32 - Painting

60 12 1
                                    

Hyunjin duduk sendirian di kamarnya malam itu, menggulir-gulir layar ponselnya dengan cemas. Ia sedang mencari cara untuk menghabiskan waktu dengan Jaemin tanpa terlalu mencurigakan, tetapi tetap cukup efektif untuk menyampaikan perasaannya secara halus.

"Apa aku harus mengajaknya makan? Atau mungkin kita pergi ke tempat yang lebih santai seperti taman?" pikirnya. Namun, semakin lama ia berpikir, semakin ia sadar bahwa Jaemin bukan tipe yang mudah memahami kode-kode halus.

Akhirnya, sebuah ide sederhana muncul di kepalanya. "Aku akan mengajaknya melukis." Hyunjin tersenyum kecil membayangkan Jaemin, yang terkenal ceroboh dan sedikit kikuk, mencoba mengikuti arahannya dengan cat dan kuas. Itu akan menjadi momen yang menyenangkan sekaligus kesempatan untuk lebih dekat.

**

Keesokan harinya, saat Jaemin sedang bersantai di lounge apartemen sambil menunggu food delivery, Hyunjin mendekatinya dengan membawa dua kanvas kecil dan kotak cat akrilik.

"Jaemin-ah," panggil Hyunjin sambil duduk di sebelahnya.

Jaemin menoleh dengan penasaran. "Hyung, apa itu?"

"Kanvas dan cat. Aku berpikir untuk melukis hari ini, tapi rasanya akan lebih menyenangkan kalau kau ikut. Kau mau coba?" Hyunjin tersenyum hangat, mencoba terlihat santai meskipun sebenarnya ia sedikit gugup.

"Melukis?" Jaemin mengernyit. "Aku tidak pandai dalam hal seni, Hyung."

"Itu tidak masalah," balas Hyunjin cepat. "Aku tidak mencari hasil yang sempurna. Kita hanya bersenang-senang saja. Sama seperti saat kita bermain game sebelumnya."

Setelah beberapa saat ragu, Jaemin akhirnya mengangguk. "Baiklah, kalau begitu. Tapi jangan tertawakan gambarku nanti."

Hyunjin tertawa kecil. "Kalau aku tertawa, itu hanya karena aku menikmati waktu bersamamu."

Ini pertama kalinya bagi Jaemin memasuki apartemen Hyunjin. Diluar dugaannya, apartemen Hyunjin adalah perpaduan antara kenyamanan dan modernitas. Dindingnya berwarna abu-abu muda dengan aksen panel kayu gelap, dilengkapi pencahayaan LED yang bisa diatur sesuai suasana hati. Tempat tidurnya minimalis dengan sprei putih bersih, headboard kayu dengan lampu baca, dan bantal dekoratif. Di sisi kamar, ada meja kerja modern dengan monitor ultrawide dan kursi ergonomis, serta rak dinding yang dihiasi buku dan tanaman kecil. Teknologi canggih seperti smart speaker, tirai otomatis, dan lemari pakaian dengan pencahayaan otomatis melengkapi ruangan. Sofa kecil, karpet berbulu lembut, dan frame digital yang memutar foto-foto favorit Hyunjin menambah kesan cozy dan personal.

Mereka duduk di balkon apartemen, angin sepoi-sepoi membuat suasana semakin nyaman. Hyunjin mengajarkan Jaemin cara mencampur warna dan membuat sapuan kuas sederhana. Namun, seperti yang ia bayangkan, Jaemin benar-benar ceroboh. Cat menodai tangannya, bajunya, bahkan wajahnya.

"Hyung! Lihat ini, aku tidak sengaja mencampur warna terlalu banyak!" Jaemin tertawa kecil sambil menunjuk cat di paletnya yang berubah menjadi cokelat kusam.

Hyunjin tertawa lembut, mengambil tisu basah untuk membersihkan cat di pipi Jaemin. "Kau benar-benar tidak berbakat, ya," ujarnya setengah bercanda. Namun, matanya tidak bisa lepas dari wajah Jaemin yang polos dan tawa lepasnya.

Saat itulah Hyunjin merasa bahwa ini adalah saat yang tepat untuk mengarahkan obrolan ke arah yang lebih dalam.

"Kau tahu, Jaemin," Hyunjin memulai, nadanya sedikit lebih serius. "Aku senang bisa menghabiskan waktu seperti ini denganmu. Rasanya... istimewa."

Jaemin mengangkat wajahnya, menatap Hyunjin dengan bingung. "Istimewa? Kenapa begitu?"

Hyunjin menghela napas pelan, mencoba untuk tetap tenang. "Karena kau berbeda. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa nyaman di dekatmu. Dan aku ingin kau tahu... aku menghargai kehadiranmu lebih dari yang mungkin terlihat."

Jaemin merasa jantungnya berdebar cepat, tak bisa menghilangkan rasa hangat yang melanda pipinya. Ada sesuatu dalam nada Hyunjin yang membuatnya merasa canggung, namun juga... nyaman. Sesuatu yang baru dan asing, namun begitu dekat. Ketika Hyunjin meraih tangannya, Jaemin terdiam sejenak. Tangan mereka yang saling bersentuhan membuat udara terasa lebih lembut, lebih intim.

Hyunjin memandang Jaemin dengan penuh perhatian, seolah ingin mencari tahu apa yang ada di dalam pikirannya. Jaemin yang masih terganggu oleh perasaan yang membingungkan itu hanya bisa menunduk, berusaha untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya.

"Hyung..." Jaemin mulai, suaranya pelan dan ragu. "Kau yakin tidak sedang... berlebihan?" Ia mencoba terdengar santai, namun ada ketegangan di dalam nada suaranya.

Hyunjin tertawa pelan, menyentuh pipi Jaemin dengan ujung jarinya yang lembut. "Kau terlalu banyak berpikir, Jaemin-ah. Tidak ada yang salah dengan sedikit perhatian, kan?"

Jaemin hanya mengangguk, berusaha untuk menenangkan diri. Mungkin memang tidak ada yang salah, namun perasaan yang mulai tumbuh di dalam dirinya membuatnya sulit untuk tetap tenang. Setiap detik yang mereka habiskan bersama terasa lebih bermakna, lebih penuh dengan ketegangan yang tak bisa ia lepaskan begitu saja.

Di sisi lain, Hyunjin merasa puas. Setiap reaksi Jaemin—baik itu senyuman malu-malu atau tatapan bingung yang ia dapatkan—memberi Hyunjin keyakinan bahwa ia sedang berada di jalur yang benar. Pelan-pelan, ia ingin memperkenalkan Jaemin pada dunia yang lebih dalam tentang dirinya, dunia yang lebih dari sekadar teman sekelas atau senior-murid.

"Aku suka melihatmu seperti ini, Jaemin," Hyunjin berkata lagi, suaranya kini lebih rendah dan penuh makna. "Tanpa beban, tanpa khawatir. Kau tahu, aku merasa seperti aku bisa menjadi diriku sendiri di dekatmu."

Jaemin menatapnya, kebingungannya semakin mendalam. "Aku... aku tidak tahu harus bilang apa, Hyung. Tapi, terima kasih. Aku juga merasa begitu. Kau baik sekali."

Hyunjin tersenyum penuh arti, menggenggam tangan Jaemin dengan lembut. "Jangan khawatir, Jaemin-ah. Kita punya waktu."


To Be Continued..
Jangan Lupa Like and Comment nya ya~~

F For Five || MobxJaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang