Keheningan di dalam lift terasa begitu menyesakkan hingga Jeno akhirnya memecahnya dengan suara rendah, nyaris berbisik, "Apa kau ingin melanjutkannya?"
Kalimat itu menghantam Jaemin seperti badai. Perdebatan sengit dalam kepalanya langsung terhenti, tergantikan oleh gelombang kejutan yang membekukan seluruh tubuhnya. Dalam sekejap, rasa panik kembali meluap. Jaemin mendongak, menatap Jeno dengan ekspresi campuran antara bingung dan marah.
"Melanjutkan apa?" tanyanya, suaranya terdengar lebih tajam dari yang ia maksudkan. Ia mendorong dada Jeno dengan kedua tangannya, memaksa pria itu mundur beberapa langkah. Dengan gerakan cepat, Jaemin memperbaiki posturnya dan segera menekan tombol lantainya, mencoba menutupi kegugupannya dengan kepura-puraan percaya diri. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan."
Jeno tersenyum tipis melihat tingkah pria di depannya yang berusaha tenang, entah kenapa hal itu terlihat begitu imut di matanya. Senyumnya menghilang ketika ia sadar bahwa pikiran itu sangat aneh dan pertama kali baginya. Ia yakin semua ini karena pikirannya yang masih berkabut karena alkohol. Ia mengangkat satu tangan ke pelipisnya, memijatnya ringan, sebelum akhirnya mengeluarkan napas panjang.
Keheningan kembali mengisi lift yang terasa semakin sempit, membuat Jaemin hanya bisa berdiri mematung, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tidak karuan. Namun, matanya tanpa sadar terus melirik ke arah Jeno yang kini berdiri dengan satu tangan memijat pelipisnya, raut wajahnya menunjukkan sisa-sisa mabuk yang masih membebani tubuhnya.
Untuk pertama kalinya sejak insiden ciuman itu, Jaemin benar-benar memperhatikan pria itu. Rahangnya tegas, kulitnya tampak bersih bahkan di bawah cahaya lampu lift yang dingin, dan rambutnya yang sedikit berantakan justru menambah daya tariknya. Oh God... kenapa dia harus setampan ini? pikir Jaemin, sebal dengan dirinya sendiri.
Dia menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran itu. Tapi bayangan ciuman tadi terulang di kepalanya seperti film yang terus diputar ulang. Bibir Jeno—hangat, lembut, dan penuh hasrat. Sebuah sensasi yang tak pernah Jaemin rasakan sebelumnya.
Apa aku benar-benar memikirkan ini sekarang? You're desperate, Jaemin. Jaemin menggigit bibir bawahnya, malu dengan pikirannya sendiri. Tapi di balik rasa kesalnya, ia tidak bisa memungkiri bahwa ada sesuatu yang membuat insiden itu... sedikit tidak menyesalkan.
Jeno, yang masih berdiri goyah, tampak mengerjap beberapa kali. Tatapannya yang tadi kabur mulai terlihat lebih fokus, meski ia masih memegang pelipisnya seolah menenangkan denyut di kepalanya. "Aku rasa aku minum terlalu banyak," gumamnya lebih kepada dirinya sendiri.
Jaemin mendengus pelan, mencoba melampiaskan kegugupannya dalam bentuk sindiran. "Oh, kau baru menyadari itu sekarang?" tanyanya sinis, meskipun suaranya masih sedikit gemetar.
Jeno menatapnya dengan alis sedikit terangkat, senyum tipis yang muncul di wajahnya membuat Jaemin langsung mengalihkan pandangannya. "Kau lucu kalau marah," kata Jeno akhirnya, suaranya terdengar sedikit lebih jernih tapi tetap rendah.
Jaemin hanya bisa menahan napas, merasa wajahnya memanas lagi. "Bukannya minta maaf setelah mencium orang. Malah menggodanya" gumamnya sangat pelan tertuju pada dirinya sendiri, hampir tak terdengar.
"Kau ingin aku minta maaf?" Jeno ternyata tetap menangkap gumaman Jaemin. "Tapi bukankah kau juga menikmatinya?"
Ucapan Jeno langsung membuat Jaemin berbalik menghadapnya. Ketika ia ingin membalas, lift telah sampai di lantainya. Jaemin menahan kata yang ingin diucapkannya dan memilih membuang mukanya dan segera berjalan menuju lantainya.
Jeno kembali terkekeh melihat tingkah Jaemin yang masih begitu imut di matanya. Ia tak tahu tujuannya, tapi ia mengikuti Jaemin turun dari lift.
Jaemin menghentikan langkahnya, berbalik menatap Jeno dengan alis yang bertaut tajam. "Kenapa kau mengikutiku?" tanyanya, nadanya tegas, tapi wajahnya masih menyiratkan kegugupan yang belum sepenuhnya reda.
KAMU SEDANG MEMBACA
F For Five || MobxJaemin
Fanfiction🔞🔞 "Lima? Kalian serius? Bagaimana mungkin kalian semua bisa menyukaiku bersamaan? Aku bahkan tidak memberikan alasan untuk kalian menyukaiku? Dan lagi bagaimana bisa kalian membiarkan orang yang kalian sukai bersama orang lain?" Jaemin tidak perc...