Bab 9: Kejutan Lio yang Berbuah Kekacauan

2 1 0
                                    

Keluarga Salvatici sudah terbiasa dengan kebiasaan Lio yang tidak pernah bisa diam. Setiap hari selalu ada saja hal baru yang dia buat, entah itu konyol atau lucu, yang pasti selalu membawa tawa. Namun, kali ini Lio tampaknya telah merencanakan sesuatu yang berbeda.

---

Lio dan Kejutan Dapur

Pagi itu dimulai seperti biasa dengan kebersamaan di meja makan. Makanan sudah siap, tetapi Lio tampaknya memiliki rencana besar di balik senyum nakalnya. Sebelum makan, dia sudah melompat-lompat kegirangan, penuh semangat. "Bang! Papa! Lio punya ide besar!" serunya sambil berlari masuk ke ruang dapur.

Papa Luciano yang sedang memotong buah di meja makan mengangkat alisnya. "Ide apa lagi, Lio? Jangan bikin berantakan lagi di dapur, ya?" kata Papa sambil terkekeh.

"Ini bukan berantakan, Papa! Ini kejutan!" jawab Lio dengan penuh semangat.

Dante dan Rico yang baru saja duduk di meja makan, saling pandang dengan ragu. "Aduh, kalau Lio bilang 'kejutan', berarti akan ada hal yang nggak terduga lagi," canda Dante sambil mengambil sepotong roti.

"Tunggu dulu, Bang! Ini beneran kejutan besar!" Lio berkata sambil lari ke dapur. Dia terlihat sibuk mengacak-acak lemari dapur, menarik bahan-bahan makanan sembarangan. Semua bahan itu, mulai dari tepung, telur, sampai coklat cair, langsung dia keluarkan dan mulai disusun di meja.

Tak lama kemudian, Lio keluar dari dapur dengan ekspresi serius. "Papa, Bang-Bang, lihat! Lio mau buat kue!" katanya, mengangkat wadah besar berisi tepung dan gula.

"Ya ampun, Lio! Kamu beneran mau bikin kue?" tanya Rico, tertawa geli. "Itu malah lebih mirip bahan buat ledakan dapur daripada bahan kue!"

Lio mengabaikan komentar Rico dan mulai mencampur semua bahan dalam mangkuk besar. "Pokoknya kue ini yang terbaik! Lio janji!" serunya dengan antusias.

Meskipun semua orang merasa ragu, mereka tetap mendukung Lio, mengingat dia sudah begitu bersemangat. Namun, kekacauan tak bisa dihindari. Tepung yang sudah tercampur dalam mangkuk malah bertebaran ke seluruh meja dapur, dan Lio dengan cerobohnya malah menjatuhkan setengah botol coklat cair ke lantai.

---

Kekacauan di Dapur

Setelah beberapa menit penuh kekacauan, Lio akhirnya berhasil meletakkan adonan kue dalam loyang dan memasukkannya ke dalam oven. Semua orang menahan tawa, melihat dapur yang penuh dengan tepung dan coklat.

"Sepertinya ini lebih cocok jadi eksperimen masak daripada kue," kata Dante sambil menutup hidung karena bau yang muncul dari dapur. "Awas aja kalau nanti ada yang meledak."

"Tapi, Bang, kita harus tetap dukung Lio," kata Elias, yang sekarang lebih sering tersenyum melihat tingkah Lio. "Kita jadi tahu kalau dia memang benar-benar punya semangat, meskipun caranya agak... unik."

Akhirnya, kue yang 'dibuat' Lio selesai dan dikeluarkan dari oven. Mereka semua mengelilingi meja makan, melihat kue yang tampak... agak aneh. "Ayo, coba!" Lio dengan ceria mengajak semua orang untuk mencicipi hasil kerjanya.

Ketika mereka mulai mencicipinya, semua orang langsung terdiam. Rasa dari kue itu... bisa dibilang, sangat jauh dari yang diharapkan. Roti yang seharusnya lembut malah terasa keras, dan coklat cair yang melimpah malah menambah rasa manis yang terlalu berlebihan.

Dante yang berusaha tersenyum berkata, "Wah, Lio, ini kue paling unik yang pernah aku makan!"

Namun, mereka semua akhirnya tak bisa menahan tawa. "Lio, kue ini hampir nggak bisa dimakan, tapi kami tetap bangga kamu mencoba!" kata Rico sambil tertawa.

---

Waktu Bersama Keluarga

Meski dapur berantakan dan kue hasil karya Lio jauh dari kata sempurna, kebersamaan yang mereka rasakan justru membawa kebahagiaan yang lebih besar. Keluarga Salvatici tertawa bersama, berbagi momen yang tidak akan pernah terlupakan. Bagi Lio, meski keputusannya untuk membuat kue itu berakhir kacau, dia merasa lebih dekat dengan keluarga, terutama dengan Papa Luciano dan abang-abangnya yang tidak pernah berhenti mendukungnya.

"Tenang aja, Lio. Kue kamu nggak sempurna, tapi buat kita kamu tetap sempurna!" ujar Elias, membuat Lio tersenyum lebar.

Kehangatan keluarga itu memang selalu bisa mengubah hari-hari buruk menjadi luar biasa. Dan Lio tahu, meskipun segala kekonyolannya, dia selalu merasa dicintai dan diterima dengan sepenuh hati oleh keluarga Salvatici.

---

Kebersamaan yang Tak Tergantikan

Hari itu berlanjut dengan tawa dan kekonyolan Lio yang tak pernah berhenti. Lio yang masih penuh semangat, akhirnya melompat-lompat lagi, mencari kegiatan baru yang bisa dilakukan. Namun kali ini, dia tidak sendirian. Abang-abangnya, Papa Luciano, dan Elias ikut bergabung untuk melakukan hal-hal konyol lainnya bersama.

"Kita bikin lomba lari!" seru Lio dengan semangat.

"Jangan kaget kalau nanti ada yang jatuh lagi," kata Dante sambil tersenyum.

"Pokoknya, kalau ada Lio, nggak akan pernah membosankan!" ujar Rico sambil mengacak rambut Lio.

Hari itu memang penuh dengan kenangan manis dan kebahagiaan, yang meskipun datang dengan kekonyolan, tetap membawa mereka semakin dekat satu sama lain. Bagi Lio, itu adalah kebahagiaan terbesar—keluarga yang tak pernah berhenti mencintainya, dalam segala kecerobohan dan keunikannya.

---

Dengan semua kekonyolan Lio dan momen kebersamaan keluarga ini, mereka semakin dekat dan lebih kuat sebagai satu keluarga. Tidak peduli seberapa besar atau kecil masalah yang mereka hadapi, mereka tahu bahwa selama mereka bersama, mereka akan selalu bisa menghadapinya dengan penuh cinta.

---

"ARLO  SALVATICI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang