kata Taehyung sambil menyandarkan dagunya di tangan, "kalau kau harus memilih seseorang untuk diajak bekerja sama dalam proyek apa pun, siapa yang akan kau pilih?"
Jaemin berpikir sejenak sebelum menjawab, "Hmm, mungkin kalian berdua. Kalian terlihat seperti tim yang solid."
"Solid?" Baekhyun terkekeh. "Itu cara halus untuk bilang kalau kami suka mendominasi pembicaraan."
Jaemin tertawa lagi, kali ini lebih lepas. Kehangatan dari kedua kembar itu perlahan membuatnya merasa seperti bagian dari grup mereka.
Ketika makan siang usai, Baekhyun dan Taehyung saling melirik, berbagi senyum kecil. Mereka tahu pendekatan ini adalah langkah awal yang sukses untuk mendekatkan diri mereka kepada Jaemin—tanpa membuatnya merasa tertekan.
To Be Continued..
Jangan Lupa Like and Comment nya ya ~~
KAMU SEDANG MEMBACA
F For Five || MobxJaemin
Fanfiction🔞🔞 "Lima? Kalian serius? Bagaimana mungkin kalian semua bisa menyukaiku bersamaan? Aku bahkan tidak memberikan alasan untuk kalian menyukaiku? Dan lagi bagaimana bisa kalian membiarkan orang yang kalian sukai bersama orang lain?" Jaemin tidak perc...