Keesokan harinya, Jaemin disambut oleh Vernon di depan pintunya. Pandangannya langsung mengedar untuk mencari sosok keempat senior lainnya, namun hanya ada Vernon disana.
"Mereka sudah berangkat lebih dulu karena ada urusan di kampus." Ujar Vernon, menjawab pertanyaan yang tidak diucapkan oleh Jaemin.
"Oh..." Pikiran Jaemin mulai kemana-mana. Ia menyadari pola tindakan para seniornya, dimulai dari Hyunjin dan si kembar kemarin, kali ini giliran Vernon.
"Apa kau kecewa karena aku yang menjemputmu?" Tanya Vernon membaca ekspresi Jaemin.
"Hah? Tidak, aku hanya berpikir seperti kalian tidak pernah bersama-sama lagi ketika bersamaku. Apa kalian sedang menghindari satu sama lain?" Tanya Jaemin balik.
"Ahahaha.. apa yang kau pikirkan? Kami baik-baik saja. Apa kau merasa kesepian jika hanya bersama salah satu dari kami?" Umpan Vernon.
Jaemin terdiam sejenak, "Mungkin..? Aku hanya merasa alangkah baiknya jika kita bisa selalu bersama-sama."
Mata Vernon sedikit melebar, menyadari bahwa strategi mereka untuk maju satu persatu ini justru secara tidak langsung merupakan keputusan terbaik mereka. Meskipun mereka tidak mengharapkan hasil ini awalnya, tapi ia tahu bahwa outcome seperti inilah yang sebenarnya mereka butuhkan.
"Waah, Jaemin-ie.. apa kau tidak terlalu rakus untuk menginginkan kami semua?"
"Hmm,... apa tidak boleh?" Respon Jaemin kepada Vernon. Sekarang ia hampir sepenuhnya yakin bahwa kelima seniornya memperlakukannya dengan spesial.
Vernon tersenyum kecil mendengar respons polos namun jujur dari Jaemin. Ia mengacak pelan rambut Jaemin, membuat yang lebih muda itu sedikit memundurkan kepala sambil cemberut. "Tentu saja boleh. Tapi untuk itu, kau harus mengucapkan itu tidak hanya padaku tapi juga yang lain. Dan juga ada banyak hal yang kami kerjakan masing-masing untuk memastikan semuanya berjalan lancar, termasuk untukmu," kata Vernon.
"Untukku?" Jaemin memiringkan kepala, bingung.
"Ya," Vernon mengangguk dengan santai. "Kau pikir kenapa kami mengatur siapa yang menemanimu setiap harinya? Itu bukan tanpa alasan, tahu."
Jaemin hanya menatap Vernon tanpa menjawab, jelas merasa ada sesuatu yang sengaja disembunyikan darinya. "Jadi, ini bagian dari rencana kalian? Apa aku perlu tahu alasannya?"
Vernon tertawa kecil. "Mungkin nanti. Sekarang, lebih baik kita bergegas. Kau tidak mau terlambat kan?" Ia melirik jam tangannya.
Jaemin mendesah, tahu bahwa ia tak akan mendapatkan jawaban lebih jauh. "Baiklah." Dengan langkah pelan, ia mengikuti Vernon menuju lift, membiarkan pikirannya mengembara. Ada sesuatu yang ingin ia pastikan. Melihat polanya, ia yakin setelah ini adalah giliran Jeno untuk menemani atau menghampirinya.
**
Para mahasiswa baru bercengkerama di kafetaria sambil menunggu pergantian kelas. Vernon membawa Jaemin langsung ke meja mereka biasanya, tempat para senior lain berkumpul.
"Jaemin!" Suara ceria Hyunjin menyambut mereka. Hyunjin melambaikan tangan dengan antusias, membuat Jaemin sedikit tersenyum. Di sebelahnya, Jeno berdiri dengan tangan terlipat di dada, mengangguk singkat saat Jaemin tiba.
"Kami sempat bertaruh, siapa yang akan membuat Jaemin tersenyum duluan hari ini," kata Baekhyun yang duduk di pinggir panggung dengan ekspresi jenaka. "Kurasa aku kalah dari Hyunjin lagi."
"Kenapa kalian bertaruh tentang hal itu?" Jaemin bertanya dengan nada heran, meskipun rona merah tipis mulai muncul di pipinya.
"Karena itu menyenangkan, dan—jujur saja—reaksimu terlalu berharga untuk dilewatkan," jawab Taehyung santai sambil menyesap kopi dari cangkirnya.
Jaemin hanya bisa menggelengkan kepala, merasa para seniornya benar-benar tak habis pikir. Tapi, di balik semua itu, ia merasa sedikit lega melihat mereka semua ada di satu tempat, seperti yang ia harapkan.
Di sudut yang lain, sepasang mata mengamati mereka dengan tatapan penuh rasa ingin tahu dan... mungkin, sedikit rasa iri.
**
Jaemin terbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar yang polos. Namun ia merasa dapat membayangkan wajah dan ekspresi para seniornya seharian tadi. Seperti dugaannya, Vernon menemaninya hingga mengantarkannya pulang.
Sebelumnya ia tidak terlalu memerhatikan, tapi ia mencoba mengingat semua detail yang terjadi setiap kali ia bersama seniornya, dari masa orientasi hingga saat ini. Saat itulah ia mulai memberi makna dari semua pandangan dan perilaku seniornya kepada dirinya, terkhusus dirinya.
'Kenapa aku baru menyadarinya.. bodohnya.' Gumam Jaemin pada dirinya sendiri.
Namun, waktu berlalu dengan dirinya memutarbalik ingatannya. Kadang ia tersenyum malu karena mengingat kejadian-kejadian yang harusnya jelas sekali isyarat untuknya tapi diabaikannya. Tapi kemudian suara bel pintu nya berbunyi, membuyarkan khayalannya.
Jaemin segera terbangun dan bergegas untuk membuka pintu. Di depannya ia melihat Jeno berdiri santai dengan pakaian serba hitam dan tatapannya yang dalam pada Jaemin.
To Be Continued..
Jangan Lupa Like and Comment nya ya~~
KAMU SEDANG MEMBACA
F For Five || MobxJaemin
Fanfiction🔞🔞 "Lima? Kalian serius? Bagaimana mungkin kalian semua bisa menyukaiku bersamaan? Aku bahkan tidak memberikan alasan untuk kalian menyukaiku? Dan lagi bagaimana bisa kalian membiarkan orang yang kalian sukai bersama orang lain?" Jaemin tidak perc...