Bab 14: Konfrontasi yang Tak Terhindarkan

8 0 0
                                    

Suasana malam itu terasa sangat tegang. Setelah banyak kata-kata tajam dan ancaman yang dilontarkan, Arlo masih berdiri tegak, meskipun hatinya hancur berkeping-keping. Kehadirannya dihadapkan pada dua dunia yang berbeda: dunia keluarga yang menyakitkan dan dunia Elias yang baru memberinya rasa aman. Dua pilihan yang saling bertentangan, dan di antara keduanya, Arlo merasa tersesat.

Luciano, dengan wajah penuh rasa bersalah, melangkah maju sedikit lebih dekat ke Arlo. "Lio... kamu harus pulang. Kami... kami semua sangat menyesal. Jangan biarkan kebencian ini menghancurkan semuanya," katanya dengan suara penuh emosi, seolah ingin meraih perhatian anak bungsunya.

Arlo menatapnya dengan mata penuh pertanyaan. "Kenapa? Kenapa sekalang, Pah? Kenapa kalian balu ingin belubah setelah Lio pelgi? Kenapa dulu kalian membialkanku sendili?" Suaranya bergetar, campuran antara amarah dan kesedihan yang mendalam.

Di sisi lain, Dante menatap Arlo dengan cemas, mencoba mencari cara agar bisa membujuk adiknya  kembali. "Kita... kita akan memperbaiki semuanya, Lio. Semua yang terjadi dulu... itu salah, tapi kita bisa berubah. Kita bisa mulai dari sini. Kami akan melindungimu."

Tapi Arlo tetap teguh, tidak sedikit pun menunjukkan tanda-tanda akan melunak. "Tidak! Kalian tidak tahu apa yang sudah Lio alami. Lio tidak bisa kembali ke tempat itu."

Elias yang berdiri di samping Arlo, merasakan ketegangan yang semakin membesar. Ia bisa melihat bahwa meskipun ada penyesalan dalam mata keluarga Salvatici, Arlo sudah terlalu terluka untuk percaya pada mereka lagi. Elias mengangkat tangan, menenangkan Arlo yang hampir terperangkap dalam emosi yang tak terkontrol.

"Kalian harus mengerti, Arlo sudah cukup menderita. Apa yang kalian lakukan kepadanya tidak bisa terhapus hanya dengan kata-kata." Suara Elias tegas, penuh dengan rasa perlindungan terhadap Arlo.

Luciano terlihat bingung, seakan ingin menyampaikan lebih banyak hal, tapi tak tahu harus mulai dari mana. "Kami salah, Elias. Kami tidak tahu apa yang kami lakukan."

Namun, seiring berjalannya waktu, semakin banyak bodyguard yang mendekat, mengelilingi rumah Elias, menambah ketegangan di udara. Dengan satu perintah dari Luciano, mereka mulai bergerak, mencoba meraih Arlo, memaksa untuk membawanya pulang.

"Sungguh-sungguh, kalian pikir bisa membawanya kembali dengan cara ini?" Elias bertanya, matanya menatap tajam ke arah bodyguard yang mencoba mendekat. "Kalian tidak akan membawa Arlo pergi dengan paksa!"

Ketegangan semakin memuncak, dan pertempuran kecil pun terjadi antara Elias dan bodyguard keluarga Salvatici. Arlo hanya bisa menyaksikan, hatinya bergejolak antara rasa takut dan rasa tertekan. Ia ingin berlari, tapi entah kenapa tubuhnya terasa sangat lelah, seakan pilihan-pilihan ini sudah terlalu banyak untuk dihadapi sendiri.

Namun, dalam perkelahian itu, salah satu bodyguard akhirnya berhasil menangkap Arlo, memegangnya dengan kasar dan menariknya menjauh dari Elias. Elias yang melihat itu berteriak, "Jangan sentuh dia!"

Dengan penuh kekuatan, Elias mendorong bodyguard yang memegang Arlo, membuatnya terjatuh. Dia kemudian melangkah maju, kembali melindungi Arlo dengan tubuhnya.

"Ini sudah cukup!" teriak Luciano, kali ini suaranya lebih keras dan penuh dengan rasa frustrasi. "Aku tidak akan membiarkan kalian terus melawan kami! Arlo, kamu harus kembali!"

Arlo merasa tubuhnya gemetar. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan, terjepit di antara cinta yang diberikan Elias dan rasa kewajiban yang datang dari keluarganya, yang meskipun salah, tetap berusaha mencari cara untuk menebus dosa mereka.

Namun, akhirnya, situasi semakin memburuk. Luciano berbalik kepada Arlo dengan ekspresi penuh kekhawatiran. "Jika kamu tidak kembali, kami akan menghancurkan segalanya. Kamu tahu apa yang kami maksud kan ."

Itu adalah ancaman yang jelas, dan Arlo merasakan tubuhnya menciut. Elias, yang mengetahui bahwa ancaman ini bukan sekadar kata-kata kosong, menatap Arlo dengan penuh keprihatinan. "Lio, mereka tidak akan berhenti. Apa pun yang mereka ancamkan, mereka akan lakukan," kata Elias dengan lembut, menggenggam tangan Arlo.

Arlo merasa air mata menggenang di pelupuk matanya. Ia ingin melawan, ingin menolak kembali ke keluarga yang sudah melukainya begitu lama, tapi ancaman yang dilontarkan membuatnya sadar akan konsekuensinya.

Dengan hati yang hancur, Arlo akhirnya mengalihkan pandangannya dari keluarga Salvatici, kemudian memandang Elias dengan tatapan penuh penyesalan.

"Maafkan Lio, bang lias..." kata Arlo pelan, hampir berbisik. "Lio harus pelgi. Kalau Lio tidak pergi, meleka akan membunuhmu."

Elias terdiam, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dengan perasaan berat di hati, ia memeluk Arlo satu kali lagi, menenangkan hati anak itu meskipun hatinya sendiri hancur. "Abang  akan selalu ada untukmu, Lio."

---

Begitu Arlo berpamitan dengan Elias, ia harus meninggalkan perlindungan yang selama ini ia rasakan. Ia menoleh sekali lagi kepada Elias, lalu dengan langkah tertatih-tatih, berjalan menuju keluarganya, menyadari bahwa apa pun yang terjadi, ini adalah pengorbanan yang harus ia buat.

---

"ARLO  SALVATICI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang