33 - Reaction

56 13 0
                                    


Keempat pria lain berkumpul di ruang kontrol apartemen mereka, memandang layar CCTV dengan perhatian penuh dengan para petugas yang hanya melihat mereka dengan side eye karena tak bisa menolak permintaan mereka.

Di layar, terlihat Jaemin keluar dari apartemen Hyunjin dengan ekspresi yang sulit dijelaskan—wajahnya memerah, langkahnya ragu-ragu, dan tangannya sesekali mengusap wajahnya sendiri.

"Apa dia... blushing?" Vernon menyipitkan mata, mencoba memperjelas pandangannya.

"Kelihatannya begitu," sahut Baekhyun sambil menyilangkan tangan di depan dada. "Tapi ekspresinya campur aduk. Antara malu dan bingung."

Semua mata kembali tertuju pada layar saat Jaemin tiba di lantai apartemennya. Setelah menekan tombol lift dengan tangan gemetar, dia melangkah keluar, menoleh sebentar ke koridor, lalu tanpa peringatan, dia berlari menuju pintu apartemennya. Jaemin membuka pintu dengan cepat dan langsung menghilang ke dalam.

Hening sesaat.

"Jadi... apa itu artinya berhasil?" Baekhyun bertanya, mencoba memecah keheningan. Suaranya terdengar optimis, namun sedikit ragu.

Vernon mengangguk perlahan. "Aku rasa begitu. Maksudku, lihat reaksinya. Dia jelas terpengaruh oleh sesuatu yang Hyunjin lakukan. Bukan?"

Jeno, yang sejak tadi diam sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding, mengangkat alis. "Terpengaruh? Mungkin. Tapi bagaimana kalau itu bukan pengaruh yang kita harapkan?"

Semua menatapnya dengan kaget, terutama Taehyung. "Hei, itu terlalu pesimis, Jeno," sahut Taehyung, mencoba mempertahankan suasana positif. Namun, sebelum dia bisa melanjutkan, Jeno melambaikan tangannya, meminta mereka tenang.

Namun, saat suasana mulai kembali tenang, Taehyung berbicara lagi. "Tapi... kalau dipikir-pikir, bagaimana kalau dia sebenarnya takut? Atau mungkin... kabur?"

Kalimat itu langsung membuat suasana berubah. Ketiganya menatap Taehyung dengan pandangan tajam dan sinis. Vernon bahkan mendesah keras, sementara Baekhyun memutar matanya.

"Kenapa kau selalu mengucapkan kemungkinan terburuk?" gerutu Vernon. "Jaemin kabur? Serius? Kau pikir Hyunjin akan membuatnya ketakutan seperti itu?"

Baekhyun menambahkan, "Kau tahu, kadang aku merasa kau menikmati menghancurkan harapan kami, Taehyung."

Taehyung mengangkat bahu, mencoba membela diri. "Aku cuma mencoba realistis. Kalau kita hanya berpikir positif tanpa mempertimbangkan kemungkinan buruk, kita bisa kehilangan tanda-tanda penting."

Jeno akhirnya angkat bicara, suaranya datar namun tegas. "Tidak ada gunanya berspekulasi sekarang. Kita tanyakan saja pada Hyunjin."

Semua langsung terdiam mendengar saran Jeno. Mereka saling bertukar pandang, seolah memikirkan apakah itu ide bagus atau tidak.

"Tanyakan Hyunjin?" Vernon mengulang dengan nada skeptis. "Kau yakin dia akan memberitahu kita detailnya? Kau tahu Hyunjin kan... suka membuat kita penasaran."

Baekhyun mengangguk setuju. "Benar. Dia mungkin cuma akan tersenyum misterius dan bilang, 'Itu rahasia.'"

Jeno menyandarkan tubuhnya ke dinding dengan lengan terlipat, tatapannya tenang namun tegas. "Kita tidak butuh detail. Kita cuma butuh tahu apakah ini bagian dari rencana atau dia malah membuat Jaemin lebih bingung."

"Fair enough," gumam Vernon, sambil menghela napas panjang.

**

Keempat pria tu duduk melingkar di sofa lantai 12, sementara Hyunjin berdiri di dekat jendela, memandangi langit malam. Di meja, secangkir kopi hangat tergeletak, mengeluarkan aroma yang menenangkan, meski suasana diskusi jauh dari tenang.

"Jadi," Baekhyun membuka, memecah kesunyian. "Menurutmu, apa rencanamu berhasil atau tidak?"

Hyunjin menoleh perlahan, tersenyum kecil. "Kenapa tidak kau yang memberitahuku? Kalian mengawasinya lewat CCTV, kan?"

Taehyung mendesah, melipat tangan di dada. "Dia blushing, benar, tapi reaksinya terlalu... campur aduk. Dia ragu-ragu. Terlihat bingung. Apa itu tanda positif?"

"Bingung bisa berarti banyak hal," sahut Vernon, menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Itu bisa berarti dia memikirkan sesuatu. Sesuatu yang positif."

"Atau dia merasa tidak nyaman," sela Taehyung, seperti biasa membawa kemungkinan terburuk ke dalam diskusi.

"Taehyung!" Vernon memutar matanya. "Bisakah kau berhenti jadi pesimis sepanjang waktu?"

Taehyung mengangkat bahu tanpa rasa bersalah. Baekhyun menghela napas panjang, menatap Hyunjin. "Hyunjin, jujur saja. Apa kau benar-benar yakin Jaemin tidak merasa terintimidasi atau malah kabur karena takut?"

Hyunjin menatap mereka semua dengan ekspresi penuh percaya diri. "Kalau dia takut, dia tidak akan blushing. Wajah itu, reaksinya, semuanya menunjukkan bahwa dia mulai memikirkan perasaan yang mungkin bahkan tidak dia sadari sebelumnya. Itu tanda pertama dari keberhasilan."

Jeno, yang sejak tadi diam sambil memperhatikan, akhirnya angkat bicara. "Tapi bagaimana kau bisa begitu yakin? Dia terlihat sangat gugup. Kalau dia tidak nyaman, kita harus segera menghentikan rencana ini sebelum terlalu jauh."

Hyunjin berjalan ke meja, menyesap kopinya dengan tenang sebelum menjawab. "Aku yakin karena aku melihatnya langsung, Jeno. Jaemin bukan tipe yang kabur dari sesuatu yang membuatnya penasaran. Dan reaksinya tadi... itu adalah reaksi orang yang mulai menyadari sesuatu yang baru. Bukan ketakutan."

"Kau yakin itu bukan dia mencoba kabur dari perasaannya?" Taehyung mencoba memprovokasi lagi, membuat Vernon mendesah keras.

"Taehyung, serius, kau benar-benar menghancurkan suasana," keluh Vernon.

Hyunjin terkekeh, meletakkan cangkirnya kembali di meja. "Biar aku yang memastikan. Kalau aku salah, aku yang akan bertanggung jawab. Tapi, untuk sekarang, aku yakin ini langkah yang tepat."

Baekhyun menatapnya curiga. "Dan kalau ternyata dia benar-benar kabur?"

Hyunjin tersenyum, kali ini dengan sedikit misteri. "Kalau begitu, aku akan mengejarnya."

Setelah semuanya mulai yakin dengan Hyunjin,Vernon yang duduk paling dekat dengan meja mengangkat alis sambil melirik kearah Hyunjin. "Kalau begitu, pertanyaannya sekarang adalah... siapa yangberikutnya akan


To Be Continued..
Jangan Lupa Like and Comment nya ya~~
 

F For Five || MobxJaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang