24 - Rumor

52 12 0
                                    

Seminggu telah berlalu sejak perkuliahan normal dimulai, dan Jaemin merasa jauh lebih nyaman di kampus. Ia sudah mulai mengenali setiap sudut denah kampus, dari gedung fakultas hingga kafetaria favorit para mahasiswa. Hari ini menjadi lebih spesial karena mobil yang diberikan orang tuanya akhirnya tiba di apartemen. Jaemin merasa lega, karena mulai hari ini ia tak perlu lagi merepotkan para senior untuk mengantarnya.

Namun, ketika ia turun ke parkiran dengan langkah ringan, ia justru mendapati para seniornya—Baekhyun, Jeno, Taehyung, Vernon, dan Hyunjin—sudah berdiri di dekat mobil mereka masing-masing, seolah sedang menunggunya. Baekhyun yang pertama kali menyadarinya langsung melambai dengan senyum lebar.

"Jaemin! Kau terlambat! Kami sudah menunggumu sejak tadi," serunya.

Jaemin menatap mereka dengan bingung. "Hyung, Mobilku sudah sampai, jadi aku bisa berangkat sendiri. Kalian tidak perlu menungguku lagi."

Ucapan Jaemin membuat semua senior menoleh ke arahnya. Hyunjin mendekat dengan ekspresi tak percaya. "Sendiri? Kau yakin?"

"Iya," Jaemin mengangguk. "Terima kasih untuk minggu ini, tapi aku tidak ingin terus merepotkan kalian. Mulai sekarang, aku akan pergi sendiri."

Vernon mengernyitkan alis. "Tapi, bukankah lebih menyenangkan kalau kita pergi bersama? Lagipula, kau masih mahasiswa baru. Siapa tahu kau butuh bantuan di kampus."

Taehyung ikut bersuara, nada suaranya lembut tapi tegas. "Vernon ada benarnya. Perjalanan bersama itu juga untuk memastikan kau aman."

Jeno, yang biasanya lebih santai, kali ini menambahkan. "Selain itu, ada isu yang mulai merebak di forum mahasiswa. Kau mungkin perlu lebih berhati-hati."

Jaemin terdiam sejenak. Ia menyadari perhatian mereka tulus, tapi ia merasa tak nyaman jika terus bergantung pada mereka. "Aku mengerti kekhawatiran kalian, tapi aku ingin mencoba lebih mandiri. Lagipula, aku sudah cukup mengenal kampus. Aku akan baik-baik saja."

Perdebatan kecil pun terjadi, dengan Hyunjin dan Jeno terlihat paling enggan membiarkan Jaemin pergi sendiri. Namun, setelah beberapa saat, Baekhyun akhirnya mengangkat tangan, memberi tanda untuk berhenti.

"Baiklah, kita biarkan Jaemin mencoba. Tapi dengan satu syarat," kata Baekhyun tegas. "Kau harus memastikan selalu memberi kabar, dan jika ada masalah sekecil apa pun, langsung hubungi kami."

Jaemin mengangguk dengan penuh rasa terima kasih. "Tentu, hyung. Aku berjanji."

Dengan kesepakatan itu, para senior akhirnya menyetujui keputusan Jaemin. Mereka semua masuk ke mobil masing-masing, dan untuk pertama kalinya, mereka berangkat ke kampus dengan kendaraan sendiri-sendiri. Jaemin, yang duduk di balik kemudi mobil barunya, merasa campuran antara kebebasan dan kerinduan pada perjalanan bersama mereka. Namun, ia yakin ini langkah kecil untuk mulai berdiri di atas kakinya sendiri.

Sementara itu, di forum kampus, diskusi tentang Jaemin terus memanas. Foto-foto dirinya bersama Haechan dan para senior di kafetaria telah menyebar, memicu berbagai reaksi dari mahasiswa lain. Ditambah dengan foto-foto Jaemin yang selalu berangkat dan pulang bersama seniornya. Ada yang tidak menyukai kedekatan itu, merasa iri atau menganggapnya tidak pantas, tetapi tak sedikit juga yang mendukung dan bahkan membuat pasangan fiktif (ship) di antara mereka.

**

Sebagai orang yang memang tidak terlalu mempedulikan lingkungan sekitarnya, Jaemin cukup lambat untuk menyadari tatapan orang-orang kepadanya. Meskipun begitu, ia cukup sensitif dengan ekspresi seseorang yang berbicara langsung di depannya.

Pada kelas minggu ini, pembagian tugas dan kelompok untuk satu semester kedepan dibagikan. Jaemin sedikit tertegun menyadari bahwa di perkuliahan ia harus bertahan dengan kelompok yang sama selama satu semester. Ia terbiasa mengerjakan tugas sendirian karena ia termasuk perfeksionis dan kurang percaya dengan hasil pekerjaan orang lain.

F For Five || MobxJaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang